Tak Seindah yang Semestinya

14 15 2
                                    

"Udah mau balik, Sa?"

"Nggak lihat apa kami udah boncengan gini, masih aja nanya gitu."

Belum juga Khansa menjawab, Shawn sudah lebih dulu menyahut dengan ketus.

"Shawn."

Khansa jadi tak enak hati terhadap Ryan, sementara Ryan sendiri pura-pura cuek bahkan sama sekali tidak menggubris Shawn.

"Kenapa, Yan?"

"Ini buat kamu."

Ryan menyodorkan sebuah flashdisc pada Khansa.

"Apa ini?"

"Itu lagu yang aku bikin, liriknya dari puisi-puisi kamu."

"Mau kamu itu apa sih sebenarnya? Aku kasih tahu ya sama kamu, kalo niat kamu hanya untuk deketin pacarku, mending kamu berhenti, karena aku juga nggak bakal tinggal diam lihat kelakuan kamu itu."

Shawn makin terpancing emosinya, apalagi Ryan seolah tidak menghargai keberadaannya. Dia segera turun dari motor hendak menghampiri Ryan.

"Shawn. Shawn, udah dong.. jangan pakai emosi gini."

Khansa terlihat panik dan ikut turun dari motor.

"Weiiisss.. santai dong, Bro. Ngomongnya nggak usah pake ngegas gitu."

Ryan justru bersikap tenang.

"STOP! Kalian ini kenapa sih? Udah Ryan, mending kamu pergi deh, daripada ntar malah berantem."

"Oke aku pergi dulu, Sa. Itu juga karena kamu yang minta. Oya, jangan lupa dengerin itu ya, spesial aku mengaransemen musiknya buat kamu."

Ryan menunjuk flashdisc yang kini berada di tangan Khansa. Cowok itu masih sempat melempar senyum sinis ke arah Shawn yang sudah kepalang emosi.

"Sialan!" maki Shawn.

"Shawn, kenapa sih mesti marah-marah gitu. Salahnya Ryan di mana coba?"

"Terus aja belain dia. Kamu nggak ngerti juga ya, Beib. Dia itu berusaha buat deketin kamu dengan cara seperti itu. Kenapa sih nggak nyadar, kenapa masih juga ditanggapi."

"Ya aku juga nggak bisa dong ngelarang perasaan dia, tapi yang jelas kamu juga tahu, aku nggak bakal baper."

"Aku percaya sama kamu, tapi tidak dengan Ryan."

Khansa hanya diam mendengarnya. Dia sungguh tidak tahu harus berkata apalagi untuk menenangkan hati Shawn.

"Ya udah yuk, aku anterin kamu balik."

Shawn kembali menaiki motornya, diikuti oleh Khansa.

Dan tidak seperti biasanya, sepanjang perjalanan pulang, keheningan menyelimuti keduanya.

"Masuklah," ujar Shawn saat telah sampai di depan gerbang rumah Khansa.

"Kamu baik-baik aja kan, Shawn?"

Tak urung kebisuan tadi mengusik hati Khansa, terlebih ketika dilihatnya raut wajah muram kekasihnya.

Shawn tersenyum pias. "Iya. Hanya saja aku lagi pengin nenangin diri saat ini, Sa. Maaf buat sikapku tadi."

Khansa mengangguk lemah. Dia tidak puas dengan jawaban dari Shawn. Khansa yakin, saat ini Shawn sedang tidak baik-baik saja.

"Aku balik ya," pamit Shawn.

"Kamu hati-hati, Shawn."

Khansa menatap motor Shawn yang melaju kencang meninggalkan kompleks perumahan itu. Makin jauh dan akhirnya menghilang dari pandangannya.

Second Chance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang