Mr. Gombal

18.9K 868 11
                                    

Jangan menangis lagi, karena yang sakit bukan kamu saja. Tapi, aku akan merasakan hal yang sama.

S

eharian ini semenjak kembalinya Keyra dan Bastian dari keluarga angkatnya, Keyra tak keluar sekalipun dari kamar. Tidak dapat dipungkiri bagaimana khawatirnya dia kepada sang gadis.

"Key, udah seharian, lho. Kamu masih gak mau keluar?" Masih hening. Tidak ada sahutan apapun yang didapatkan Bastian. Isak tangis Keyra juga tidak terdengar sama sekali. Bukannya tenang, Bastian malah semakin dirundung kekhawatiran.

Gak ada cara lain. Bastian mundur beberapa langkah kemudian bersiap mengambil ancang-ancang. William DAN Sinta yang baru muncul di belakang menatap bingung putra semata wayang mereka itu. "Kamu mau ngapain?"

Pertanyaan itu tak digubris oleh Bastian. Mata elangnya tertuju pada satu titik, pintu kayu yang dilapisi beberapa kilo besi.

Buk
Buk
Buk

Sudah kesekian dobrakan, namun pintu tak urung terbuka. Tubuh kekar yang selalu dipamerkannya mendadak merosot ke dinginnya lantai marmer. Nampan yang dipegangnya tadi sudah diletakkan di lantai sebelum dia mendobrak pintu.

"Key, pliss keluar aku gak mau kamu sakit."

Tidak tahu kapan perginya, William kembali dengan sebuah gantungan berisikan berbagai macam kunci. Bastian sangat tahu kunci apa semua itu. Dia merutuki dirinya sendiri yang terlalu cemas sehingga melupakan bahwa semua ruangan di rumah ini memiliki kunci cadangan.

Kunci-kunci itu langsung diambil paksa oleh Bastian, membuat sang ayah mendengus kesal mengocehi putranya yang sangat tidak tahu terima kasih.

Terkejut, panik, dan takut, itu yang dirasakan tidak manusia yang masih berdiri di depan pintu. Bagaimana tidak? Sprei sudah terlepas dari kasur, selimut ada di depan kamar mandi, bantal dan guling sudah lepas sarungnya, pecahan kaca dimana-mana, banyak foto-foto yang terbakar, dan yang paling mengenaskan adalah sosok gadis yang terduduk di sudut kasur dengan pakaian acak-acakan.

Bastian segera berlari menghampiri sosok gadis yang sudah seharian ini membuat kekacauan tersendiri di hatinya.

Mata bengkak dan sembab, hidung yang memerah, kedua tangan yang sudah dipenuh banyak darah, rambutnya sudah seperti singa mengamuk, dan tubuh yang terlihat lebih kurus membuat siapapun yang melihat gadis itu merasa kasihan.

"Jangan sakitin diri kamu kayak gini lagi. Aku tahu kamu kecewa, tapi aku lebih kecewa kalau kamu seperti ini." Tanpa aba-aba, dua insan itu sudah berpelukan di sudut kasur. Keduanya seolah saling meluapkan emosi yang tidak terkendali di dalam dirinya.

Keyra diam. Dirinya bagai patung yang tak akan bergerak atau bicara sama sekali jika diajak berbicara, hanya ada air mata yang mulai menetes. Bastian sadar akan itu, bajunya yang tadinya kering sudah mulai basah, juga bahu Keyra yang sedikit bergetar.

"Ma, tolong ambilin kotak P3K di laci dekat lemari." Sinta segera menuju laci yang ditunjuk oleh Bastian tadi untuk mengambil kotak P3K. Jujur saja, dia masih shock dengan apa yang dilihatnya barusan. Ini untuk pertama kalinya beliau melihat pemandangan mengerikan seperti ini. Janjinya, ini adalah yang pertama dan terakhir.

Dengan telaten Bastian membersihkan semua luka di tubuh Keyra setelah sebuah kotak disodorkan oleh ibunya. Hatinya getar-getir sendiri mengingat apa yang sudah dilalui kekasihnya hari ini.

Dia baru menyaksikan kehidupan gadisnya selama beberapa hari. Dapat diyakini, selama belasan tahun ini, Keyra pasti mendapatkan lebih dari yang didapatkannya selama beberapa hari.

Tidak ada ringisan yang keluar dari bibir mungil Keyra. Matanya hanya menatap kosong wajah Bastian yang masih setia mengobati luka-luka di tubuhnya.

"Nah, selesai." Bastian kembali menyerahkan kotak P3K itu ke Sinta untuk dikembalikan ke tempat asal. "Kamu makan ya." Keyra menggeleng.

"Hei, denger aku. Kamu sudah menyiksa diri kamu selama seharian ini dan sekarang masih gak mau makan? Jangan harap itu bisa terjadi, Baby." Bulu kuduk Keyra langsung merinding mendengar ucapan Bastian yang sangat seram bagi siapapun yang mendengarnya. Memang nadanya lembut, tapi juga menakutkan bagi pendengarannya.

Alhasil Keyra mengangguk mengiyakan perintah Bastian dan memakan suap demi suap bubur yang dibawa Bastian tadi.

Di suapan ketiga Keyra menyerah untuk menyelesaikan makannya. Percuma saja seenak apapun makanan yang diterimanya, semua terasa sama saja. Hambar, seperti kehidupan yang dia jalani. "Bas, udah."

"Gak ada. Luka kamu tadi bisa dibilang parah. Aku gak mau tahu, semuanya harus habis."

Suap demi suap terus ditelan oleh Keyra hingga akhirnya bubur di mangkuk sudah kandas. Tapi apa kabar dengan Bastian yang masih menyuapi Keyra walaupun bubur di mangkuk sudah kosong? "Bas, itu buburnya udah habis, kok masih masukin sendok ke mulut aku sih? "

William dan Sinta yang masih berada di situ langsung terbahak-bahak melihat tingkah anak semata wayang mereka itu.

"Bastian Bastian kamu itu mikirin apa sih sampe mau Keyra makan dikasi makan mangkok." Telinga Bastian memerah mendengar ledekan yang dilontarkan ayahnya. Pelan-pelan dia meletakkan mangkuk kosong itu di meja, kemudian memfokuskan atensinya pada Keyra lagi.

"Aku itu tadi terlalu fokus sama bidadari surga aku pa jadinya gak konsen deh."

Bluss

Kini giliran pipi Keyra yang memerah karena godaan Bastian.

"DASAR MR.GOMBAL." Keyra dan Bastian terlonjat mendengar pelukan dua orang tua di belakang mereka. Tidak dapat dihindari, pipi Keyra semakin memerah karena baru menyadari bahwa sekarang dia tidak hanya berdua dengan Bastian.

Namun, tidak ada apapun yang terjadi, keempat orang itu tertawa bersama. Melupakan sejenak apa yang baru saja terjadi dan menggantinya dengan sebuah kisah yang baru.

*To be continue*
*
*
*
Gak tahu mau nangis apa baper.😭 Pokoknya mendominasi semua.

Sorry pendek soalnya ini udah telat banget
Aku up telat gara-gara lupa kalo kemarin jadwal aku up alhasil aku ngebut deng ngetiknya.

Don't forget for vote and comment, ya, terima kasih.🙏

Salam manis
Yunita Hoei Swan

Revisi : 22 November 2020

Girl Alone (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang