Tiga puluh dua

1.2K 40 2
                                    

Syaza yang sudah dalam keadaan menggigil hanya bisa memeluk tubuhnya. Gibran menyiramnya dengan air es-yang jumlahnya tidak sedikit.

"Dingin?" Gibran tertawa sinis, puas dengan apa yang Syaza rasakan.

"Gibran jahat, Syaza.." Syaza tidak dapat melanjutkannya, ia hanya mengigit bibir. Menahan dingin yang menyelimuti.

Gibran mendekatkan ke arah Syaza, mencolek dagu gadis itu. "Apa?"

Syaza mundur, menjauh. "Nanti Mama marahin Gibran!" seru gadis itu lantang.

Gibran tertawa terbahak-bahak, sampai cowok itu menepuk-nepuk pahanya. "EMANG LO PUNYA MAM-ups, sori.."

Kedua mata Syaza memerah, "Nanti Mama marahin Gibran!" ucapan itu seperti bergaung ditelinga Syaza. Kenapa ia bisa mengatakan hal sebodoh itu? Padahal ia sendiri tau, Mama-nya sudah tidak ada. []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang