Bisakah Aku bilang kalau Aku iri dengan bintang yang selalu dikelilingi banyak temannya setiap waktu^^
Keyra benar-benar tak percaya jika Bastian membuktikan ucapannya. Laki-laki bermotor sport merah itu sudah bertengger manis dengan helm full face di kepalanya di depan gerbang.Hingga kini, berakhirlah keduanya di depan halaman rumah Keyra. Wajah gadis itu masih sama, tak ada senyum sama sekali.
Tangannya terulur memberikan helm yang dipinjamkan Bastian tadi padanya. "Terima kasih."
Bastian menggeleng mendapat balasan dari Keyra. Padahal, dirinya belum menjawab. Ehh, gadis itu sudah masuk begitu saja ke dalam rumahnya. Meninggalkan Bastian yang masih termangu.
Sedangkan hal lain, kepulangan Keyra disambut oleh berbagai tatapan tajam. Tanpa menoleh juga dia sudah tahu siapa pelaku utama dari pemilik tatapan itu.
"Siapa dia?" Keyra menoleh ke arah sofa di mana kedua orang tuanya berada. "Teman," jawab gadis itu dengan singkat.
"Apakah ada orang yang mau berteman dengan anak pembawa sial sepertimu? Ku rasa temanmu hanyalah Reva itu dan dia pasti akan menyesal sudah berteman denganmu," sindir Friska secara terang-terangan.
Keyra diam. Diamnya bukan merasa takut tapi ia sedang menahan amarah yang membara di dalam hatinya.
"Siapa yang mengajarimu pulang diantar oleh lelaki, hah? Coba kau lihat adikmu itu, ia tak pernah berteman dengan lelaki. Kau sungguh berbeda dengan adikmu. Adikmu adalah wanita yang baik. Sedangkan kau? Kau itu hanya wanita j****g yang selalu membawa kesiapan."
Cukup sudah Keyra menahan emosinya sekarang. Ia pun memiliki batas kesabaran.
Orang tua mana yang selalu membeda-bedakan anaknya?
Orang tua mana yang selalu membentak anaknya?
Orang tua mana yang selalu bermain kasar kepada anaknya?
Apakah ada orang tua yang rela mengatakan anaknya seorang wanita j****g?
Ada, Bagaskara dan Friska orangnya. Merekalah orang tua yang tega melakukan hal seperti itu pada putri sulungnya.
"Anda bertanya siapa yang mengajari saya menjadi seperti ini?" Kini, Keyra sudah bersuara. Suaranya begitu lembut di telinga, namun itu yang mungkin bisa membuat lawan bicaranya merasa terbunuh.
"Jaga bicaramu, Keyra! Kita ini orang tuamu. Tidakkah kau ini diajarkan sopan santun?" Keyra tertawa sinis. Tepukan tangan kecil ia layangkan tepat di hadapan Bagaskara dan Friska "Siapa yang mengajariku? TIDAK ADA. TIDAK ADA YANG MENGAJARIKU SOPAN SANTUN KARENA AKU TAK MEMILIKI ORANG YANG BISA MENGAJARIKU."
Plak
"TAMPAR AKU TAMPAR. TAMPAR AKU SEPUAS HATI KALIAN BILA PERLU BUNUH AKU. AKU CAPEK HIDUP DI DALAM RUMAH YANG SEPERTI NERAKA INI. BAHKAN ORANG TUAKU PUN MENGANGGAP AKU SIAL BUKAN?"
Plak
Sebuah tamparan melayang lagi ke pipi Keyra. Dua kali Bagaskara menamparnya. Dua kali pula ia merasa dunianya benar-benar runtuh.
"KURANG AJAR SEKALI KAU INI, HAH?" bentak Bagaskara.
Friska tiba-tiba mengeluh lengan suaminya. Senyum sinisnya ia berikan pada gadis yang masih terdiam di tempatnya. "Sudahlah, Mas, kamu tak perlu berurusan dengan anak pembawa sial ini. Aku tak mau kamu celaka karena kesialannya."
"Biarkan dia menderita, Mas. Biarkan dia menanggung semua beban hidupnya."
Seandainya tidak ada siapapun yang melihatnya, Keyra pasti akan sesegera mungkin meluruhkan tubuhnya. Beban di pundak ya terlalu berat untuk dipikul.
Ntah darimana asalnya, Friska tiba-tiba muncul di hadapan Keyra. Dia sendiri juga tidak tahu apakah dirinya yang terlalu mendalami kehidupan atau mamanya yang gesit bergerak, yang pasti, tubuhnya bergetar hebat saat melihat apa yang dipegang oleh Friska.
Sret
Prang
"Shh," ringis Keyra saat pipi dan dahinya terkena lemparan gelas kaca. Ia mengelap darah segar yang terus mengucur di dahi dan pipinya.
Friska gila, benar-benar gila. Bisa-bisanya wanita itu melempar wajah putri sulung ya menggunakan gelas kaca yang tadi sudah ditata was-was oleh Keyra.
"Puas?" tanya Keyra. "PUAS KALIAN NYAKITIN AKU? PUAS BELUM? AKU HERAN APA SEBENARNYA PERMASALAHAN ANTARA KITA INI SAMPE-SAMPE KALIAN BENCI BANGET SAMA AKU? KALIAN BENCI SAMA AKU TAPI KALIAN SEOLAH-OLAH MENGEKANG AKU UNTUK MATI. APA MAU KALIAN?" teriak Keyra di depan wajah Bagaskara dan Friska.
"Hidupmu adalah hidup kami. Kebahagiaanmu adalah kehancuran kami dan kehancuranmu adalah kebahagiaan kami." Tawa puas menggelar di sepenjuru ruang keluarga. Melihat betapa menderitanya gadis yang terperangah ini, membuat hasrat menyakiti mereka semakin kuat.
"AKU BENCI KALIAN!" teriak Keyra lagi.
*To be continue*
*
*
*
Sedih? Aku nangis loh nulisnya.
Gak tau kenapa aku pengen banget bejek" tuh Bagaskara :vDouble up ya soalnya detik" PAS nih jadi vakum dulu.
Don't forget for vote and comment tq
Gak susah kok tekan bintang di bawah:v
Revisi : 18 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...