Sepuluh

1.7K 47 1
                                    

"Boejang, boejang. Dari mana aje lo?" Zafran berdecak, tangan kanannya memegang segelas kopi panas.

Zian tidak menjawab, cowok itu sibuk mengeringkan rambutnya dengan dikibas-kibaskan.

"Abis ujan-ujanan demi siapa, mas?" singgung Marsel.

"Tumben lo disini, sel." Zian melirik Marsel.

"Males gue ama Januar, ga seru. Cewe mulu otaknya dia." jawab Marsel.

Zian tertawa keras, kemudian memelan. Ia memegang bahu Marsel. "Terus, lo jadiin kita pelarian doang?"

Marsel diam, "Ya ma—"

"Cabut lo!" Zafran menendang kursi Marsel, "Sampah."

Marsel bangkit, menatap Zian. "Sori, yan."

"SAMA GUE SAMA DANANG, SEPTA NGGAK?" singgung Zafran.

Marsel berbalik, "Ya sama lo semua." katanya.

Zafran memandang Zian, cowok itu hanya mengangkat bahu. Malas meladeni.

"Sana, cabut." ketus Zafran.

Marsel mengangguk, "Kalo ada yang bisa gue lakuin biar lo lo pada nerima gue, bilang ya." Kemudian berjalan pergi darisana.

"Jahat banget anjir." celetuk Danang.

Zafran melirik Danang, "Otak lo yang gak dipake."

"Dia udah lama maen sama Januar. Gue gak mau nyari kasus." ucap Zian.

Alis Zafran terangkat, "Tumben, kenapa lo?"

"Gapapa." []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang