Moodboster Baru

31.6K 1.4K 24
                                    

Haruskah aku terus menyembunyikan semua dukaku selama ini?

Keyra mengernyit kala berada di ujung tangga. Matanya mendapati tiga orang yang beberapa hari berada di negara yang berbeda beberapa hari ini tengah duduk bersama di meja makan.

"Lho kalian udah pulang?" Keyra bertanya sambil menarik kursi di sebelah Kesya.

Keyra memaklumi bagaimana interaksi Friska dan Bagaskara padanya. Tidak perlu diberitahu juga dia sudah sadar diri.

"Makanya jangan tidur terus, Kak." Kesya terkekeh melihat bagaimana Keyra memasang wajah masamnya. "Gue gak tidur terus, sok tau lo. Gue capek banget kemarin makanya tidur cepat."

Kesya menggangguk-ngangguk paham mendengar gerutuan Keyra. Mengingat akan satu hal, gadis itu buru-buru menelan makanan di mulutnya. "Oh iya gue udah nyimpan oleh-oleh di atas meja belajar lo."

Batin Keyra langsung bertanya-tanya. Seingatnya, dia tak melihat ada barang yang tersimpan di atas meja. Apa gue cuma dikerjain, ya?

"Keyra selesai. Dek, lo bareng gak sama gue?" tanya Keyra pada Kesya yang masih sibuk dengan makanannya.

"Iyha khak ghue bharheng shamha lho," jawab Kesya tak jelas karena makanan yang masih menumpuk di mulutnya.

Baik Bagaskara maupun Friska langsung menoleh ke arah Keyra.  "Apa kamu gak liat adik kamu lagi makan? Apa kamu memang punya niat untuk membuatnya tersedak kemudian masuk rumah sakit."

"Nggak pa, Keyra gak ada maksud gitu. Keyra cuma...."

"Halah kalau kamu gak suka sama Kesya ya bilang aja," tukas Friska memotong ucapan Keyra.

"Udahlah Ma, Pa, kak Keyra gak salah kok. Kan aku yang ngomong bukan salah kakak jadinya."

Friska menghiraukan ucapan putri bungsunya. Wanita itu menarik kuat rambut Keyra yang tadinya sudah rapi terikat menjadi satu.

Kesya sontak menelan besar-besar makanan di mulutnya. Ia segera berdiri di belakang Keyra berusaha melepaskan tangan Friska dari rambut kakaknya.

Ringisan semakin terdengar dari bibir Keyra. Kesya memang ingin membantunya, tapi gadis itu malah membuat jambakan Friska kian mengetat.

"Kamu duduk Kesya. Kamu berangkat sama papa. Papa gak mau kamu berangkat sama anak sialan in." Kesya langsung memberontak saat Bagaskara memaksanya kembali duduk. 

Hatinya teriris begitu melihat raut kesakitan yang Keyra tunjukkan. Kesya tahu, kakaknya telah berusaha menahan rasa sakit itu. Tapi nyatanya, tenaga Friska selalu mendadak jadi kuat jika sudah berkaitan dengan Keyra-kakaknya.

Bruk

Tubuh Keyra dihempaskan begitu saja dari atas kursi. Dalam hati, Keyra sangat berharap kalau tulang ekornya tidak akan mengalami cidera.

"Pergi kamu. Cepat-cepat saja kamu pergi dari hadapan saya, kehadiran kamu bikin keluarga ini kacau." Bagaskara turut melempar tas Keyra ke lantai. Sepatu pantofel yang dikenakannya sengaja menginjak keras tangan Keyra yang tergeletak di lantai.

💦💦💦

Tak ada alasan bagi Keyra untuk tetap kuat. Air matanya tak henti mengalir membasahi pipi hingga menetes ke seragam yang digunakannya. 

Bayangan keluarga bahagia yang dibayangkannya sejak kecil belum pernah terwujud, bahkan sekalipun. Kehadirannya hanya dianggap pelengkap. Pelengkap dari program Keluarga Berencana yang menyarankan memiliki dua anak.

Senyum tipis melengkung dari bibirnya. Tapi, tidak ditemukan kebahagiaan dari sana. Senyuman itu melambangkan dia kuat, namun itu hanyalah topeng belaka.

Tangannya mengepal. Diberhentikannya mobil merahnya di tepi jalan.
"Keyra takut pa ma, Keyra takut sama kalian. Tatapan kalian selalu bikin Keyra mati kuduk," lirih Keyra.

"Kenapa kalian gak bisa nyayangin Keyra sama kayak kalian nyayangin Kesya?"

💦💦💦

Keyra terus melirik spion kanan mobilnya. Gadis itu terus mencoba merapikan tatanan rambut dan wajahnya saat ini. Sungguh penampilan yang tak mencerminkan seorang pelajar di pagi hari.

Rambut acak-acakan, tangan yang memerah, kantung mata membengkak. Jujur, dia sendiri juga sedikit ngeri melihatnya.

Belum selesai ternyata penderitaannya di rumah hingga perjalanan. Ternyata di sekolah dia juga tidak dibiarkan tenang. Hatinya mencibir kala laki-laki penguntit yang muncul beberapa hari ini kembali merecoh harinya.

"Woi Key." Keyra menghentikan langkahnya saat ada orang yang memanggil. Ia sudah tahu siapa dia, namun responnya hanya sebatas formalitas saja.

"Lo mau ke kelas?" tanya Bastian seraya mensejajarkan langkah keduanya saat Keyra kembali melangkah.

Laki-laki itu menghembuskan nafasnya pelan-pelan agar tak terpancing emosi. Kesekian kali dia dan Keyra bertemu, kesekian kali pula kehadirannya dianggap angin lalu saja oleh gadis itu.

"Key gue minta id line sama nomor WA lo dong." Ntah dorongan darimana Keyra menyerahkan handphonenya untuk memberi id line dan nomor WA-nya.

Bastian yang diberi kesempatan itu tak akan pernah menyia-nyiakannya. Ia segera menyalin id line dan nomor WA Keyra dengan cepat. "Aaaa, makasih Key."

Bastian memalingkan wajahnya dari kedua ponsel yang masih digenggaman. Pria itu menyadari ada yang aneh dari penampilan Keyra hari ini. Gadis itu terlihat lebih kacau dari biasanya.

Dengan segera tangannya menyentuh dahi Keyra. "Lo sakit Key?" Keyra menggeleng.

"Atau lo abis nangis tadi?"

Jlebb

Sungguh tebakan yang sangat tepat sasaran, pikir Keyra.

Keyra menggeleng lagi. Buru-buru gadis itu melepas kontak matanya dengan Bastian saat tatapan itu semakin masuk ke retina.

"Lo bisa bohongin banyak orang di luar sana Key, tapi nggak dengan gue. Gue tau lo itu habis nangis makanya mata sama hidung lo merah dan bengkak." Dengan santainya tangan tadi mengelus surai hitam Keyra, merapikan rambut-rambut yang berantakan tadi.

"Lo bisa cerita sama gue kalau lo ada masalah, Key. Gue siap jadi sandaran lo di kala lo sedih. Gue siap jadi moodboster lo, Key."

Keyra diam. Ntah kenapa dirinya merasa nyaman saat Bastian mengatakan ingin menjadi moodboster-nya. Tanpa Keyra sadari dirinya tersenyum di depan Bastian.

Meskipun tak terlalu lebar bahkan bisa dibilang sangat tipis, namun Bastian dapat melihat Keyra melengkungkan senyuman di bibirnya.

"Lo cantik," bisik Bastian tepat di telinga Keyra.

Kenapa gue nyaman saat dia bilang mau jadi moodboster gue? Kenapa gue seolah-olah gak nolak saat dia bilang begitu?

*To be continue*
*
*
*
"Aku diam-diam suka kamu,ku coba mendekat ku coba mendekati hatimu."
Hiya-hiya ngapain aku jadi nyanyi coba:v

Kuylah vote cerita aku biar aku makin semangat buat up GA.

Don't forget for vote and comment,tq guys

Gimana sih part revisi ini menurut kalian? Makin kacau atau agak baikan?

Revisi : 6 Agustus 2020

Girl Alone (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang