Dua

3.4K 86 7
                                    

ZIAN membeli makanan terlebih dulu sebelum kerumah Syaza. Karena banyak malas yang harus ia lakukan nantinya.

Tepat waktu, Zian sampai disaat yang bersamaan dengan kepulangan Syaza—dengan ojeknya.

"Ja," panggil Zian sangsi.

Syaza menengok. Tersenyum. "Iya?"

Tangan Zian langsung terulur, memberikan makanan yang tadi sempat ia beli. "Buat lo."

Walau sempat bingung, Syaza tetap menerimanya dengan senyum. "Makasih."

"Gue cabut ya? Makasih senyumnya." Zian naik keatas motor, menyalakan mesinnya. Dan pergi darisana.

Bahkan Syaza belum sempat menanyakan siapa Zian sebenarnya.

Tapi plastik yang berisi nasi goreng dari Zian ada untungnya juga.

Syaza belum makan.

[]

Zian turun dari motornya. Kemudian bergabung bersama teman-temannya yang sedang menyantap mi rebus plus telur dan kopi panas.

"Dari mana?" Danang bertanya, menyodorkan bagian milik Zian.

Zian menarik mangkuk dan gelas bagiannya. "Ga kemana. Ngaret doang." bohongnya.

Danang mengangguk saja.

Zafran—yang baru kembali dari warung sebelah, duduk disamping Zian. Mengulurkan sebatang rokok. "Kali aja minat."

Zian mengambilnya, tapi tidak untuknya. Ia hanya mengoper untuk diberikan pada Septa.

"Tumben," kata Zafran yang mulai mengisi udara dengan asap rokoknya.

"Bau baju gue." ujar Zian.

"Ga ngepul pun baju lo tetep bau bor." sindir Zafran.

Zian menarik napas, "Seenggaknya ga banget."

Zafran menyerah. "Iye dah."

"Lo dihukum, yan?" Septa bersuara setelah melihat ke arah ponselnya.

"Kata siapa? Jangan sok tau." sinis Zian.

Zafran tertawa, "Tau." tambahnya.

Septa hanya mengangkat bahu dan mengetik sesuatu diponselnya.

"Netizen." gumam Zafran, mendapat kekehan Zian dan lirikan mantap Danang.[]































—keep vote and coment, my readersiuuuu.

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang