Tiga puluh lima

1.3K 37 2
                                    

"Yan, lo bisa jelasin ke kita." Zafran terus merayu Zian yang enggan berbicara sepatah katapun sedari tadi.

Mark yang berada di luar kamar, menunduk. Cukup merasa bersalah pada Zian, padahal ia tidak tau salah nya apa dan dimana.

Kedua mata Mark memandang plastik yang ia tenteng, isinya kotak sepatu dan sepatunya. Itu hadiah untuk Zian dari Amrik, Mark membeli menggunakan uang tabungannya sendiri. Namun ia tidak pernah bisa memberikannya, bahkan lewat Zafran atau Danang dan Septa. Zian tidak menerimanya.

"Di luar aja, bro?" Marsel lewat membawa segelas teh hangat untuk Zian, berhenti didepan Mark.

"Jangan bilang Zian gue ada disini." ucap Mark tanpa mendongak.

Marsel memandang Mark dari atas sampai bawah dan menemukan plastik yang Mark tenteng, brand terkenal. Disana tertera from: Mark to: Zian, dan ada tulisan lainnya tetapi tak terbaca oleh Marsel karena ia melihatnya dari atas.

Sekarang ia tau bagaimana perasaan Mark. Maka dari itu Marsel memegang pundak Mark dengan satu tangannya dan berkata, "Percaya sama gue, kalo emang lo punya salah, Zian pasti maafin lo."

Bibir Mark tersungging, senyum miring yang diiringi tetesan air mata. "Gue kangen sel, sama dia."

"Gue tau. Gue pernah jadi lo." Marsel tersenyum, "Dapetin maafnya Zian emang susah, tapi yang pasti dia bakal maafin lo. Entah itu kapan."

"Ya, entah kapan.." kata Mark lirih.

"Gue ke dalem dulu,"

"Take care."

"Sans."

Mark tertawa pelan. Setidaknya berkat Marsel, Mark yakin Zian benar-benar akan memaafkannya,

Entah kapan. []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang