Curiga

19 17 3
                                    

"Selamat tidur ya, Khansa sayang. Jangan lupa mimpiin aku."

"Iya. Pasti aku mimpiin kamu, Shawn. 'Met bobok juga buat kamu, nanti kita ketemu di mimpi, yah."

"I love you, sweet heart."

"I love you too my love."

Khansa tersenyum-senyum setelah menyudahi telpon dari Shawn. Dipeluknya teddy bear pemberian dari pacarnya itu.

"Shawn, kamu itu sweet banget sih, penuh perhatian ke aku. Selalu nyempetin waktu bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun."

Pagi ini Khansa terbangun saat mendengar wekernya berdenting. Gadis itu menggeliat di bawah selimut yang menyelubungi tubuhnya. Diraihnya ponsel yang berada di atas nakas.

"Tumben Shawn belum whattsapp, apa dia belum bangun ya."

Khansa melihat jam yang tertera pada layar ponselnya, pukul lima lebih lima belas menit.

"Tumben banget sih, biasanya juga jam segini dia udah kirim whattsapp buat ngucapin 'met pagi."

Khansa membuka aplikasi pesan whattsappnya. Gadis itu dibuat kaget ketika melihat kapan terakhir Shawn online.

"Hah.. Shawn masih online sampai 01.30. Bukannya kemarin dia pamit tidur sekitar jam sepuluhan. Ngapain aja dia masih online sampai larut malam gitu," gumam Khansa. Hatinya mulai merasa gelisah. Berbagai pertanyaan memenuhi pikirannya saat ini.

"Shawn chattingan sama siapa coba semalam. Nyuruh aku tidur cepet, tapi sendirinya malah begadang gitu."

"Maaf ya, Sa, aku kesiangan bangun," kata Shawn saat tiba di rumah Khansa untuk menjemputnya ke sekolah.

Iyalah, orang semalam kamu begadang, gimana nggak bangun kesiangan coba, batin Khansa kesal.

Tinggal limabelas menit sebelum waktu sekolah dimulai. Mau tidak mau Khansa harus menunda untuk bertanya pada Shawn mengapa semalam dia begadang. Gadis itu memilih diam dan segera duduk di boncengan Shawn atau mereka akan terlambat tiba di sekolah nanti.

Tidak ada waktu lagi untuk Khansa menanyakan perihal mengapa Shawn masih online sampai larut malam. Dengan siapa kekasihnya itu chattingan semalam karena mereka tiba di sekolah tepat ketika bel masuk berdering.

Khansa bergegas meninggalkan Shawn setelah menyerahkan helmnya, karena di jam pertama ini dia ada ulangan fisika. Dengan berlari kecil gadis itu menuju ke ruang kelasnya. Berharap dia tiba di sana sebelum gurunya datang.

Begitu pun saat istirahat pertama tiba, Khansa disibukkan dengan urusan mading yang mengharuskannya segera ke ruangan OSIS. Tidak ada waktu untuk bicara dengan Shawn.

"Ini beberapa puisi yang aku tulis buat ngisi mading dilaunching pertama, Do."

"Oke, Sa. Good job. Nanti biar Anita yang menyusunnya."

"Oya, Do, untuk selebaran pemberitahuan buat teman-teman yang mau ikutan ngisi karya di mading udah dibikin sama Andre, tinggal dibagiin aja nanti."

"Sip. Kerjasama yang bagus. Aku salut sama kekompakan kalian," puji Aldo puas dengan kerja team dari teman-teman OSISnya.

"Sa, tadi dicariin sama Shawn," kata Nadea memberitahu ketika temannya itu kembali ke kelas.

"Oh. Biarin ajalah."

Mendengar reaksi Khansa yang datar dan terkesan cuek membuat Nadea heran.

"Kalian lagi berantem?"

Khansa mendesah. "Lagi males ngomongin dia."

"Kenapa lagi, sih?"

Khansa hanya diam, wajahnya cemberut.

"Sa, ayo dong cerita," bujuk Nadea.

"Shawn__dia bohongin aku semalam."

Akhirnya Khansa mau juga bercerita.

"Bohong? Bohong gimana?"

"Semalem tuh ya, dia nelpon sekitar jam sepuluhan gitu, trus nyuruh aku tidur. Dia sendiri bilangnya mau ikutan tidur. Trus biasanya setiap pagi dia selalu kirim whattsapp buat nyapa aku, tapi tadi tumben banget enggak. Pas aku lihat jam terakhir whattsappnya online, ternyata dia masih online sampai jam setengah dua. Ngapain coba jam segitu masih online, chattingan sama siapa dia?"

Dengan raut wajah kesal Khansa menceritakan apa yang membuatnya malas dengan Shawn hari ini.

"Ya ampun, Sa.. kirain kenapa, jadi cuma karena itu?"

Khansa memberengut, sebel karena Nadea menganggap sepele apa yang telah terjadi.

"Itu jadi masalah buat aku, De!"

"Jangan terlalu dipikirin juga kali, Sa, yang ada kamu bakalan nggak tenang. Namanya juga cowok, begadang itu hal yang biasa, kali aja dia lagi chattingan sama teman-teman cowoknya atau komunitas fotografinya. Positif thinking ajalah."

Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Nadea ada benarnya juga, tapi entahlah mengapa Khansa masih juga kepikiran. Dalam benaknya masih dihantui pertanyaan dengan siapa pacarnya itu chattingan semalam.

"Sibuk banget sampai nggak ada waktu buat pacar sendiri."

Tiba-tiba saja Shawn sudah berdiri di samping pintu kelas Khansa ketika gadisnya itu keluar hendak menuju kantin saat jam istirahat kedua.

Dasarnya Khansa masih kesal, dia terus saja berjalan mengabaikan Shawn.

"Sa! Kamu kenapa, sih?" kejar Shawn.

"Kamu itu yang kenapa?" Khansa balik melontarkan pertanyaan.

"Salahku apa, sih? Datang-datang udah disewotin gini."

"Pikir aja sendiri."

Khansa kembali meneruskan langkah menuju kantin.

"Khansa, tunggu dong! Kalo kamu nggak ngomong gimana aku bisa ngerti."

Khansa tidak menggubris Shawn sama sekali.

"Tunggu, Sa."

Shawn mencekal pergelangan tangan gadisnya.

"Kamu kenapa? Apa ini karena tadi aku kesiangan buat jemput kamu?"

Kali ini Shawn bertanya dengan nada lembut.

"Kamu nggak ngerti juga di mana salah kamu?"

Shawn menggeleng. "Makanya kamu bilang."

"Kamu tidur jam berapa semalam?" tembak Khansa.

Shawn sejenak terdiam. "Sehabis nelpon kamu itu."

"Jangan bohong!"

Shawn terlihat salah tingkah.

"Aku tahu kamu masih online-nan sampai jam setengah dua. Ngapain aja tuh? Chattingan sama cewek-cewek?"

"Sa, jangan salah paham gitu dong. Iya.. iya.. maaf, aku emang online sampai jam segitu tapi nggak chattingan juga sama cewek."

"Shawn, aku tuh kepengin bisa seratus persen percaya sama kamu, tapi nggak tahu kenapa rasanya berat. Ada aja hal yang mengusik kepercayaanku sama kamu."

"Kenapa sih, Sa.. kamu mudah banget terpengaruh sama sesuatu yang belum tentu benar tentang aku."

"Maafin aku, Shawn. Hari ini aku lagi pengin sendiri."

Khansa segera berlalu meninggalkan Shawn yang merasa kecewa dengan sikapnya. Moodnya sedang benar-benar hancur hari ini.

Bersambung...

================================

Nah, bener kannn.. lagi-lagi mereka berantem.

Duh, Khansa juga sih terlalu curigaan sama Shawn. Mungkin juga mengingat track record sang pacar yang dulunya seorang playboy yah.

Pengin tahu, mereka bakal segera baikan atau malah.. putus??

Simak terus kelanjutan story ini yaa..

Selamat membaca..

Second Chance ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang