Sudah jam 22.50, malam.
Zian belum juga pulang, membuat Syaza kebingungan, antara menyuruhnya pulang dan takut dikatakan mengusir, atau mendiamkannya, tapi besokkan Zian sekolah.
"Bang Zian,"
Zian yang tengah ber-fokus pada game jder-jdernya menoleh. "Apa?"
"Bang Zian nggak pulang? Besok sekolah, kan?"
"Gue mah mau madol juga jadi." ringkas Zian, kembali memainkan ponselnya.
Syaza bingung mau bertanya apa lagi— "Bang Zian sering bolos?"
"Kalo lagi mood doang."
"Bang Zian pernah berantem?"
Zian meletakkan ponselnya, tatapannya jatuh kelewatan serius lagi. "Kenapa lo tanya gitu?" tanyanya ketus.
"Ng—" bola mata cokelat Syaza menyirat kebingungan—dan sedikit rasa takut, "Nggak apa-apa. Tanya aja."
"Lo pernah berantem?"
"Nggak berani.." jawab Syaza, suaranya memelan.
"Lo takut sama orang?"
Syaza menggigit bibirnya, sialnya ucapan Zian membuatnya mengingat kejadian yang selalu terjadi disekolah.
"Jawab gue." tekan Zian, serius.
"Takut." kepala Syaza tertunduk, final sudah.
"Kenapa?"
"Nggak tau."
"Sama-sama makan nasi, apa yang perlu lo takutin?"
Syaza menggeleng, "Nggak tau, abang.." suaranya terdengar sangat pelan.
"Semua lo nggak tau. Apa yang lo tau?" Zian tertawa remeh, "Takut sama orang? Itu yang lo tau? Aneh." []
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIAN
Teen Fiction[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf