"KEYRA"
Senyum bangga Keyra ukirkan di sudut bibirnya. Tidak terlalu lebar, hanya dia sendiri yang menyadari senyuman itu.
Sekarang kita buktikan, lo atau gue yang akan mati, cewek gila.
"Kamu gak kenapa-kenapa, 'kan?" Keyra menggeleng, namun matanya masih menatap tajam ke arah gadis yang tangannya sedikit dinodai darah segar.
Bastian dan Reva paham maksud tatapan itu. Dendam, emosi, dan kemarahan. Mereka tahu, saat ini batin Keyra tengah dipenuhi oleh tiga hal tersebut.
Di hadapan mereka, gadis aneh itu masih terdiam sembari membalas tatapan Keyra. Dia Aurel, gadis yang berniat melukai Keyra, namun tak disangka malah dirinya yang terluka karena targetnya sendiri.
Aurel menatap nanar pergelangan tangannya yang semakin dialiri darah. Namun, sedetik kemudian ia kembali menatap dengan penuh kebencian pada si gadis kesayangan Bastian. Gue gak akan pernah membiarkan siapapun menghalangi keinginan gue. Kalau gue gak bisa memiliki, maka lo gak akan bisa memiliki juga.
"Apa yang lo lakukan ke cewek gue?"
"JAWAB." Aurel tersentak karena bentakan yang menggema di toilet kecil itu. Bulu kuduknya sedikit meremang, nyalinya untuk membalas dendam seketika menciut setelah melihat merahnya wajah Bastian.
Spontan Aurel menaikkan tangannya. Menunjukkan secara langsung ke Bastian, Reva, dan Bintang bagaimana kondisinya sendiri saat ini. "Gue rasa, lo bisa mengartikan semua ini sendiri. Yang terluka di sini itu gue, bukan cewek lo. Lo bisa cek sendiri apakah ada luka di tubuhnya."
"Di sini gue yang menjadi korban." Suara Aurel melirih. Kepalanya tertunduk, menujukan mata pada lantai toilet yang tidak bisa dibilang bersih. "Gue tadi baru keluar dari toilet, tapi dicegat sama cewek lo. Pas gue tanya kenapa, dia malah goresin pisau itu ke tangan gue."
Keyra memelototkan matanya. Bisa-bisanya Aurel memutar balikkan fakta dari kejadian yang sebenarnya. Licik, itu yang dapat Keyra lukiskan pada sosok gadis yang sudah tersedu di posisinya.
Sedangkan Bastian? Pemuda itu memandang gadisnya dan Aurel secara bergantian. Seolah menggambarkan bagaimana bingung dirinya untuk mempercayai siapa.
"Key, bisa kamu jelaskan kejadian aslinya?"
"Lo kira gue bohong, gitu?" pelik Aurel tak terima. "Lo masih mau percaya sama cewek iblis itu?"
"Lo bisa diam? Kejadian ini melibatkan dua orang, jadi apa salahnya kalau Bastian minta keterangan dari kedua belah pihak?" geram Reva yang sedaritadi diam. Bintang yang di sebelahnya langsung memegang pundak Reva ketika gadis itu hendak menghampiri Aurel.
Keyra masih bergeming. Dia masih ingin menyaksikan apa kelanjutan drama di hadapannya saat ini. Biarkan saja, biarkan Aurel melanjutkan dramanya dulu.
"Key." Keyra menaikkan sebelah alisnya. "Jelaskan semuanya."
"Emang kalau aku jelaskan, kalian bakal langsung percaya? Yakin gue bakal bisa menjalankan drama sebagus ratu drama itu?"
"Kalian lihat sendiri, 'kan? Dia itu gak bisa jelaskan kronologinya. Kenapa? Karena dia memang bersalah."
"Lo ngomong sekali lagi, bibir lo yang gue tebas pakai pisau itu." Reva menggeram kesal kala Aurel tersenyum sinis padanya.
Bastian tidak melihat itu. Posisi laki-laki itu menghadap ke Keyra, otomatis ia membelakangi Aurel saat ini.
Bastian masih memandang Keyra. Gadisnya memilih untuk tetap diam dibanding untuk berbicara. Bingung? Tentu saja. Di satu sisi, ia ingin mempercayai Keyra, gadis tercintanya. Tapi di sisi lain, hasratnya meminta untuk mempercayai Aurel karena telah menjelaskan kronologinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Teen FictionBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...