Sembilan belas

1.3K 42 7
                                    

"Lo suka jalan-jalan kemana?" Zian melambungkan kunci motornya diudara.

Syaza membenarkan tali tas selempang kecilnya, "Terserah Bang Zian aja, kan Abang yang bawa motor."

"Lo maunya kemana?"

Syaza menunduk, "Syaza mau ke makam Mama." katanya pelan.

Zian menengadahkan kepalanya, menghela napas. Sejujurnya ia paling anti ke kuburan, tetapi karena Syaza yang meminta, ya sudahlah. "Oke."

Zian memandang Syaza yang masih tertunduk. "Jangan nunduk mulu. Batu sama gue masih gantengan gue, tenang aja."

Syaza mendongak, ia tertawa.

"Pake hoddie gue, ja." Zian melepas hoddie hitamnya dan memberikannya pada Syaza.

Syaza menerimanya, seperdetik kemudian ia menatap Zian sebelum menggunakannya. "Pacar Bang Zian nggak marah? Kalo tau Syaza—"

Zian tertawa, salah tingkah. "Gue ga punya pacar ngapasi."

"Ohh, kirain." Syaza terkekeh.

"Udah ah, apaansi. Ayo jalan." Zian berjalan ke arah motornya, membelakangi Syaza sembari tersenyum diam-diam. []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang