Chapter 26

6.9K 727 34
                                    

Gun tidak mengerti mengapa ia menyetujui ajakan makan malam kepala redaksinya dan keluarganya, tapi dipandangan Gun, mereka adalah keluarga yang seru dan punya banyak hal untuk diperbincangkan. Mereka bertanya soal ide tulisan Gun, sejak kapan ia mulai menulis dan alasannya menjadi seorang penulis buku.Jadi Gun bercerita soal buku pertama yang ia baca dan betapa kagumnya ia pada Nicholas Sparks.

Nammon adalah anak satu-satunya dari kepala redaksi, ia sudah 3 tahun ini menjalankan akun penggemar instragram Gun. Ia biasa mengikuti keseharian Gun, merekamnya dan memotretnya lalu membagikannya ke dalam instagram. Gun bahkan sampai terkejut karena Nammon tahun jadwal kuliahnya meski dirinya bukanlah seorang artis.

"Apa jadwal kuliahmu tidak bentrok dengan jadwalku?" Tanya Gun pada Nammon. Makan malam mereka sudah selesai dan Gun sedang membantunya mencuci piring di wastafel

Nammon menggelengkan kepalanya, "Aku sudah menyesuaikannya dengan jadwalmu." Jawabnya, Gun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Thank you." Ucap Gun.

"Bagaimana kabar P'Off? Kudengar ia sudah berangkat ke New York."

"Dia baik-baik saja, besok sudah mulai kuliah." Jawab Gun seraya membilas piring-piring dengan air.

Gun dan Nammon membersihkan piring tanpa bicara, hanya suara bentrokan piring dan sendok yang terdengar. Nammon melirik Gun dengan ekor matanya, ia tidak menyangka ia akan berdiri sedeka ini dengan orang yang ia gemari, ia tidak menyangka Gun akan duduk dan makan malam bersamanya dan kedua orang tuanya.

Nammon bersyukur ayahnya mau mengubah pemikirannya soal menerbitkan buku Gun, usahanya tidak sia-sia.

"Uh, Gun. Apa aku boleh meminta nomor handphonemu?" Gun menoleh ke arahnya dan terlihat kebingungan, Nammon mencari alasan dalam kepalanya. "Bulan depan ada acara gathering bersama dengan penggemarmu di restoran sebelah kampus, aku ingin kau menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama kami. Karenanya aku ingin meminta nomor handphonemu."

Gun terlihat ragu awalnya, namun pada akhirnya ia menganggukan kepalanya. "Baiklah, berikan handphonemu. Aku akan mengetikan nomorku disana."

"Ok, tunggu sebentar!"

Nammon dengan cepat mengambil handphonenya yang ada di meja makan, kemudian ia kembali ke Gun dan memberikannya padanya. Gun terkekeh melihat tingkah lucunya, ia mengetikan nomor handphonenya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ini dia."

"Thank you, Gun. Really."

Gun membalas senyumannya, ia kemudian melihat jam tangannya dan sudah menunjukan pukul 9 malam. Ia harus pulang karena Off akan segera menelponnya. "Hei, kurasa aku harus segera pulang."

"Aku akan mengantarmu."

"Jangan, terlalu jauh dari sini. Aku akan memesan taksi saja."

"Apa kau tidak baca berita soal penculikan di dalam taksi pada malam hari? Akan lebih aman jika kau pulang bersamaku. Aku akan mengantarmu sampai ke depan rumahmu tanpa lecet." Kata Nammon berusaha meyakinkan Gun.

"Baiklah, aku akan pamit kepada ayah dan ibumu lebih dulu."

"Ya, aku akan menunggu dimobil."

Setelah pamit kepada kepala redaksinya dan istrinya, Gun pergi keluar rumah dan masuk ke dalam mobil Nammon.

"Aku benar-benar harus membeli mobil." Ucap Gun begitu ia masuk ke dalam, ia memasang seatbeltnya sementara Nammon menjalankan mobilnya. Ia mengambil selembar kertas dari dalam dashboard mobilnya dan memberikannya pada Gun.

The Campus Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang