Minggat

24.2K 1K 9
                                    

Terima kasih, Tuhan. Setidaknya, aku merasa berguna untuk hidup hingga beberapa waktu ke depan.

Hening. Sedari di perjalanan, tak henti-hentinya Bastian menjatuhkan tatapannya pada gadis yang tetap setia mengatupkan mulutnya. Sakit, sungguh sakit kalbu Bastian melokanya.

Rasanya gadisnya baru beberapa waktu ini menemukan kebahagiaan. Lalu ini? Dua manusia tak berhati itu berhasil merenggut kembali semua rasa di kehidupan Keyra.

"Kok Keyra dibawa balik lagi, Bas? Ada yang ketinggalan?"

Mata Bastian menajam saat mengingat kejadian tadi. Ditolehnya sang kekasih yang masih setia menundukkan kepala dengan air mata yang menetes di lantai.

Bastian mengelus punggung tangan Keyra tang sedari terus digenggamnya itu.
"Cerita aja, Key, gak masalah. Bila perlu aku akan membalas dendam ke mereka."

"Key." Suara halus disertai genggaman lembut dari Bastian membuat hati Keyra tenang seketika. Kedua mata remaja itu saling bertubrukan seolah saling menguatkan.

"Keyra bukan anak kandung papa dan mama."

Di saat itu pula, tubuh Keyra luruh. Gadis itu sengaja menjatuhkan tubuhnya di dinginnya lantai ubin. Siapapun, Keyra mohon, bantu dia menghentikan waktu hari ini dan mengembalikan ke kemarin.

"Ada lagi yang mau kamu bongkar kejahatannya, Sayang?"

Prangg

Sebuah vas bunga melayang begitu saja di dinding putih. Bunga-bunga di dalam vas itu sudah berceceran ntah ke mana. Pecahan-pecahan beling bertaburan di sekitaran gadis yang setia meringkuk.

"Dasar anak tak tau diri! Sudah ku katakan jangan pernah menyentuh barang-barangku. Kau itu pembawa sial, aku tak mau kau membagikan sialmu padaku dan keluargaku." Gadis kecil itu masih diam. Ini bukan kali pertama dia mendapatkan kemarahan orang tuanya. Namun, dirasakannya kali ini adalah yang terparah.

Matanya terperangah saat ujung telapak kakinya mengeluarkan tetes demi tetes darah. Perih. Tapi, lebih perih luka tak berdarah di hatinya saat ini.

Plakk

"Apa mulutmu sudah tidak berguna, hah ?"

Keyra kecil masih tetap bergeming. Sudut matanya menangkap sosok wanita ringkih dan gadis yang lebih muda darinya tengah saling berpeluk erat.

Senyum Keyra kecil perlahan terbit. Ia memberikan senyum termanisnya pada dua orang yang tengah berdiri di depan pintu.

Keyra gak kenapa-kenapa. Ingin sekali dirinya mengucapkan hal itu. Namun sayang, lidahnya benar-benar terasa kelu.

Mata Keyra kecil tertutup rapat guna mengalihkan rasa takutnya. Di hadapannya, berdiri sepasang suami istri dengan tatapan yang begitu mematikan. Yang membuatnya semakin menelan ludah adalah, di mana sosok Bagaskara tengah berdiri dengan senyum mengerikan dan tali tambang yang dipegang di tangan kanannya.

"Tuan, Nyonya, hentikan."

Teriakan begitu memohon dari Bi Narsih berhasil membuat ketenangan Keyra kembali. Di balik orang-orang yang menyakitinya, ternyata masih ada orang yang menginginkan dirinya hidup.

"Ka--kalian mau ngapain?" Keyra kecil menatap takut-takut lelaki paruh baya di depannya yang tengah berbangga diri melihat bagaimana kuatnya simpul yang diciptakan.

Bagaskara melempar begitu saja tubuh mungil Keyra ke arah istrinya.

Kulit-kulit kuku Bastian sudah memutih di balik bahu Keyra. Lelaki itu memeluk gadisnya. Namun, tak ada yang dapat menghindar bahwa saat ini dia benar-benar kecewa.

"Kenapa?" Keyra mengurai pelukan keduanya, beralih menatap mata sendu Bastian dengan penuh tanya. "Kenapa kamu sok kuat? Kenapa kamu harus menjalani semuanya sendiri?"

"Aku merasa gagal menjadi kekasihmu."

Keyra langsung mendekap mulut Bastian dengan tangan mungilnya. Keduanya kembali berpelukan, tak tahu untuk yang keberapa kalinya. "Shutt, kamu gak boleh ngomongy gitu. Kamu gak gagal, bahkan kamu sudah sangat berhasil. Aku merasa bahagia bila di dekatmu, Bas."

"Mulai hari ini Keyra akan tinggal bersama kita. Di rumah ini, menjadi bagian dari keluarga William."

Bastian dan Sinta tersenyum bahagia mendengar keputusan dari kepala keluarga mereka. Berbeda terbalik dengan Keyra yang masih menatap cengo satu per satu anggota keluarga kecil di dekatnya.

"Tapi, Pa, Keyra bisa menyewa apartmen. Uang tabungan Keyra masih cukup, kok, buat menghidupi kehidupan hingga beberapa saat nanti," elak Keyra tak setuju dengan keputusan berat sebelah dari keluarga kekasihnya.

"Apakah papa akan menerima penolakan jika memberi perintah, Bastian?" Dengan bangganya lelaki yang singgah di hati Keyra itu menggeleng dengan begitu tengilnya.

Ayah dan anak sama saja ternyata. Itu yang sedaritadi Keyra dengungkan di otaknya.

"See, baby?  Kamu gak akan pernah bisa lepas dari pantauan keluarga William lagi."

*To be continue*
*
*
*
Cie Keyra cie:v
Keyra tinggal serumah sama babang Babas guys. Awas abang khilaf lho sama dedek Keyra.

Part ini tu spesial banget bagi aku karena dalam setengah jam udah ada alur yang lewat di otak aku. Alhasil dalam setengah jam ini aku mendapat 750 word.

Don't forget for vote and comment ya, tq.

Follow ig aku juga, dong;

@Euvaniayunita_Tan

Revisi : 12 Oktober 2020

Girl Alone (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang