Bimbang

17 18 2
                                    

"Jadi feelingku benar kan, Aldo barusan nembak kamu. Emang Nadea paling jago baca pikiran orang!"

"Sssttt.. jangan keras-keras ngomongnya, De," sahut Khansa yang menceritakan perihal Aldo menembak dirinya.

Beberapa teman yang kebetulan berada di dekat keduanya sejenak menengok mendengar percakapan mereka.

"Tuh kan, pada nengok," protes Khansa.

"Ya nggak apa-apa dong. Emang ada yang salah kalau Aldo nembak kamu?"

"Bukannya gitu, De, tapi aku nggak enak aja. Beberapa teman mengetahui  kejadian aku dengan Oryza, terus kalau sekarang tiba-tiba mereka tahu Aldo nembak aku kan, kesannya aku jadi gimana gitu."

"Itu sih perasaan kamu aja, Sa. Nggak usah dipikirin juga omongan orang. Kalau pun ada yang nyinyir itu tandanya mereka sirik. Udah gitu aja."

Sementara Khansa hanya terdiam. Tapi hati aku bukan buat Aldo, batin Khansa dengan mata menerawang.

"Sa, trus gimana?" Pertanyaan dari Nadea membuyarkan lamunan Khansa.

"Hah? Gimana apanya?" Khansa balik bertanya.

"Yee.. kamu gimana sih.. ya itu tadi, kamu terima Aldo, kan?"

Khansa mendesah, lalu menunduk memainkan ujung kukunya. Hatinya bimbang.

"Sa," panggil Nadea.

"Aku__belum kasih jawaban ke Aldo, De. Aku bingung."

"Lho, bingung kenapa? Apa yang kurang coba dari Aldo, Sa? Udah ketua OSIS, cakep, pinter, baik hati pula. Di luar sana banyak yang berharap bisa menjadi kekasihnya Aldo, Sa. Dan kamu beruntung karena ternyata Aldo memberikan hatinya ke kamu."

"Nggak semudah itu juga kali, De. Hati itu nggak bisa dipaksa kepada siapa dia akan menjatuhkan pilihan. Mungkin Aldo memang memilih aku, tapi belum tentu juga perasaan kami sama."

"Maksud kamu__kamu nggak suka sama Aldo, Sa?"

"Bukan gitu, De.. iya memang Aldo baik, baik banget malahan, aku suka berteman sama dia, tapi__untuk lebih dari itu, aku belum bisa memastikannya."

"Apa itu karena.. Shawn?" selidik Nadea.

Khansa menggeleng lemah. "Entahlah, De.. aku sendiri bingung."

                                 ***

"Dengar nggak tadi, Nadea sama Khansa ngobrolin apaan?"

Arin membuka percakapan dengan Keyza di kantin, Keduanya merupakan teman sekelas Khansa dan Nadea.

"Enggak. Emang ngobrolin apaan?" Keyza balik bertanya.

"Itu.. masak si Aldo nembak Khansa tadi." balas Arin.

"Hah? Serius?" Keyza terkejut mendengar berita dari Arin.

Arin mengangguk. "Iya. Beneran, kok. Kebetulan pas mereka lagi ngobrol tadi, aku lagi duduk di bangku Icha yang berada di depan bangku keduanya."

Wajah Keyza berubah muram. Jelas terlihat kekecewaan pada raut mukanya.

"Aku heran sama Khansa. Anak baru itu ternyata dengan mudah jadi idola. Nggak Shawn, nggak Aldo.. mereka sama-sama menyukai Khansa," ujar Arin sambil menatap Keyza.

"Kamu yang sabar ya, Key.. aku tahu, pasti kamu kecewa banget karena Aldo menyukai Khansa, padahal kamu udah suka sama cowok itu dari kelas 10."

"Aku nggak apa-apa, kok, Rin. Pantes aja kalau Aldo memilih Khansa, karena selain cantik, dia itu juga baik banget sama teman." Keyza berusaha menguatkan diri.

Second Chance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang