"Kita jalan, yuk," ajak Shawn yang sudah berada di teras rumah Khansa Minggu pagi itu.
"Jalan ke mana, Shawn? Masih pagi ini."
"Justru karena masih pagi aku ngajakin kamu, Beib."
"Emang kita mau ke mana, sih?"
"Kemuning."
"Kemuning? Serius kita mau ke sana?" tanya Khansa antusias.
Shawn mengangguk untuk meyakinkan Khansa.
"Yeeaayyy.. assyyiikkk!" teriak Khansa saking senangnya.
Shawn tersenyum melihat Khansa begitu bahagia.
"Ya udah, buruan gih ganti baju, trus kita langsung berangkat biar nggak kesiangan," ucap Shawn sambil menepuk puncak kepala Khansa.
Beberapa menit kemudian,
"Udah, yuk berangkat," ucap Khansa yang sudah rapi dengan tank top putih dibalut sweater rajut dusty pink. Gadis itu sudah tak sabar untuk sampai ke Kemuning.
"Shawn, kok malah diem, sih?"
"Kamu sih, kebiasaan. Aku kan udah bilang, motor ini nggak mungkin bisa jalan, kalo kamu nggak pegangan."
Shawn menatap Khansa lewat spion.
"Bilang aja kami mau dipeluk aku kayak gini."
Khansa melingkarkan tangannya pada pinggang Shawn.
"Gadis pinter," ujar Shawn sembari mengusap tangan Khansa yang kini melingkar manis pada pinggangnya. Sementara kekasihnya itu menaruh dagunya pada pundak Shawn.
"Kamu suka?"
"Beib?"
"Hah? Kenapa Shawn?"
Saking takjubnya Khansa sampai mengacuhkan pertanyaan Shawn. Gadis itu begitu mengagumi hamparan hijau yang membentang luas di hadapannya. Keduanya kini telah sampai di sebuah perkebunan teh yang berada di daerah Kemuning--Jawa Tengah.
"Kamu senang banget ya berada di tempat ini, sampai nggak dengar aku ngomong apaan," kata Shawn. Diusapnya puncak kepala Khansa.
Khansa mengangguk. "Iya. Aku bahagia banget bisa berada di sini. Makasih ya, Shawn, udah ngajakin aku ke sini."
Shawn tersenyum. "Iya. Aku senang bisa melihat kamu tersenyum bahagia seperti ini, Sa."
Keduanya terlihat berjalan beriringan menyusuri jalan setapak di tengah hamparan kebun teh.
"Hati-hati jalannya, Sa."
Shawn refleks memegangi pinggang Khansa ketika gadis itu hampir terjatuh. Sementara Khansa, tangannya segera memegang erat leher Shawn, karena dia sendiri kaget saat kakinya tersandung dan hendak terjatuh.
Untuk beberapa detik keduanya saling menatap, membeku pada tempat yang mereka pijak.
Duuhh.. kenapa detak jantungku makin cepat gini ya, batin Khansa. Resah.
Ya ampun.. aku ini kenapa, sih.. ini bukan kali pertama aku dekat dengan seorang cewek, tapi kenapa kali ini rasanya berbeda, ya. Aku bahkan tidak mampu mengontrol degub jantungku saat berada sangat dekat seperti ini dengan Khansa, pikir Shawn.
Keduanya segera tersadar dan berdiri tegak kembali. Canggung.
"E-eh, makasih Shawn, coba tadi kamu nggak refleks megangin aku, udah pasti jatuh sekarang."
Shawn tersenyum. "Lain kali hati-hati ya kalo jalan." Lagi-lagi diusapnya puncak kepala Khansa.
Saat keduanya tengah asyik berjalan menyusuri perkebunan teh, tiba-tiba saja langit berubah mendung, seiring dengan jatuhnya tetes-tetes air ke bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...