Mata indah itulah yang telah membuat hatiku langsung konser saat melihat bidadari yang tersesat
Kringg
Kringg
KringgSuara alarm menggema di kamar seorang gadis cantik bernama Keyra. Ia meraba-raba nakas untuk mematikan alarmnya.
Saat sudah menemukannya, ia segera mematikan dan melirik sebentar jam wekernya.
"Ahh, baru pukul 5.30," gumam Keyra sambil mengumpulkan nyawanya yang masih setengah.
Sepuluh menit dihabiskan Keyra untuk mandi.
Setelah memakai seragam khas Swastika High School dan memoles sedikit bedak di wajahnya, Keyra segera turun untuk menemui keluarganya. "Pagi Pa, Ma, Dek," sapa Keyra dengan semangat.
Friska dan Bagaskara hanya melirik sesaat kemudian melanjutkan acara makannya tanpa membalas sapaan Keyra. "Pagi kak," jawab Kesya pada sang kakak.
Keyra tersenyum. Setidaknya ada yang membalas sapaannya daripada gak ada sama sekali. Keyra menarik kursi untuk didudukinya.
Semua memakan makanannya dalam diam. Memang sejak dulu Bagaskara selalu menegaskan pada orang rumah agar tidak bersuara saat makan.
"Keyra udah selesai, Keyra berangkat dulu ya, Pa, Ma." Keyra menjulurkan tangannya untuk salam pada Friska, mamanya dan Bagaskara, ayahnya. Namun, juluran tangan itu hanya ditatap oleh mereka.
Keyra paham dengan keadaan. Segera Ia menjauhkan tangannya dari hadapan Friska.
Keyra mencoba mengatur raut wajahnya seperti biasanya. "Dek, lo bareng gue gak?"
Kesya langsung mengangguk semangat. Roti yang masih di mulutnya masih belum terkunyah penuh. "Boleh deh, Kak. Gue lagi males bawa mobil." Keyra mendengus kesal dibuat adik semata wayangnya itu.
"Yaudah ayok."
"Papa, Mama, Kesya sama kakak berangkat ya," pamit Kesya dengan sopan.
Friska mengecup pucuk kepala Kesya dan Bagaskara mengacak rambut Kesya. "Hati-hati ya, Sayang."
"Ihh papa kan jadi berantakan lagi nih." Kesya mengerucutkan bibirnya hingga papa mamanya terkekeh.
Keyra mendelik tajam ke arah tiga orang di hadapannya saat ini. "Udah?" tanya gadis itu dengan nada dingin.
"Oh iya aku lupa kalo mau berangkat sekolah. Bye, Papa, Mama."
"Hati-hati, Kesya," pekik Friska saat mereka berdua sudah melewati pintu utama.
Saat di bagasi, mata Keyra jatuh pada mobil sport berwarna emas yang baru dibelinya minggu lalu. Ia mengambil kunci di gantungan sebelah pintu bagasi dan masuk ke dalam mobil diikuti Kesya.
Selama di perjalanan, Keyra melamun terus namun matanya masih berfungsi untuk menyetir.
Ia iri dengan Kesya. Mengapa Kesya dapat merasakan kasih sayang dari papa mamanya, tapi tidak dengan dirinya.
Ia merasa selalu dikucilkan oleh papa mamanya.
Ia ingin seperti Kesya yang selalu dicium mamanya saat akan pergi dan pulang.
Ia ingin seperti Kesya yang selalu diacak rambutnya oleh sang papa.
Ia ingin hidup seperti Kesya. Ia ingin merasakan keberuntungan Kesya selama ini.
Tak terasa oleh Keyra tiba-tiba air mata jatuh dan Kesya menyadari itu.
"Kak lo kenapa?" Keyra mengacuhkan pertanyaan sang adik. Ia masih fokus pada lamunannya dan air matanya pun semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...