Rapuh

21.1K 891 6
                                    

Hentikan air matamu itu sayang, karena
tangismu adalah penyakit terberat bagiku


Keyra menatap nanar rumah tinggi berat putih bersih di hadapannya. Seluruh anggota tubuhnya bergetar hebat tanpa alasan.

Kaki kiri yang tadi sempat melangkah keluar mobil mendadak masuk lagi, dan itu membuat Bastian yang berada di sebelahnya mengdengus geram.

Sudah sejak sepuluh menit yang lalu mereka memarkirkan mobil di depan gerbang, tapi Keyra belum juga berani beranjak masuk ke dalam rumah itu.

"Kita pulang aja, ya, Key? Kalau kamu udah siap, kita balik lagi ke sini." Keyra memiringkan kepalanya menghadap Bastian. "Daripada kita diam terus di sini. Kita mau sampai kapan di sini? Kamu mau nungguin sampai mereka keluar baru ngomong sama mereka?"

Keyra tak menyalahkan kekebalan Bastian padanya. Apa yang disebut oleh kekasihnya memang benar adanya. Dia tidak akan mendapat kebenaran jika terus saja berada di depan gerbang seperti ini. Dia harus bisa, Keyra pasti sanggup melewati semua.

"Kita masuk sekarang."

Bastian tersenyum kecil saat Keyra terlebih dulu keluar dari mobil. Buru-buru laki-laki itu menyamakan langkahnya dengan Keyra dan mengaitkan jari-jari mereka.

Dapat Bastian rasakan bahwa tangan Keyra berkeringat dingin. Telapak tangan gadis itu begitu licin saat Bastian menggenggamnya.

"Punya nyali kamu kembali ke sini? Udah putus urat malu kamu?" Hati Keyra mencelos mendengar sindiran Bagaskara untuknya. Dia tahu sangat apa maksud dari ayah angkatnya. Keyra juga terpaksa, dia ke sini hanya ingin mencari kebenaran.

Tidak tahu sengaja atau tidak, Friska yang sepertinya baru kembali dari dapur tiba-tiba melemparkan penyapu ke arah Keyra. Si gadis sudah terpejam. Dia hanya bisa pasrah jika memang kehadirannya akan disambut girang oleh penyapu itu. Hitung-hitung pengganti sambutan kedua orang tuanya.

Seperkian detik Keyra memejamkan matanya, namun dia tidak kunjung merasakan apapun menghantam tubuhnya. Semua baik-baik saja. Tidak ada bunyi-bunyian, tidak ada rasa sakit yang mendadak menjalar.

Ketika matanya terbuka, gadis itu langsung melotot. Di hadapannya, Bastian berdiri dengan posisi membelakangi dirinya.

Tentu saja terkejut. Keyra tahu, pacarnya itu pasti telah melakukan aksi hero.

"Kamu gak kenapa-kenapa?" Seharusnya Keyra yang bertanya seperti itu pada Bastian, bukan sebaliknya. Mulut Keyra terkatup rapat saat melihat kening Bastian yang memar dengan sedikit mengeluarkan darah.

Bastian kembali membelakangi Keyra. Mata elangnya menatap tajam pada pasangan suami istri yang seolah tidak melakukan kesalahan apapun. Seandainya dirinya tidak bergerak cepat tadi, maka dia tidak akan pernah mengampuni pasangan setengah tua itu karena telah melukai gadisnya.

"Apa kalian tidak bisa mencerminkan sikap orang tua sama sekali, hah? Orang tua mana yang bisa-bisanya bergerak untuk melukai anak mereka sendiri. Saya tidak habis pikir dengan isi hati kalian itu." Bagaskara dan Friska tergelak mendengar kecaman Bastian. Mereka berdua saling bertatapan tanpa alasan yang diketahui oleh dua remaja di depan pintu.

Tak lama kemudian Bagaskara maju. Tangannya yang sudah menampilkan sedikit kerutan menepuk pundak Bastian beberapa kali. "Seharusnya saya yang mengatakan itu padamu, anak muda. Untuk apa saya memperlakukan dengan baik anak orang yang telah membunuh anak saya sendiri? Itu sama saja seperti saya menghamburkan waktu di saat meeting tengah berjalan."

"Kamu." Bagaskara menunjuk wajah Bastian dengan jari telunjuknya. "Apakah kamu tidak malu menjalin kisah dengan anak seorang pembunuh? Di luar sana masih banyak wanita yang mengincarmu. Jadi saya sarankan, mending kamu lepas dia dan cari saja yang baru."

Air mata yang daritadi menggenang di pelupuk mata Keyra tumpah begitu saja. Ia lebih baik mendapat perlakuan kasar dari kedua orang tua angkatnya daripada harus mendengar hinaan tentang orang tua kandungnya.

Memang Keyra tidak pernah melihat sosok orang tua kandungnya. Tapi, apakah wajar jika mereka menjelek-jelekkan orang tua kandungnya? Keyra yakin, kejadian di masa lalu hanyalah kecelakaan, hanya saja mereka belum mencoba mengikhlaskan.

"Pergi kalian dari sini." Keyra menggeleng mendengar usiran kasar Friska. Bagaimanapun juga, tujuannya datang ke sini belum terpenuhi. "Tidak akan sebelum kalian menjawab pertanyaan Keyra."

"Di mana keberadaan orang tua kandung Keyra?"

Kuku-kuku jari Bagaskara sontak memutih. Emosinya memuncak seketika saat pertanyaan itu terlontar kembali dari bibir mungil Keyra.

Plak

Langkah Bastian terhenti ketika Keyra memampangkan telapak tangannya di depan Bastian. Jujur saja, Bastian sangat tidak terima dengan apa yang baru didapatkan oleh pujaan hatinya.

Senyum manis yang Keyra berikan ternyata begitu berpengaruh pada diri Bastian. Amarah yang tadinya meluap mendadak teredam ntah ke mana.

"Keyra cuma nanya baik-baik, kenapa Papa malah main tangan? Kurang puas Papa nyakitin Keyra selama ini?"

"BERHENTI MEMANGGIL SUAMIKU PAPA. DIA BUKAN AYAHMU, ANAK SIAL ... AKH."

Tidak ada yang menyangka kalau Bastian berani melakukannya. Laki-laki itu langsung menjambak rambut ikal Friska ketika gadisnya dicaci maki oleh si nenek lampir.

Mata Bastian terasa menusuk di dada Friska sendiri. Tidak dapat dipungkiri jika memang sebenarnya wanita itu tengah ketakutan sekarang. "Lepaskan rambutku," mohonnya pelan.

Brakk

"Ini tidak sebanding dengan apa yang kalian lakukan selama ini pada gadisku." Desisan Bastian tidak dihiraukan Friska sama sekali. Wanita itu terlalu memikirkan kepalanya yang berdenyut sakit karena terbentur ke dinding.

Kini, posisi empat orang di dalam rumah seperti sedang duel berpasangan. Keyra dan Bagaskara saling beradu bicara, sedangkan Bastian dan Friska saling beradu kekuatan.

"Jangan harap kamu akan menemui orang tua kandungmu itu."

Bagaskara melenggang meninggalkan kedua remaja yang masih tersulut emosi. Namun sebelum itu, dia menggendong istrinya yang sudah tak berdaya terlebih dahulu.

"Bas." Nada lirih Keyra mengalihkan fokus Bastian.

Di sana-di depan pintu, gadisnya masih berdiri dengan wajah sendu. Air mata yang terus mengalir dari sudut mata Keyra berhasil membuat seorang Bastian menjadi sosok yang lemah.

"Tenang, ya. Aku janji, kita bakal nemuin keberadaan orang tua kandung kamu. Sekarang kita pulang, aku gak tega ngeliat keadaan kamu seperti ini."

Ketika berbalik badan, Keyra dikejutkan dengan hadirnya sosok Kesya di belakangnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa dia sangat merindukan adiknya.

Baru hendak Kesya memeluk tubuh rapuh kakaknya, Bastian sudah lebih dulu menjadi penengah di antara dua kakak beradik itu. "Jangan sentuh calon ibu anak-anak gue kalau niat lo cuma mau bikin sakit hati seperti apa yang orang tua lo itu lakukan."

*To be continue*
*
*
*
*
Ding dong
Permisi, apa benar ini dengan KeyBas lovers? Di sini saya mau mengantarkan salam manis:)

Kalian ada ngerasain hal beda setelah aku revisi part ini? Atau masih ngerasa b aja? Beri tahu aku, biar aku bisa memperbaikinya lagi.

Don't forget for vote and comment, ya. Vote dan komen dari kalian itu sangat membangkitkan jiwa ragaku, brahhh.

Salam manis
Yunita Hoei Swan, calon ibu dari anak orang

Revisi : 17 November 2020

Girl Alone (PROSES REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang