Khansa menaruh asal tasnya, gadis itu segera merebahkan tubuh ke ranjang tanpa mengganti seragamnya dahulu. Entah mengapa sejak dari siang tadi, hatinya merasa panas, penginnya uring-uringan terus. Apa iya, ini karena Shawn? Karena tadi aku melihatnya bersama Oryza, batin Khansa. Tapi apa urusannya denganku, sampai harus merasa nggak enak hati gini hanya karena melihat Shawn dekat dengan Oryza? Ahh.. enggak.. enggak.. aku harus menghilangkan perasaan seperti ini dari hatiku, ini nggak bener, lagi-lagi Khansa bergelut dengan hatinya.
Tanpa sengaja matanya tertumbuk pada boneka teddy pemberian Shawn yang berada di atas nakas samping ranjang, boneka itu seolah sedang menatapnya dan dengan kesal Khansa meraih teddy tersebut kemudian menelungkupkannya. Khansa lalu memejamkan matanya mencoba untuk mengusir bayangan Shawn yang terus saja berlarian dalam kepalanya.
Gadis itu baru saja tertidur ketika tiba-tiba sebuah notif whatsapp berbunyi dari ponselnya. Tangannya meraih ponsel merk ternama berwarna ungu yang berada di atas nakas sebelah ranjang. Jemarinya menggeser layar untuk melihat siapa pengirim pesan whatsapp barusan.
"Shawn," gumam Khansa.
Sesaat dia mengingat dari mana Shawn mendapat nomornya, dan seketika dia teringat saat keduanya tengah berada di kantin tadi pagi, mereka sempat bertukar nomor ponsel.
Shawn Adrian
"Siang, Sa. Lagi ngapain?"Khansa mendengus kesal membaca pesan tersebut. "Modus banget, sih," gumamnya. Digeletakkannya begitu saja ponsel tersebut di sampingnya tanpa berniat untuk membalasnya.
Sementara itu di rumahnya, Shawn dilanda gelisah ketika pesan whatsapp yang dia kirimkan hanya dibaca saja oleh Khansa. Beberapa menit berlalu, namun pesan balasan yang ditunggunya tidak juga masuk. Tanpa berpikir lagi, Shawn segera saja menekan nomor Khansa untuk melakukan panggilan.
"Ayo angkat, Sa," gumam Shawn yang tak sabar menunggu panggilannya dijawab oleh Khansa.
Di kamarnya, Khansa kembali meraih ponselnya ketika benda itu bergetar dan mengeluarkan notif panggilan masuk.
"Siapa lagi, sih, gangguin orang mau tidur aja," gerutu Khansa, yang lagi-lagi dibuat kesal ketika dilihatnya nama Shawn yang tertera di layar ponselnya dan tanpa menunggu lagi, gadis itu segera mereject panggilan dari Shawn kemudian menonaktifkan ponselnya.
Sedangkan Shawn dibuat makin gelisah dan bertanya-tanya, ada apa dengan Khansa, mengapa gadis itu tidak mau membalas pesannya bahkan panggilan darinya pun direject.
"Khansa kenapa, sih, padahal baru tadi pagi dia bersikap baik ke aku, kenapa sekarang udah berubah lagi?"
"Coba aku telpon lagi," gumam Shawn.
"Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif." Jawaban dari operator yang diterima oleh Shawn ketika cowok itu kembali mencoba menghubungi Khansa.
"Malah sekarang nggak aktif ponselnya." Shawn bicara pada dirinya sendiri.
Dengan kecewa dia pun menyerah untuk menghubungi Khansa. Dilemparkan ponsel miliknya ke karpet yang menutupi lantai ruang keluarga, kemudian merebahkan dengan kasar tubuhnya ke sofa hitam di ruangan itu.
***
"Khansa, tunggu," panggil Shawn.
Khansa yang mendengar Shawn memanggil dirinya pun segera mempercepat langkah ketika melewati gerbang sekolah. Dia sedang tidak ingin terlibat pembicaraan dengan cowok tersebut.
"Khansa," ulang Shawn ketika cowok itu berhasil menyusul langkah Khansa.
Khansa sama sekali tidak memerdulikannya dan terus saja berjalan menuju kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...