Chapter 23

8.7K 818 48
                                    

"Babe, please, aku tidak bermaksud untuk merahasiakan itu." Off mengikuti Gun masuk ke dalam toilet saat melihat raut wajahnya.

"Kenapa kau tidak memberitahuku soal Stanford, huh?"

"Karena aku berpikir dengan nilai-nilaiku, aku tidak akan diterima! Aku baru mendapat email dari mereka kemarin." Jelasnya, ia menyentuh kedua bahu Gun, membungkukan tubuhnya dan menatap wajah Gun. "Maaf, hmm?" Bisiknya.

Gun menghembuskan nafasnya, ia menganggukan kepalanya. "Kapan kau akan berangkat ke New York?"

"Er, mungkin setelah kelulusan. Papa sedang mengurus kondominium dan juga surat-surat kuliah dan visa. Jika itu semua sudah siap, aku hanya perlu memaking bajuku dan tinggal pergi." Kata Off.

"Jadi kita akan berhubungan jarak jauh?"

"Tidak akan jika kau menghentikanku."

Gun menurunkan kedua tangan Off dari bahunya, "Tidak, Off. Kau lihat betapa bahagianya wajah ayahmu saat mengatakan kau diterima di Stanford, itu akan menghancurkan hatinya jika kau menolak untuk pergi."

"Sungguh menyakitkan memikirkan kau akan duduk sendirian di kamar di malam hari, dan merindukan aku."

"Hei, jangan melebih-lebihkan. Aku punya banyak kegiataan dan kesibukan juga, tidak akan punya waktu untuk memikirkan dan merindukanmu." Ucap Gun, ia membalikan tubuhnya dan mencuci tangannya di wastafel. "Kita harus segera kembali ke dalam, nanti mereka akan mencurigai kita."

"Apa aku masih akan mendapatkan the best blow job?"

Gun mengeringkan tangannya dan ia berpikir, "Ummmm, karena kau tidak memberitahuku soal Stanford, mari kita lupakan soal the best blow job." Kata Gun seraya berjalan keluar meninggalkan Off sendirian di dalam toilet.

"Tapi aku sangat membutuhkan blow job saat ini!" Saat Off berteriak, salah satu pintu toilet terbuka dan mengejutkan Off. Seorang kakek menatapnya dengan tatapan menghakimi, ia berjalan ke depan wastafel dan terus memperhatikan Off dari cermin, Off yang tidak nyaman dengan tatapannya hanya bisa tertawa canggung.

"B-blow job, haha...itu...tiup kerja...." ia mencoba menjelaskan dengan kedua tangannya dan mulutnya yang ia majukan seperti sedang meniup balon, namun kakek itu masih menatapnya seperti tadi. "Permisi." Kata Off, ia memberi waii pada kakek itu dan pergi keluar dari kamar mandi.

***

Dengan segala kesibukan Gun di kampus sebagai model student, kegiatan mengajar junior serta klub fotografinya yang padat dan pertemuan dengan editor untuk membahas penerbitan buku pertamanya, ia tidak menghabiskan banyak waktu bersama Off. Selain itu, Off juga tidak memiliki waktu karena persiapannya; ia harus mengikuti berbagai tes inggris, menjalani cek kesehatan, berkumpul bersama keluarganya. Jika mereka sempat bertemu, itu hanya untuk makan siang saat jadwal kampus mereka tidak bertabrakan.

Hanya tinggal beberapa hari saja sampai Off pergi ke New York. Ia ingin melakukan sesuatu yang bisa di kenang Off selama ia berada disana, dan ia berpikir ingin mengadapan pesta kecil-kecilan yang dihadiri oleh orang-orang terdekatnya saja.

"Hei, kupikir tidak ada siapapun di ruangan klub. Apa yang kau lakukan disini? Mengapa belum pulang?" Tay yang kebetulan lewat langsung masuk ke dalam ruang klub saat melihat lampu menyala.

"Tay, aku ingin meminta bantuanmu."

Tay menaruh tas kameranya diatas meja dan duduk disamping Gun, "Bantuan apa?"

The Campus Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang