Kecemasanmu telah berhasil membawa hatiku
ke dalam sebuah ketenangan yang luar biasa
Keyra POVGue ngerjapin mata gue saat silau cahaya masuk ke penglihatan gue. Gue berniat duduk untuk menghindari silau ini tapi belum gue berhasil bangun gue udah terbaring lagi karena pusing ymdi kepala gue.
Satu tangkapan yang gue dapatkan, Reva, Bastian, dan Kesya mengelilingi brankar UKS dengan tatapan tajam.
Susah banget rasanya buat gue meneguk saliva. Gue tahu bahkan sangat apa penyebab kesangaran tiga orang ini. "Ka ... kalian kenapa?"
Pertanyaan bodoh.
"Lo bosan hidup, Key?" Gue kenal suara itu. Tanpa menoleh juga gue udah tahu kalau dia Reva. "Gak," sahut gue ketus.
Plak
Reva menampar pelan pipi gue. Bisa gue lihat matanya berkaca-kaca banget, air mata udah mengering di sekitaran wajahnya, hidungnya juga merah. Gue tahu ini semua salah gue, gue penyebab semua ini.
Air mata Reva kembali mengucur. Dia narik paksa tubuh gue buat masuk ke pelukannya. "Jangan pernah lakuin hal gila lagi, Key. Sumpah, jantung gue rasanya mau berhenti waktu ngeliat lo tadi."
"Maaf." Hanya itu yang bisa gue sampaikan. Kepala gue tentunduk di balik bahu Reva yang bergetar.
"Udah, Rev, Keyra jangan didesak gitu. Mental dia masih lemah, lo gak usah menghakimi dia kayak gitu lagi. Biarin yang udah berlalu, jangan diungkit lagi. Kasian gak lo lihat muka Keyra yang makin ketakutan gitu?"
Gue melepas duluan pelukan tadi. Mata gue yang tadinya sendu kini menatap laki-laki yang berdiri tegak di sebelah kiri brankar. Senyumnya, gue gak suka setiap kali dia memberi senyum itu ke gue. Gue ngeliat sinis dia seolah bertanya, 'Lo ngapain di sini?"
"Jangan galak-galak sama Bastian, Key. Kalau gak ada dia mungkin lo udah terjun bebas ke lantai satu tadinya." Gue mengalihkan mata ke semua orang. Ketiga orang ini mengangguk membuat gue pasrah mau diapain juga.
"Reva?" Reva membalas tatapan gue. Alhasil, sekarang kita berdua dalam posisi yang saling bertatapan.
"Maaf."
POV off
Reva tersenyum simpul memandangi setiap inci wajah Keyra. Siapapun yang belum mengenal dekatnya pasti akan merasa tak ada yang aneh dengan wajah Keyra. Tapi Reva tidak. Ia dapat melihat cakaran-cakaran kecil yang nyaris tak terlihat di sebagian wajahnya.
"Lo ngelakuin hal itu lagi?" Keyra paham ke mana alur pembicaraan Reva. Gadis itu mengangguk sembari menggumamkan kata maaf berkali-kali. "Buat apa minta maaf kalau lo terus mengulangi?"
Kesya dan Bastian daritadi diam menyimak. Dua remaja itu sama sekali tak tahu ke arah mana pembicaraan Reva dan Keyra. Kesya tertuntuk sendu, dia marah pada dirinya sendiri yang bahkan tidak mengetahui apa yang terjadi pada kakaknya selama ini.
"Lo gak usah merasa bersalah karena gak ada yang salah di sini. Cuma, lo harus lebih memperhatikan Keyra kayaknya mulai saat ini. Jangan sampai hal bodoh seperti ini terjadi lagi." Kesya menaikkan kepalanya menatap Bastian penuh bahagia.
"Makasih, Kak." Bastian hanya menganguk dengan mata kembali fokus pada dua gadis yang masih saling bertatapan.
"Janji, Key?" Mau tak mau Keyra mengangguk ragu. Dia sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi nanti di kedepannya "Iya."
"Kes, mending sekarang lo nganterin kakak lo pulang. Bel masuk juga masih lama, sekiranya masih ada waktu buat kalian sampai ke rumah. Abis itu ya terserah, lo kau balik lagi ke sekolah atau mau rebahan."
Kesya membentuk jarinya menjadi huruf 'O.' Gadis itu bergerak riang membantu Reva membangunkan Keyra. "Gue gak serajin yang lo kira, Kak. Mana mungkin gue membuang waktu rebahan gue yang gak disengaja."
Ingin sekali rasanya Reva menggeplak kepala Kesya sekarang juga. Bocah kelas sepuluh itu sangat tengil, bahkan melewati batasan ketengilan dirinya sendiri.
"Balik aja sana lo. Lama-lama ngeliat muka lo bikin gue ke pengen ceburin lo ke rawa-rawa."
Ban mobil hitam yang dikendarai sepasang adik kakak berhenti setelah direm oleh sang pengemudi. Decitan ban kerasnya bergesekan langsung dengan halaman rumah hingga menimbulkan suara yang ricuh.
"Lho, kamu kok sudah pulang, Sayang? Kenapa, kamu sakit?" Kesya menggeleng singkat. Matanya teralihkan ke arah Keyra yang baru saja keluar dari pintu mobil membuat Friska turut mengubah pandangannya. "Dia ngapain? Dia yang ngajak kamu bolos? Kurang ajar."
Kesya langsung menahan tubuh Friska yang hendak menghampiri Keyra. Pandangan sayu Keyra dan tatapan tajam Friska mendominan di halaman saat ini. "Kak Keyra lagi sakit, Ma. Dia butuh istirahat jadinya aku bawa pulang."
"Paling alasan dia buat bolos." Keyra menaikkan kepalanya. Mati-matian gadis itu menahan agar air matanya tidak keluar. Dia kuat, bahkan sangat kuat.
"Keyra ke atas dulu ya, capek." Tanpa mendapat persetujuan, Keyra langsung menyelonong begitu saja. Dari belakang Kesya sadar, kakaknya menangis. Keyra menangis dalam diam.
"Ngapain pamit segala orang kamu gak penting," sinis Friska.
"Mama!"
Sesampainya di kamar Keyra langsung menghampiri kasurnya dan menelungkupkan kepalanya di bawah bantal. Ia menangis sesenggukan meratapi nasibnya yang malang.
"Kapan mama sama papa sayang sama aku? Aku juga pengen merasakan kasih sayang kalian. Anak kalian bukan cuma Keyra, tapi ada aku juga. Kenapa kalian membenci aku bahkan saat aku tak melakukan kesalahan apapun? Oke kalau aku ada salah, bilang sama aku. Aku akan memperbaiki semua asal kalian gak jahat lagi sama aku." Di bawah bantal, Keyra terus meracau. Kepalanya terasa berdenyut, pendengarannya juga tidak jelas. Walau begitu, dia tetap melanjutkan apapun yang ingin dikatakannya.
"Jika kalian nanya apa aku iri sama Kesya, maka jawabanku adalah iya. Aku sayang sama Kesya, tapi aku juga iri sama dia."
"Aku ingin merasakan bagaimana menjadi posisi anak yang sesungguhnya. Aku bagian keluarga kalian juga, bukan asisten rumah tangga."
💦💦💦
*To be continue*
*
*
*
Indahnya pagiku disuguhi kata-kata, wkwkwk.
Semangat ya yang lagi daring, jangan bolos pas pelajaran. Nikmati saja pelajarannya, tidur kalau capek. Heh, jangan diikuti sarannya ya.Sumpah, ini aku gak tahu lagi mau nulis apaan. Semua isi otak aku stuck di sini aja. Ya semoga kebuntuan ini membawa kalian menuju kesukaan pada ceritaku sih. *Swan, kau ngomong apaan?
Follow Instagram aku yuk, dijamin folback.
@Euvaniayunita_TanDon't forget for vote and comment
Revisi : 11 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...