Kini aku sudah menemukan sebagian kebahagiaanku, yaitu menjalin kasih bersama kamu
Rayuan maut tak henti-hentinya Bastian lontarkan pada gadis yang terus bersungut di hadapannya. Sudah hampir setengah jam mereka mendudukkan bokong di tempat ini, tapi Keyra masih saja tak bisa menghentikan cibiran kecilnya.
Seketika suasana menjadi senyap, tak ada yang berani bersorak sorai lagi saat mendengar ucapan Keyra.Sungguh, jika tak meningkat waktu, Bastian akan membiarkan Keyra terus mendumel kecil pada dirinya sendiri. Namun, sayangnya waktu tak memberi izin. Bisa saja dia dicincang oleh keluarga si gadis jika membawa anak dara orang sampai lewat waktu sore.
"Kenapa sih, hm? Lagian duit gue gak bakal langsing habis cuma gara-gara traktir lo makan di sini doang. Lo perhatiin apa yang lo pesan, bahkan makanan kucing lebih banyak dari porsi makanan lo."
Plak
Suara pukulan sedikit memekik dari pojokan kafe. Bastian sontak meringis. Bukan karena rasa sakit, melainkan rasa malu. Tidak ada bercak biru atau merah di lengan bekas tamparan Keyra, tapi hatinya yang berbekal luka karena menahan malu.
"Lo gak mau makan di sini? Kenapa? Atau kita mau pindah aja ke restoran lain?"
Keyra menggeleng. Ia memalingkan tatapannya tepat ke arah kaca, di mana terpampang jelas padatnya jalanan di jam-jam seperti ini.
Rintik-rintik hujan perlahan hadir. Memberikan jejak embun pada dinding kaca. Tidak ada yang bisa menghentikan gadis itu untuk tidak menempelkan tangan mungilnya pada kaca transparan itu.
"Key, kok malah melamun? Ada yang mengganjal pikiran lo? Kalau lo mau pindah, bilang sama gue. Gue pasti bakal bawa ke manapun yang lo mau."
Masih gemingnya Keyra yang Bastian dapatkan. Apapun itu, tentu saja membuat Bastian cemas. Raut yang Keyra berikan sangat mewakilkan bagaimana perasaan gadis itu saat ini.
"Keyra."
Gadis yang dipanggil sontak menoleh. Delikannya menyatakan kalau dia sedang bertanya 'Ada apa?'
"Gue tinggal ke toilet sebentar, ya? Jangan kabur karena gue bakal temuin lo di manapun lo sembunyi." Sayangnya, lawakan Bastian hanya dianggap angin lalu oleh Keyra. Gadis itu hanya memalingkan sebentar wajahnya, kemudian kembali menghadap ke awal titik fokusnya.
"Mbak, itu yang cowok tadi temannya, ya?" Keyra mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya.
"Teman sekolah, Mbak?" Keyra mengangguk lagi.
"Nama mbak, Keyra bukan?" Untuk ketiga kalinya Keyra mengangguk.
"Mbak Keyra mau gak jadi pacar saya?"
Laki-laki yang terus melontarkan pertanyaan pada Keyra berpekik ria. Tangannya mengepalkan tangannya berkali-kali ke udara.
Beda halnya dengan laki-laki itu, mata Keyra malah membola sempurna. "Mak ... maksud lo?" tanya Bastian dengan gugup.
Keyra mengedikkan bahu ya acuh. Kaki jenjangnya melangkah begitu saja meninggalkan Bastian dan kerumunan orang yang sedaritadi menatap cemas dirinya dan Bastian.
"Mas, itu pacarnya gak mau dikejar? Tadi ngedapatinnya terlalu gampang, ya? Makanya mau dilepasin cuma-cuma juga." Seakan tersadar dengan semua yang dialaminya, Bastian langsung melompat dari kursi. Tak peduli orang-orang di sekitarnya yang menggeleng-geleng melihat betapa simple perjalanan kisah cintanya.
Mata elang itu terus berpencar menelusuri parkiran. Mencari di mana keberadaan gadis yang baru saja mengisi hatinya. Senyumnya terpampang jelas saat menemukan sosok yang dicarinya daritadi tengah bersandar di sebelah mobil ya sembari memainkan ponsel.
Tanpa izin, Bastian merengkuh tubuh gadisnya itu. Hampir saja Keyra melayangkan terjangan jika tidak melihat dulu siapa orang yang memeluk ya semena-mena.
Semua pengunjung restoran yang tadinya bersorak riuh bersorak riuh di dalam kafe, kini berbondong-bondong keluar mencari pasangan yang baru saja resmi. Tak sedikit pasang mata yang memotret dan merekam adegan ini lalu di posting ke sosial media mereka.
Bastian terkekeh bahkan bisa dibilang tertawa. Ia tau kalo Keyra gadis yang sudah menjadi miliknya sangat tidak suka keramaian. Terlihat jelas bagaimana reaksi gadis itu saat orang-orang berkerumun mendekati keduanya.
"Guys, makasih ya atas dukungan dan pujiannya tadi. Gue sama pacar baru gue mau turun dulu, silakan kalian semua menikmati makanan sepuasnya karena hari ini gue yang traktir kalian." Keyra tak segan memukul bahu Bastian dengan sling bag yang ditentengnya. Gadis itu menatap tajam lelaki yang kini tengah menggaruk tengkuknya. "Jadi laki kok boros," cibirnya kemudian berlalu ke dalam mobil. Meninggalkan sosok Bastian yang masih terkekeh.
"Sayang, dengerin aku. Aku gak bakal langsung miskin kali kalo traktir mereka hari ini doang. Kamu tenang aja, ya."
Bagian terkekeh riang melihat reaksi Keyra saat dirinya mengodanya. Pipi gadis itu merah padam, disertai senyuman kecil yang dapat Bagian tangkap.
Perjalanan sama sekali tak terasa oleh kedua sejoli. Ban mobil Bastian bergesekan langsung dengan halaman rumah Keyra. Laki-laki itu tersenyum melihat bagaimana polosnya rupa Keyra saat tertidur.
Bastian sudah mengantarkan Keyra ke rumahnya dengan selamat sentausa adil dan makmur.(Elah thor kayak mau baca Undang-Undang aja lo)Keyra tersenyum saat Bastian mengelus kepalanya. Dia tahu, kekasihnya hendak membangunkannya, namun terdahului dirinya yang terbangun.
"Bas, gue turun ya," pamit Keyra kala merasa semua nyawanya telah terkumpul.
Pletak
Bastian menghadiahi Keyra sebuah sentilan di dahinya. "Jangan pernah pake bahasa lo-gue lagi. Mulai sekarang panggilannya jadi aku-kamu, oke? Kalo kamu melakukan kesalahan maka aku akan menghukum kamu," ucap Bastian sambil tersenyum miring membuat Keyra memutar matanya malas.
Keyra hanya mengangguk sebagai jawaban lalu keluar dari mobil Bastian. Ia membungkukkan sedikit badannya untuk melihat Bastian dari jendela mobil.
"Aku pamit ya, Sayang."
Akhirnya gue bisa merasakan bahagia yang sesungguhnya,Tuhan. Gue mohon jangan ambil kebahagiaan gue biarkan gue bahagia mulai sekarang,Tuhan, gumam Keyra pada batinnya sendiri.
*To be continue*
Baper gak baper gak?
Hahaha aku baper nihh
Andai realitanya ada cowok kayak Bastian ya:vDon't forget for vote and comment tq
Revisi
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...