Tiga puluh satu

1.2K 37 2
                                    

Istirahat sudah lima belas menit lalu berakhir, tetapi Zian masih duduk dikantin sendirian.

Suara derap langkah terdengar, tidak lama kemudian Zafran, Danang, Septa, dan M—duduk dihadapan cowok yang tengah menguyah es batu itu.

"Pergi." intrupsi Zian dingin.

"Yan, gue ada salah apa sama lo? Lo bisa jelasin yan. Jangan kayak gini, gue ga ngerti." ujar Mark, memohon.

"Tanya Zafran." jawab Zian, melirik Zafran sinis.

Zafran menautkan alisnya, "Kok gue?"

Zian hanya tertawa geli.

"Serius, yan." tambah Mark.

Zian meletakkan plastik es-nya, menatap Mark tajam. "Jadi menurut lo gue nggak serius?"

"Bukan gitu yan, maksud gue—"

"Zian tadi dia nyari lo—"

"Lo harus ikut gue, yan."

Zian beranjak, menatap bingung Raja dan Marsel yang datang dengan kedua-duanya terus mengatur napas. Seperti sangat kelelahan.

"Apaan?" tanya Zian masih dalam mode sinisnya.

Raja mengatur napasnya yang memburu. "Syaza—parah yan.."

Zian diam, menunggu Raja melanjutkan ucapannya.

"Lo harus bertindak, yan. Kelewatan juga ga ngapa. Ini parah banget masalahnya," Raja menekankan setiap kalimatnya.

"Kenapa, yan? Gue bis—"

Ucapan Mark terputus karena Zian menatapnya tajam, menunjuknya tepat di dada cowok itu. "Lo. Diem." Kemudian Zian melirik Marsel, "Ikut gue, sel." []

ZIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang