Chapter 28

7.6K 792 67
                                    

"Apa kau sudah tidur?" Tanya Tay sambil menaruh bibirnya ke belakang leher New. Nafasnya panas, dan sedikit yang Tay tahu, New bisa merasakan ereksi-nya menekan punggung New, memberi tahunya apa yang Tay inginkan saat ini.

"Belum." Jawabnya.

Secara halus New menggeser tubuhnya menjauh dari Tay, namun pria itu kembali mendekat dan menggesekan kembali ereksinya, cengkeraman tangan Tay pada pinggangnya begitu erat.

"Jika kau belum tidur...mau melakukan itu?" Tay bertanya dengan nafas berat. Dan New bisa merasakan senyumannya.

"Tidak mau."

Tay memukul bokongnya, "Aw, kenapa?"

New pada akhirnya berbalik dan menatap Tay dengan kegelapan dalam matanya, "Kau hanya tertawa saat aku menungging di depan dokter! Bodoh! Harga diriku sudah hancur karenamu!"

"Tertawa bagaimana, aku menahan cemburu karena dokter itu terus memuji bokongmu. Itu menyebalkan!"

"Oi, siapa yang dengan bodohnya meninggalkan kondom dalam lubang bokongku?!" Tanyanya dengan nada yang sudah mulai meninggi, ia mendorong Tay hingga ia jatuh ke lantai. Lalu ia melempar bantal kepadanya. "Tidur disofa, jangan sentuh aku!" Ia kemudian menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dengan itu.

"Hei, sebenarnya ini rumahku atau rumahmu? Kenapa jadi aku yang harus tidur di sofa?!"

New tidak menjawab dan hanya bergerak kecil dalam selimut, Tay berdiri dan menyentuh bokongnya New dengan ujung jempolnya. Saat New keluar dari dalam selimut kembali meneriakinya, Tay dengan cepat mengambil bantal tadi dan melarikan diri keluar kamarnya. Jika orang tuanya ada dirumah saat ini, mereka pasti akan terkejut mendengarnya berteriak, mereka mungkin akan menyangka itu adalah suara badak mengaum marah.

"Sih badak itu, apa pita suaranya tidak lelah berteriak terus seperti itu?" Tanyanya pada dirinya sendiri sesaat setelah ia duduk diatas sofa.

Tay tidak bisa tidur dan ia tidak tahu harus melakukan apa untuk membantunya tidur. Jadi ia memutuskan untuk menelpon Off, jika dibandingkan dengan jumlah ia menelpon kedua orang tuanya, ia lebih sering menelpon Off. Lebih tepatnya, Off hanyalah satu-satunya orang yang bisa memberi saran terbaik untuknya.

"Hallo?"

"Pengggg~~" Tay menjawab dengan nada sedikit merengek, Off membuat suara muntahan saat mendengarnya. "Aku sungguh frustasi dengan New."

"Oi, kau pikir saat ini hanya kau saja yanh sedang bermasalah dengan pacarmu? Aku juga!"

"Oh? Kau sedang bertengkar dengan Gun?"

"Bukan hanya sekedar bertengkar, kami sedang perang dingin saat ini." Ucap Off, ia menghela nafasnya.

"Spill it, i'm all ears."

"Dia menghindari teleponku selama berhari-hari, tidak membalas pesanku, tapi ia bisa memainkan instagramnya. Aku tidak tenang sampai ke titik dimana aku tidak bisa konsentrasi dalam kuliahku, rasanya aku mau pulang ke Bangkok, menemuinya dan menghukumnya."

"Memangnya apa yang kau lakukan sampai ia marah seperti itu, huh?"

"Aku membiarkan teman wanitaku tidur di kondoku."

"You what?!" Tay berteriak kencang bahkan sampai suaranya diujung kalimat pecah, "Manusia brengsek ini...kau sudah gila rupanya!! Bagaimana bisa kau membiarkan wanita masuk ke dalam kondominummu?! Tentu saja Gun marah! Bagaimana jika hormonmu menyerang dan kau mengulangi lagi kegiatan idiotmu itu dengan tidur bersama siapapun, huhhhh?!!!"

"Dia seorang lesbian."

"Sama saja, idiot!!! Kau pernah tidur dengan seorang lesbian, ingat?"

"Itu sudah 2 tahun yang lalu."

The Campus Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang