ZIAN madol, Syaza izin.
Hari ini Zian berniat mengajak Syaza berjalan-jalan. Setidaknya sampai gadis itu bisa tertawa lepas.
Zian mengecek dompetnya. Uang jajannya selama seminggu ia gadaikan untuk hari ini.
Syaza sedang mandi. Saat Zian sampai tadi gadis itu masih tertidur dengan kedua matanya yang sembab.
Zian berjalan ke dapur. Ia teringat plastik yang pernah ia berikan pada Syaza, plastik yang berisi roti dan selai. Ia ingin memastikan bahwa gadis itu memakannya.
Tidak ada apa-apa diatas meja dapur.
Zian mengintip kedalam sebuah tempat sampah kecil, disana terdapat beberapa bungkus mi dan selai juga roti.
Zian berjalan ke ruang tengah. Saat tengah memperhatikan beberapa benda dirumah Syaza, Ia baru menyadari kalau dirumah besar ini tidak ada satupun foto keluarga. Berbeda dengan rumahnya yang terdapat beberapa yang dipajang.
Hal itu membuat Zian bertanya-tanya. Kemana sebenarnya seisi rumah Syaza? Seharusnya kan setidaknya minimal ada ibu dan ayah—tunggu, Syaza mengatakan bahwa Gibran mencemoohnya dengan menyebut Syaza anak piatu—tidak usah dilanjutnya. Berarti harusnya, dirumah ini ada ayahnya.
Dan dimana beliau?
Lalu, Apa maksud hukuman Zian sebenarnya? []
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIAN
Teen Fiction[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf