Salah Paham

24 18 3
                                    

Malam Minggu ini, Aldo mengajak Khansa untuk makan malam berdua. Cowok itu menjemput Khansa di rumahnya.

Dengan mengenakan overall dress berbahan jeans dipadukan dengan kaos berwarna merah muda, Khansa terlihat sangat cantik di mata Aldo malam itu.

"Sudah siap?" tanya Aldo ketika Khansa keluar menemuinya yang saat itu duduk di teras.

Khansa mengangguk perlahan dengan senyum tipis menghias bibirnya.

"Kita jalan sekarang ya," ajak Aldo.

"Oke."

Keduanya pun berjalan menuju motor Aldo yang terparkir di halaman rumah. Sementara Aldo menghidupkan mesin motornya, Khansa hendak membuka pintu pagar, namun gadis itu dibuat kaget dengan deru motor yang memekakkan telinga. Matanya sempat menangkap sosok cowok yang beberapa hari ini mengusik hati dan pikirannya--Shawn, melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Shawn, batin Khansa.

"Ada apa, Sa?"

Aldo sudah berdiri di samping gadis itu ketika dilihatnya Khansa hanya terpaku di tempatnya dengan pintu pagar yang baru terbuka separuh.

"E-eh.. enggak ada apa-apa, kok. Itu tadi ada orang asal ngebut aja," elak Khansa.

Gadis itu meneruskan membuka pagar hingga terbuka sepenuhnya.

Shawn, kamu kenapa sih? Kenapa harus pergi dengan ngebut seperti itu. Pikiran Khansa masih saja dipenuhi oleh sosok Shawn.

Dan selama dalam perjalanan, Khansa hanya terdiam, bergulat dengan pikirannya tentang Shawn.

"Sa, are you okey?" tanya Aldo begitu keduanya sampai di sebuah cafe dengan nuansa outdoor.

Aldo dibuat cemas saat melihat Khansa hanya terdiam sepanjang jalan tadi.

Lagi-lagi Khansa tersenyum tipis. "Iya. I'm ok."

Aldo sedikit lega mendengarnya, dia segera mengajak Khansa untuk masuk, menuju meja yang sudah lebih dulu dia reservasi. Malam ini, Aldo ingin membuat segalanya menjadi sangat berkesan untuk seorang Khansa. Jauh dalam lubuk hatinya, dia berharap jika malam ini Khansa akan memberikan jawaban dengan menerima cintanya.

Menu istimewa yang dipesannya untuk dinner bersama Khansa telah terhidang semua dan berpindah ke perut. Aldo akhirnya membuka percakapan tentang niatnya untuk mengetahui jawaban dari Khansa atas pertanyaan hatinya tempo hari.

"Sa, maaf sebelumnya ya, tidak berniat untuk memaksamu menjawab pertanyaanku di kelas waktu itu, tapi jujur saja, hatiku bertanya-tanya seperti apakah perasaanmu, jawaban seperti apa yang akan kamu berikan untukku," buka Aldo.

"Tapi jika sekiranya kamu memang belum siap untuk menjawabnya, aku akan menunggu, Sa. Kapan pun kamu siap," lanjut Aldo.

Khansa menggigit bibirnya. Gelisah. Sejujurnya, dalam hatinya sama sekali tidak ada sedikit pun perasaan lebih untuk Aldo. Selain rasa kagum atas prestasi cowok itu. Bukan Aldo yang mengusik hatinya melainkan Shawn. Ya, cowok yang pada awalnya sangat dibenci olehnya, tapi justru mampu meluluhkan hatinya.

"Sa," panggil Aldo.

"Maaf kalau membuatmu menjadi tidak nyaman dengan pertanyaanku," sambung Aldo yang menyadari perubahan raut wajah gadis di hadapannya itu.

Khansa menghela napas, gadis itu berpikir untuk segera memberikan jawaban untuk Aldo. Dia tidak ingin menggantungkan harapan cowok itu. Lebih cepat dia memberi tahu Aldo, akan lebih baik keadaannya untuk mereka.

"Do, aku nggak akan membuatmu menunggu terlalu lama untuk mendapat jawaban dariku."

Sejenak Khansa menghentikan kalimatnya. Menguatkan hati untuk mengatakan hal yang nantinya pasti akan menyakiti hati Aldo.

Second Chance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang