Sebelas

1.6K 46 4
                                    

Mark turun dari mobil mewahnya. Berlari memasuki lorong.

Ternyata tidak ada yang berubah setelah ia tinggalkan dua bulan ke amrik.

Bukannya ke kelas, Mark justru berlari ke kantin.

"WOEEH." sebuah teriakan menyambut Mark. Padahal cowok itu baru menginjak mulut kantin.

Setelah menemukan sumber suara. Lengkungan terlihat jelas di bibir Mark.

Cowok itu berlari menghampiri teman-teman setianya. Seper-cabut-annya, seper-palkor-annya. Dan yang membuatnya nyaris di kurung di amrik, tidak boleh kembali ke indo. Adalah, Mereka.

"Bulepetan kita." sambut Zafran dengan tawa lebar.

Mark tertawa, "Hi, how are you? Please say--"

"Translate buruan, woy!" Zafran menyenggol bahu Zian dan Danang.

Danang sontak tertawa, sementara Zian hanya bergeming dan memperhatikan.

"Forget, please." ucap Mark akhirnya.

Ditengah-tengah kesenangan mereka menyambut kembali Mark. Zian bangkit dari duduknya.

Membuat semua fokus teralih padanya.

Zafran ikut bangkit dari duduknya, menatap heran Zian. "Kenapa, yan?"

Alis Mark terangkat, "Why, Zyan?"

"I, bukan y. Ejaan lo bener-bener kacau." ucap Zian dingin. Sebelum kemudian cowok itu mengambil tasnya dan berlari pergi meninggalkan teman-temannya.

"ZIAN!" Teriak Mark, cowok itu sudah bangkit dari duduknya, melihat ke arah Zian pergi. "Dia mau kemana?" tanya Mark pada siapa saja yang medengarnya.

Zafran menatap kosong lorong, "Yang pasti bukan ke kelas. Kita udah ngantin dari pagi. Bisa mampus dia kalo ke kelas."

"Zian nggak suka Mark dateng, ya?" cetus Septa, mendapat senggolan keras dari Danang.

Mark menoleh, "Iya?"

"Nggak, gue cuma asal ngomong." Septa tertawa pelan. []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang