"Shawn," panggil Khansa sesaat setelah cowok itu membantunya melepas helm yang dipakainya.
"Ya, kenapa, Sa?"
"Mmm.. kita jalan ke kelasnya sendiri-sendiri aja, ya."
"Lho, memangnya kenapa, Sa? Kita kan udah pacaran, lagipula kelas kita searah."
"Iya, tapi__aku takut," lirih Khansa sambil tertunduk.
"Takut kenapa?"
"Takut jadi omongan cewek-cewek yang naksir kamu, Shawn."
"Kenapa juga mesti takut, kan ada aku yang bakal jagain kamu, Sa. Aku nggak akan ngebiarin siapa pun nyakitin pacar aku."
"Tapi Shawn__"
"Udah, jangan takut. Sini."
Shawn menggenggam erat jemari Khansa dan berjalan di sisi gadisnya, meninggalkan area parkir.
Ketakutan Khansa terbukti juga, kerumunan siswa-siswi di sepanjang koridor tak lepas menatap keduanya. Bahkan jelas tertangkap oleh Khansa, banyak siswi yang menatapnya dengan pandangan sinis. Tak pelak keringat dingin meluncur begitu saja membasahi dahi dan telapak tangan Khansa.
"Itu kan si Khansa, anak baru itu. Kok bisa sih sama Shawn?" bisik salah satu siswi kepada temannya.
"Korban barunya Shawn, nih," celetuk seorang siswa kelas 12.
"Gila aja, gue yang hampir dua tahun ini berusaha narik perhatiannya Shawn kalah telak sama anak baru! Apanya sih yang menarik dari dia dibandingin gue coba?" sinis seorang cewek berambut shaggy.
Saat itu juga ingin rasanya Khansa menutup telinga dan segera menjauhi orang-orang yang terus menggunjingkannya. Tapi tangan Shawn justru semakin erat menggenggam jemarinya. Seolah hendak memberikan gadisnya kekuatan.
"Udah, jangan didengerin mereka, Sa. Anggap aja orang sirik."
Dengan tenangnya Shawn berkata. Sementara Khansa hanya mampu menelan ludah. Kelu.
"Apa?? Jadi kalian udah resmi pacaran?" pekik Nadea.
Khansa hanya mengangguk perlahan.
"Wow. Secepat itu, Sa?" ucap Nadea tak percaya.
Rasanya baru kemarin temannya itu benci setengah mati sama cowok yang sekarang udah jadi pacarnya itu.
"Kok bisa?"
Lagi-lagi Nadea mengutarakan keheranannya.
"Yaa.. aku juga nggak ngerti, De. Kenapa bisa secepat itu aku jatuh hati sama dia. Nggak ada alasan atau jawaban untuk menjawab pertanyaan itu."
"Kamu benar, Sa, nggak ada alasan yang tepat untuk menjabarkan sebuah cinta. Well, apa pun itu keputusan kamu, sebagai teman aku mendukungmu. Asal kamu bahagia, aku pasti juga ikut bahagia, Sa."
Nadea kemudian memeluk tubuh temannya itu.
"Hey.. tapi kenapa kamu terlihat gelisah gitu, sih? Bukannya seneng baru jadian," tanya Nadea ketika menyadari raut wajah Khansa yang terlihat cemas.
"Aku ngeri."
"Ngeri? Ngeri kenapa, sih?" tanya Nadea bingung.
"Itu__sama cewek-cewek pengagumnya Shawn. Tadi aja pas mereka lihat aku jalan berdua sama Shawn udah langsung menggunjing," keluh Khansa.
"Hahahahahaa.. udah, jangan dimasukin hati, Sa. Biarin aja, namanya juga orang sirik, ntar kalo udah capek juga bakal berhenti sendiri."
"Shawn juga ngomong gitu tadi."
"Makanya, udah deh.. mending sekarang kamu jalanin aja hubungan dengan Shawn. Santuy, nikmatin indahnya masa pacaran. Kata orang, masa paling indah buat pacaran itu ya saat ini, masa SMA."
Khansa hanya bisa tersenyum mendengar perkataan temannya itu.
"Bisa aja kamu, De!"
Jam istirahat pertama...
"Sa."
Nadea menyenggol siku Khansa.
"Hah?"
"Tuh, sang arjuna datang," kelakarnya sambil menunjuk ke arah pintu di mana Shawn tengah berdiri menunggunya.
"Apaan, sih," sahut Khansa jengah.
"Udah, buruan samperin sana," kata Nadea.
"Kamu nggak sekalian ikut, De, kita mau ke kantin."
"Ya enggaklah, ntar aja aku nyusul.. mana berani aku gangguin orang yang lagi pacaran," goda Nadea.
"Iiihh.. suka gitu, deh!"
Khansa yang sedari tadi digoda oleh temannya itu pun melayangkan cubitan ke pinggang Nadea.
"Kita ke kantin, yuk.. laper," ajak Shawn begitu Khansa sampai di hadapannya dan cowok itu pun tak segan kembali menggandeng erat jemari Khansa. Mengisi sela jemari gadisnya itu dengan jarinya.
"Shawn."
"Iya."
"Jangan gini, deh.. ntar dilihatin teman-teman."
"Hahahaha.. kamu ini lucu, Sa. Takut banget sama mereka."
"Bukannya takut, tapi males denger omongan mereka, Shawn," rajuk Khansa.
Shawn menghentikan langkahnya. Diikuti pula oleh Khansa.
"Sa, mulai sekarang, jangan dengerin omongan mereka, ya. Cukup kamu dengerin suara aku aja, biar hati kamu tenang."
Shawn berkata seperti itu sambil menangkup pipi gadisnya. Mendapat perlakuan seperti itu, kontan saja membuat hati Khansa menghangat.
Bersambung...
================================
So sweet banget sih perlakuan yang diberikan oleh Shawn kepada Khansa. Sumpah, bikin hati meleleh!
Pengin tahu seperti apa kisah mereka selanjutnya? Bakal terus mesra seperti itu nggak ya??
Ikutin terus ya kelanjutan story ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance ✔
Teen FictionKhansa Alea, gadis pindahan dari kota Bandung yang sekarang bersekolah di SMU Pelita, Surakarta, awalnya begitu jutek dengan sosok Shawn-cowok hitam manis yang hobi fotografi sekaligus jago dalam menaklukan hati cewek. Pertemuan keduanya dimulai ket...