"AH, GILAAA." Zian merenggangkan tubuhnya. Ia melirik jam dinding. "Enam jam gue tidur, masih pegel aja nih badan." gumamnya.
Zian turun dari kasur, keluar kamar.
"Mama sama Papa balik kaga ya.." Cowok itu mengintip ke kamar Mama Papa-nya.
Sepi, hening.
"Gue kost-in juga ni rumah lama-lama." decaknya, mengingat Mama Papanya yang jarang pulang. Terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, jadi sering lembur atau menginap di hotel.
Zian masuk kedalam kamar yang sepi itu.
Baru selangkah, ia menoleh kekiri dan menemukan cermin. "Kok mirip gue?" Zian mendekati cermin itu. Memiringkan wajahnya ke kanan dan ke kiri.
"Ganteng bat,"
"Tapi kok mirip gue." Zian mulai cengengesan, "Gue bukan sih ini?"
Zian tertawa-tawa sendiri, "Dari kiri lionel messi, kanan Zayn malik. Depan.." Zian terdiam, mengamati wajahnya dari depan. "Mirip bokap asu." Kemudian cowok itu kembali berjalan kedepan.
Tak berapa langkah Zian berjalan, cowok itu menemukan sebuah bingkai yang dipajang di sisi kepala tempat tidur. "Ini gue kan?" Tanyanya pada diri sendiri.
Dalam bingkai itu terdapat foto seorang anak kecil yang mirip sekali dengan Zian tengah naik diatas vespa kecil. Bibir anak itu belepotan dengan cokelat.
Tanpa sadar, memandang foto itu membuat Zian merasa haru. Ia rindu masa kecilnya, dimana Mama dan Papa-nya masih selalu ada untuknya. []

KAMU SEDANG MEMBACA
ZIAN
Ficção Adolescente[COMPLETED ✓] "Lo bisa jauhin gue kalau lo mau." 2#simplestory 12'19 @copyright2019dhiyaauliahnf