NYARIS sudah dapat ditebak. Hari ini Zian kembali disapa ruangan ber-ac milik guru berkacamata kemarin.
"Seberapa jauh hukuman kamu berjalan?" tanya guru itu, satu detik sebelum Zian duduk nyaman dihadapannya.
"Beliin dia makan."
"Bagus." Guru itu tersenyum, "Hari ini kamu kesana lagi?"
"Tergantung." kata Zian.
"Tergantung apanya?"
"Saya punya duit nggak buat traktir dia lagi." nada suara Zian telak terdengar menyinggung.
"Nggak mesti beliin makanan kok, kamu nemenin dia juga udah bagus."
"Oke."
[]
"Si Brian udah ngasih?" tanya Zian begitu datang pada teman-temannya yang sedang makan dikantin.
"Belom." Danang menyahut.
Zian menghembuskan napas, kesal. "Perlu gue apain lagi sih itu anak," geramnya.
Sebatang cokelat terulur pada Zian, dari Zafran.
Zian melirik Zafran, "Homo, gan?"
"Dari penggemar lo, lol. Masih waras gue."
Zian terbahak. "Ga minat ah, buat lo aja."
"Ogah, mending beli pake duit sendiri." tolak Zafran.
"Kasih siapa kek yang minat." suruh Zian, enggan juga mengambilnya.
Zafran meletakkan cokelat batang tersebut di atas meja.
"Goceng, tarik." ujar cowok itu melekatkan harga.
Danang melirik tertarik, "Harga temen?" nego-nya.
Zafran mengangkat dagu pada Zian.
"2k." cetus Zian enteng.
Danang tidak merespon. Membuat Zafran kesal. "Jadi ga sih lo?!"
"Ga minat."
"Ga usah nanya, anjing." sinis Zafran. Mengambil cokelat itu dan memberikannya pada Zian.
Zian mengambilnya, menatap cokelat itu lama. Pada siapa akan Zian berikan? Cokelat ini? Sayang juga kalau dibuang.
Lebih baik ia pikirkan nanti, dan menyimpannya sekarang. []
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIAN
Teen Fiction[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf