Pagi ini Keyra berangkat sendirian dengan motor sport putihnya. Keyra berangkat lebih pagi dan meninggalkan Bastian karena ia lupa kalo mapel pertama nanti ia harus meringkas buku perpus dan ia belum meminjamnya.
"Woi, Key." Keyra menoleh ke belakang dan mendapati Reva sedang berlari sambil melambaikan tangan padanya.
Keyra memperlambat jalannya karena peka akan kode Reva untuk menunggunya. "Lambat," sindir Keyra dengan nada dinginnya saat Reva berdiri tepat di sampingnya.
"Sombong banget lo, jerapah betina."
Keyra terkekeh mendengar sumpah serapah sahabatnya ini yang dari tadi terus terdengar. "LO KETAWA LAGI? KEYRA UDAH BALIK?""Berisik."
Reva merangkul bahu Keyra sambil menenteng tas berwarna pink di kedua bahunya. Sedangkan Keyra? Ia berjalan dengan wajah datar sambil menenteng tas berwarna hitam yang disampirkan di bahu sebelah kirinya. Menghilangkan kembali senyuman yang tidak sengaja.
"Anjir cabe lewat woi."
Langkah Keyra terhenti. Tubuhnya berbalik mencari sumber suara yang begitu menantang baginya.
Semuanya diam tak berkutik. Sepertinya mereka sadar, Keyra sedang emosi. Suara bisik-bisik bahkan tidak terdengar sama sekali.
"Siapa yang ngomong?"
"Gu ... Gue yang ngomong. Kenapa?" Aurel keluar dari tempat persembunyiannya tadi, barisan belakang. "Apa maksud lo ngomong kayak gitu?" Reva sudah siap memegang bahu Keyra takut-takut sahabatnya kelepasan.
Dia tahu, nada bicara Keyra memang begitu santai. Lantas, siapa yang tidak menyadarinya? Terdapat makna tersirat.
Plakk
"Apa-apaan lo?" sentak Aurel sembari memegang pipi kanannya.
Keyra tetap diam di posisinya. Hanya mata dan tangannya yang bertindak, melenyapkan apapun yang salah menurut dirinya sendiri. Bukan orang lain.
"Key, cabut."
"Hai Key." Keyra tak menyahut. Gadis itu hanya menganggukkan kepala sekali, kemudian bergegas begitu saja meninggalkan Resya dan Reva yang masih di belakangnya.
Reva mengembangkan senyumnya saat melihat raut Resya yang begitu berbeda. Ditepuknya tiga kali bahu lebar pemuda itu. "Penyesalan selalu dibalas dengan kemirisan."
💧💧💧
Bastian menyambut gembira kehadiran kekasihnya beserta Reva yang masih celingukan di depan pintu kantin.
"SAYANG. Aww, sakit, dongo."
Resya dan Bintang tersenyum tanpa dosa saat Bastian mengelus dahinya yang sedikit memerah karena dilempar toples tusuk gigi oleh Bintang.
Jangan salahkan Bintang, salahkan saja Bastian sendiri. Siapa suruh tiba-tiba berteriak hingga semua fokus tertuju pada mereka.
"Dahinya kenapa?" Bukannya menjawab, Bastian malah mengerucutkan bibirnya di hadapan Keyra langsung. "Kenapa?" Keyra mengulang pertanyaannya sekali lagi.
"Dilemparin toples tusuk gigi sama suaminya Reva."
"KOK GUE? Hmppt ...."
"Udah diam. Telinga gue butuh THT kalau kalian berdua ngomong terus."
Tawa kelimanya langsung meledak. Keyra memang tidak perlu diragukan. Malas ngomong, tapi sekalinya ngomong malah nyakitin.
Tidak dapat dipungkiri, seluruh penghuni kantin tercengang menyaksikan tawa Keyra yang begitu puas. Untuk pertama kalinya. Cantik, hanya itu yang bisa mereka gumamkan.
"Gue ke toilet bentar, ya."
"Mau gue temenin, Key?" Keyra menjawab dengan gelengan.
Setibanya Keyra di toilet ia langsung masuk ke salah satu bilik toilet itu. Selesainya ia menyelesaikan panggilan alam, Keyra hendak keluar dari toilet. Namun, langkahnya terhenti ketika sebuah tangan mencekalnya kuat.
"Hai cabe." Keyra diam. Dia lebih memilih menunggu apa yang akan dilakukan gadis di hadapannya sekarang.
Tiba-tiba tangan kiri gadis yang tidak digunakannya untuk mencekal Keyra menggenggam pisau lipat yang ntah dari mana asalnya pun Keyra tak tau. Keyra tersenyum miris. Dia paham sekali ke mana arah dan tujuan lawannya ini.
"Lo harus mati." Gadis itu menekan kuat seluruh kosakata yang keluar dari bibir merahnya. Keyra masih diam. Ia masih setia memandang pisau lipat yang mungkin kapan saja bisa mengenai kulit mulusnya.
"Shh." Ringisan itu keluar begitu saja ketika pisau lipat berhasil menusuk kulitnya. Tidak terlalu dalam, tapi cukup membuat rasa perih menguasai.
"Yakin mau lawan gue?"
"Kenapa gue harus takut? Gue gak salah, malah yang salah itu lo sendiri." Gadis itu menggertak ketika Keyra berhasil membalas ancamannya.
"Lo harus mati." Pengulangan kata yang sama dan makna yang sama pula.
"KEYRA."
💧💧💧
"Rev, kok Keyra gak balik-balik?"
Reva menghempas sendok dan garpu di kedua belah tangannya. Ntah sudah keberapa kalinya, yang pasti bukan satu atau dua kali saja.
"Kenapa lo pada diam? Kalian gak khawatir sama Keyra?"
"Daripada lo ngebacot gini, mending sekarang kita langsung susulin Keyra ke toilet. Sekalian gue mau ngadu kalau lakinya bermulut cewek."
Bastian menghiraukan ocehan Reva. Langkah lebarnya langsung mengarahkan ke toilet, di mana sang kekasih berada.
Tidak peduli dengan apa yang akan siswa lain katakan saat dirinya menginjakkan kaki ke toilet wanita, Bastian tetap menerobos.
Bukan hanya satu atau dua orang siswi yang memekik karena kehadiran Bastian, bahkan hampir semua orang di dalam toilet itu. Bukan pekikan marah, melainkan pekikan terpesona.
Lihat saja, keringat sudah mengucur di kedua belah wajahnya. Ditambah dirinya yang tidak memakai dalaman menghasilkan sebuah papan cuci baju yang tercetak jelas.
Hingga Bastian menemukan satu objek yang dicarinya sedaritadi. Keduanya sama-sama menunjukkan raut yang sama, kaget.
"KEYRA."
*To be continue*
Jangan emosi ya, sayang-sayangku.
Aurel baik kok. Saking baiknya sampai Bastian mau ngelempar dia ke danau buaya, hehe.Ini niatnya di part sebelumnya aku bakal keluarin revisi akhir bulan kemarin. Lah ini udah awal bulan, hampir pertengahan malah.😭
Maafin aku, soalnya baru kelar PAS hari ini.
Salam manis
Yunita Hoei SwanRevisi : 8 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...