"Apa maksudmu dengan ikut bersamamu ke New York?" Gun bertanya serius padanya.
Dan Off memberi jawaban yang lebih serius dari pertanyaannya, "Tinggal bersamaku disana."
Gun sudah memutar tubuhnya sepenuhnya saat ini, ia menggelengkan kepalanya kepada Off. "Tidak bisa. Bagaimana dengan kuliahku? Bagaimana dengan bukuku? Bagaimana dengan ibuku? Tidak semudah itu pergi bersamamu kesana."
"Kalau begitu aku akan berhenti kuliah dan kembali sepenuhnya ke Bangkok."
"Apa kau sudah gila?!" Gun menangkup kedua pipinya. "Ayahmu akan membunuhmu jika kau melakukan itu."
"Karenanya ikutlah aku kesana." Ucap Off, ia mengambil tangan Gun dan mengecupnya lembut. "Berjauhan darimu sangat membuat frustasi, terlebih karena kekasihku yang satu ini sangat populer."
"Cih, populer kepalamu." Sahut Gun.
Off terkekeh pelan, ia menarik nafas dengan lembut sambil menatap Gun. Lalu ia menaruh keningnya di bahu Gun, dan perlahan bergerak menarik kekasihnya lebih dekat lagi. Ia mulai menciumi lehernya dan meninggalkan bekas ciuman lainnya disana.
"Ngh...cukup, bokongku tidak bisa lagi." Gun mendorong kepala Off menjauh dari lehernya.
"Kalau seperti ini boleh, kan?" Ia mendekatkan kedua kejantanan mereka dan menggesekannya bersamaan. Mata jahilnya menatap Gun dan membuat warna pipinya berubah menjadi warna merah.
Tok tok tok
"Apa ada orang yang kau undang kesini?" Tanya Off tetap dengan tangannya yang bergerak menggesek kejantanan mereka. Gun menggelengkan kepalanya, ia menutup mulutnya, takut mengeluarkan suara.
"Off, buka pintunya. Papa tahu kamu ada di dalam."
Mata keduanya terbuka kaget, Gun berdiri dan dengan cepat mengambil baju handuknya lalu memakainya. Ia melemparkan handuk kering kepada Off, sementara Off mengenakan handuk, Gun berlari ke kamarnya untuk mencari baju bersih.
"Off!"
"Y-yaa! Sebentar, pa!"
Gun dan Off mengenakan baju dengan cepat. Off menyemprotkan pengharum ruangan ke seluruh penjuru kamar sementara Gun mengambil pakaian kotor mereka yang tergeletak begitu saja di lantai.
"Sudah selesai?" Tanya Off, Gun mengangguk. Off merapikan rambutnya untuk yang terakhir sebelum ia membuka pintu kamar. Begitu ia membuka pintu, ia melihat ayahnya, ibunya dan juga Tay dan mereka bertiga terlihat sudah siap untuk menerkam Off.
Damn. Batinnya.
***
"Angkat tanganmu lebih tinggi lagi." Perintah ayahnya, Off mendengus sebal dan mengangkat kedua tangannya lebih tinggi lagi. Untunglah saat ini Gun sedang berada di kamar New dengan Tay, jika tidak ia pasti akan sangat malu kalau Gun sampai melihatnya dihukum seperti ini oleh ayahnya.
Off disuruh ayahnya untuk berlutut menghadap ke tembok dengan kedua tangan yang dinaikan ke udara, ayahnya biasa menghukum Off seperti itu saat ia masih kecil dulu.
"Apakah menurut papa ini tidak keterlaluan? Bagaimana bisa papa menghukumku dengan cara seperti ini?!!!" Gerutunya, ia mendengus kesal saat ibunya hanya tertawa melihatnya dihukum seperti itu.
"Itu karena kau sudah berani pulang ke Bangkok tanpa mengabari papa dan mama lebih dulu."
"Tapi aku punya alasan!"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Campus Bad Boy
Fiksyen Peminat[COMPLETED] Gun Atthaphan adalah seorang model student di kampusnya; pintar, disukai semua orang dan mempunya kekasih yang tidak hanya tampan tapi juga kaya. Dihari perayaan hari jadinya, Gun mengetahui bahwa kekasihnya tidur dengan orang lain. Pata...