Bintang menatap jengah Bastian yang terus mondar-mandir di depan pintu kamar Keyra di rumahnya. Di dalam sana, hanya ada Sinta dan seorang dokter yang menemani Keyra. Selebihnya mereka disuruh keluar agar tidak mengganggu ketenangan.
Sejak pulang dari rumah Bagaskara tadi, Bastian langsung membawa gadisnya kembali ke kediaman William. Biar saja, toh kedua orang tuanya malah senang jika ada Keyra di rumah mereka.
Tok tok tok
"Dok, ini masih lama, ya? Saya mau lihat keadaan pacar saya."
Ntah untuk keberapa kalinya pertanyaan itu meluncur dari mulut Bastian. Namun, baik dokter maupun Sinta seperti begitu segan untuk menjawab pertanyaannya itu. Lihat saja, Bastian masih tidak bisa mendengar suara apapun dari luar sini. Begitu hening rasanya.
"Lo bisa diam gak, sih? Mata gue sakit banget ngeliatin lo bolak-balik terus kayak setrika." Akhirnya protesan itu bisa keluar dari mulut Bintang. Kemalasannya terhadap Bastian sudah sampai di ujung tanduk.
Bastian tidak memperdulikan ocehan teman-temannya. Cowok bertubuh atletis itu menempelkan mata sebelah kirinya ke lubang kunci di pintu. Naas, bukannya menemukan jejak kondisi Keyra, matanya malah tertusuk kawat pintu yang terlepas.
Jangan tanyakan bagaimana mimik Resya dan Bintang melihat kejadian tersebut. Bintang sudah terpingkal-pingkal sambil memukul sofa yang didudukinya. Sedangkan Resya sendiri, ia menundukkan kepala dalam-dalam guna menutupi tawanya yang hampir terlepas.
Kini, giliran Bastian yang menatap keduanya jengah. Teman-temannya itu memang tergolong ke dalam manusia yang tidak berperiketemanan.
Ceklek
"Bas."
Bastian langsung berbalik arah kala mendengar suara Sinta mengintrupsi dari belakangnya. Tanpa aba-aba, ia langsung mendekat pada sang mama. "Gimana kondisi Keyra, Ma?"
Sinta menerima pertanyaan putranya dengan senyuman. Terpancar jelas dari mata Bastian jika dia memang benar-benar tulus mencintai Keyra, sebagaimana sebuah pasangan yang sebenarnya. "Kalian masuk sana. Keyra udah sadar. Sepertinya dia mau ngomong sama kalian."
Kelima teman Keyra langsung melenggang meninggalkan Sinta yang menggeleng di tempat. Senyumnya masih belum memudar, hingga langkahnya menjauh dari kamar Keyra.
"Kamu kenapa gak mau ngomong, sih? Aku ada salah sama kamu? Jangan diam begini, aku khawatir." Bastian terus mendesak Keyra agar membuka suaranya.
Sejak mereka berlima masuk ke dalam kamar, Keyra langsung mendiami mereka. Bahkan ketika dokter berpamitan, gadis itu masih setia menutup mulutnya rapat-rapat. Padahal baru saja Sinta mengatakan kalau ada yang ingin dikatakan Keyra.
Yang paling frustrasi di sini adalah Bastian. Dia sedaritadi sudah mencoba berbagai cara agar Keyra mau membuka mulutnya.
"Kak, ada yang sakit?" tanya Kesya pelan, lalu melangkah mendekati ranjang sang kakak.
Keyra masih diam. Gadis itu memandang satu per satu orang di dekatnya dengan begitu seksama. Hingga atensinya kembali ke Bastian, dia langsung melotot garang.
"Kenapa lo masih di sini? Gak takut Aurel cemburu?"
Semua yang berada di dalam kamar itu sontak membuka mulut mereka lebar-lebar. Bintang sendiri sampai menonjok wajah Resya lumayan keras hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan.
"Key?" Ia mengangguk. Perlahan gadis itu bangun dari posisinya yang semula berbaring menjadi duduk. "Kenapa? Mau bohongin gue lagi? Mau gunain amnesia gue sebagai celah buat lo dekatin gue dan Aurel sekaligus?"
Bastian termangu mendengar penuturan Keyra. Jelas sekali bagaimana raut gadis itu yang tampak sangat kecewa pada dirinya. Dia tidak akan membiarkan itu. Keyra miliknya, hanya untuknya. Begitu pula Bastian, hanya milik Keyra seorang.
"Diam? Kehabisan kata-kata, huh?"
"Kamu salah paham, Key."
Jari telunjuk Bastian langsung mendarat di depan bibir pucat Keyra saat melihat ucapannya akan dipotong oleh gadis itu. Keyra langsung mati kutu. Ia kembali bergeming sembari menunggu kelanjutan apa yang ingin Bastian jelaskan kepadanya.
"Apa kamu ingat waktu kamu lihat aku lagi bareng sama Aurel?" Keyra mengangguk mengiyakan. "Waktu itu dia ketabrak sama aku. Kakinya terkilir, gak bisa jalan katanya. Sebagai bentuk tanggung jawab, aku akhirnya nganterin dia pulang."
"Kamu bilang nganterin dia pulang. Lalu, kenapa kalian malah pelukan di apartemen kamu?"
"Jangan potong aku kalau lagi bicara, Keyra!" jelas Bastian pelan, namun tersirat ketegasan yang tak ingin dibantah di baliknya.
"Halo, Bas, lo lagi sibuk gak?"
Bastian mengernyit ketika sambungan teleponnya tersambung dengan si penelpon. Nomor itu begitu asing baginya. Apalagi tidak terdaftar di kontaknya juga.
Seakan paham akan kebingungan Bastian, penelpon itu memberi tahu siapa dirinya. Bukannya senang, dada Bastian malah semakin bergemuruh. Jantung dan hatinya seolah menolak keras apa yang akan dikatakan si penelpon selanjutnya.
"Ada apa?" Nada suara Bastian yang terkesan dingin malah membuat orang di sebrang sana terkekeh singkat. "Gue mau ke apartemen lo. Jangan ke mana-mana, ya. Tunggu sampai gue datang"
Demi apapun, Bastian sangat ingin merutuki gadis yang bertindak semenanya itu. Mau tidak mau rencananya untuk jalan-jalan dengan Keyra malah gagal.
"Aku benar-benar gak tahu apa maksud dia yang tiba-tiba sengaja jatuhin dirinya sendiri. Di saat yang bersamaan, kamu dan Bintang masuk. Mulai dari situlah kesalahpahaman kita bermula, hingga kamu kecelakaan dan melupakan kenangan kita."
Tidak ada yang bisa menghalau air mata Keyra agar tidak menetes. Gadis itu meneteskan air matanya tanpa diminta sekalipun.
Merasa bodoh, dirinya memang bodoh. Dia sampai harus kehilangan ingatannya selama beberapa hari karena tidak mempercayai Bastian. Lalu sekarang? Mukanya terasa kaku bahkan untuk mendongak sekalipun.
"Hei, kenapa?" Keyra tidak memgindahkan panggilan Bastian. Gadis itu masih menunduk sambil memilin jarinya satu sama lain.
"Jangan menunduk, Sayang. Aku suka kalau kamu cemburu. Tetap cemburuan, ya?"
Kepala yang tadinya menunduk sontak mendongak setelah mendengar hal aneh yang Bastian utarakan. Alisnya tertaut tanda ia benar-benar tak mengerti.
"Cemburu itu untuk orang yang sangat mencintai pacarnya. Dan aku percaya, kamu sangat mencintaiku."
Pipi Keyra bersemu merah tanpa dihindari. Sudah mendongak, kini menunduk lagi. Sudah malu, malah semakin malu. Dasar Bastian.
*To be continue*
*
*
*
Hiyaa jadian semua:v
Jomblo harap bersabar karena part ini bakal nguras emosi para jomblo😂Walaupun awalnya gak sesuai ekspetasi ya hahaha.
Detik-detik menuju ending, guys.
Don't forget for vote and comment, ya.
Terima kasih.Salam manis
Yunita Hoei Swan
Revisi:1Januari2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Girl Alone (PROSES REVISI)
Novela JuvenilBahagia? Aku ingin mengalaminya Tertawa? Aku ingin merasakannya Keluarga? Aku ingin memilikinya Namun, ku rasa aku tidak beruntung. Semua itu belum hadir, ah mungkin tidak akan ada di hidupku. Hidupku sepertinya penuh kegelapan dan air mata. Hingga...