Chapter 12

11.1K 1K 95
                                    

Bagi Tay. Gun seperti angin kebahagiaan, selalu terlihat gembira, penuh antusiasme, sedikit lucu. Matanya seperti samudera tak berdosa, mereka menghipnotis Tay. Wajahnya dengan kecantikan yang tak tertandingi, membuatnya terpesona. Suaranya lebih manis dari pada madu, membuatnya ingin terus mendengarnya. Namun seperti setetes cuka digelas madu, Tay kalah dari sahabatnya sendiri.

Itu pukul 2 pagi saat Tay keluar dari dalam bar. Untuk pertama kalinya ia pergi minum tanpa Off yang menemaninya, ia tidak bisa melihatnya tanpa merasa iri padanya. Jaket yang ia pakai tidak bisa menghangatkan hatinya yang kedinginan.

Ia berjalan menyusuri jalan dan tak sengaja menabrak preman yang sedang berkumpul. Ia memberi waii pada mereka dan berjalan melewati mereka namun salah satu dari mereka menarik baju Tay dan meninju wajahnya. Ia tersungkur ditanah dengan beberapa dari mereka ikut memukuli Tay, pada saat itu Off dan Arm datang membantunya.

Preman itu melarikan diri setelah Alice yang menunggu didalam mobil menyalakan sirine polisi.

"Inilah yang terjadi jika kau pergi minum tanpaku!" Omel Off, ia membantu Tay berdiri dan membawanya masuk ke dalam mobilnya. "Thanks, Arm, Alice."

"Tidak masalah, Off." Jawab Arm. "Ia sudah seperti itu sejak pagi, saat klub dimula juga dia tidak banyak bicara, tidak seperti biasanya."

"Aku akan bicara pelan-pelan dengannya."

"Kalau begitu, kami pulang duluan. Aku harus mengantar Alice kembali ke rumahnya sebelum ibunya tahu aku menculiknya."

"Ok, drive safe." Setelah Arm masuk ke dalam mobilnya, Off juga kembali ke mobilnya. "Jangan muntah didalam mobilku, kau dengar?" Tay menggumamkan kalimat tidak jelas sebagai jawabannya.

Ia sedang berada dirumah Gun saat New menelponnya dan mengatakan Tay tidak bisa dihubungi setelah bertingkah aneh seharian. Jadi ia pamit pada Gun dan kembali ke asrama untuk mengeceknya namun Tay tidak ada disana, ia juga tidak ada dirumahnya, ia bertanya pada New namun ia tidak tahu keberadaan Tay, pria itu juga tidak sedang bersama Arm dan membuat Off harus mencarinya kesana kemari. Beruntung ada senior yang melihat Tay di bar sedang minum sendirian, ia ditemani oleh Arm akhirnya pergi mendatangi bar itu. Dan sama seperti sebelumnya, Tay sudah menghilang saat ia tiba dibar jadi ia memutuskan untuk mengendarai mobilnya diarea sekitar bar.

"Kau beruntung aku menemukanmu sebelum mereka menjadikanmu daging cincang." Ucap Off padanya, Tay kembali bergumam. "Ck, sebenarnya kau ini kenapa? Jika ada masalah harusnya diceritakan, dasar idiot."

"Peng..." panggil Tay dengan suaranya yang serak.

"Apa?"

"Aku menyukainya."

"Menyukai siapa?"

"Menyukai Gun." Ucap Tay. Ia tahu Tay adalah penggemar Gun dan itu bukan lagi sebuah kejutan untuknya.

"Iya, aku sudah tahu." Jawab Off.

"Dia sangat cantik, mempesona dan sensasional. Aku tertarik padanya seperti matahari tertarik pada fajar, tetapi saat ini dia adalah semesta dan galaksi dan bintang paling terang di langit orang lain." Ucap Tay dengan nada tenang, seakan-akan dia tidak sedang mabuk saat ini.

Off menginjak rem saat mendengar perkataan Tay, dari setiap kalimatnya terdengar tulus, terdengar seperti Tay tidak hanya penggemarnya saja tapi ia juga mencintai Gun.

"Tay, apa kau--"

"Ya, aku mencintainya, peng." Jawabnya. Hati Off mencelos saat mendengarnya. Tidak, Tay, jangan. Batinnya. "Aku tahu kau tidur dengannya." Lanjut Tay.

Off terdiam dan Tay menghela nafas frustasi dari mulutnya. "Yang ingin aku tanyakan adalah...apa kau benar-benar tulus mencintainya atau dia hanya sekedar boneka seks hidup lainnya?"

The Campus Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang