Bayaran karena telah memalak dan menonjok anak orang, bagi Zian adalah ruang Bimbingan Konseling.
Seperti sekarang.
Guru perempuan berkaca mata didepan Zian terus menatap cowok itu, tajam. "Hukuman kamu kali ini berbeda."
Zian diam, menunggu kalimat selanjutnya.
"Atas amandat kepala sekolah. Kamu harus menjaga cucu-nya. Memastikan semua kebutuhannya. Terutama makan dan—"
"Pake duit saya?" sela Zian, kontan membuat guru dihadapannya melotot.
"Kenapa? Kamu nggak terima?"
Zian tertawa remeh, enggan bersuara.
"Ibu males ngomong lama-lama sama kamu. Pokoknya nanti Ibu akan pantau kamu seminggu dua atau tiga kali." Guru itu merobek secarik kertas dan menulis sesuatu disana, memberikannya pada Zian. "Namanya Syaza."
Zian melirik kertas tersebut. Sebuah alamat.
"Ganjaran setimpal kan..., bu?" kembali Zian menatap guru dihadapannya.
"Ya, kamu bebas dari hukuman dan poin kamu berkurang. Begitu kan?"
"Oke." Zian bangkit, dan beranjak pergi dari ruangan itu.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIAN
Teen Fiction[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf