Ke esokan harinya sekitar pukul lima pagi, Ify menggeliat dalam tidurnya sebelum membuka matanya dengan sempurna. Rasanya malas sekali untuk bangun badannya rasanya remuk semua akibat kegiatan malamnya semalam bersama Rio tapi melihat jam yang yang terus berputar membuatnya harus menghilangkan kantuknya agar tak terlambat untuk menunaikan kewajibannya sholat subuh. Baru saja ia hendak beranjak dari tempat tidur ia merasa ada yang janggal sepertinya ada yang kurang tapi apa?
Astaga Rio? Dimana suaminya itu?
Mungkin saja Rio sedang mandi, iya pasti suaminya itu sedang mandi. Sebisa mungkin Ify tetap berfikir positif. Ia tidak mau pikiran negatif itu meracuni otak dan hatinya.
Dengan langkah pasti namun nyatanya menyimpan banyak keraguan, kakinya melangkah menuju kamar mandi. Dalam hati ia berharap di balik pintu hitam itu ada sosok yang ia cari.
"Kak... Kak yooo... " panggilnya sambil mengetuk pintu yang tertutup itu.
Namun tak ada jawaban sama sekali bahkan tak ada tanda tanda bahwa keran air atau sower di dalam sana menyala. Dengan begini keraguan semakin menyelimutinya.
Dengan pelan ia putar kenop pintu itu dan taraaa...... Tidak ada siapapun hanya ada baju kotor yang di pakai Rio semalam menggantung di gantungan khusus.
"mungkin kak yo lagi sholat iya pasti kak yo lagi sholat. Mending aku mandi dulu"
Ifu tetap mengsugestikan dirinya untuk tetap berfikir positif dan mencoba untuk tetap tenang meskipun tidak di pungkiri pikiran pikiran buruk tetap seja berseliweran di kepalanya.
Tak butuh waktu lama ia selesai ritual mandi besarnya. Kemudian ia segara menuju ruangan yang di gunakan untuk beribadah itu dan nihil Rio juga tak ada di sana. Pikiran buruk yang semula hanya 50 persen kini sukses melopat pada angka 80 persen. Ia menunaikan Sholatnya dengan tidak tenang.
Ia segerah melepas mukena menaruhnya asal asalan. Pikirannya kini hanya tertuju pada Rio. Di mana sebenarnya suaminya itu berada ponselnya tergeletak begitu saja di atas nakas berdampingan dengan ponsel miliknya sendiri. Belum lagi di luar hujan.
Lalu ia harus mencari kemana di tengah tengah hujan seperti ini. Badannya lemas begitu saja setelah ia bertanya pada resepsionis dan satpam harapan terakhir Ify.
Resepsionis dan Satpam itu kompak mengatakan tidak tau. Kedua kakinya mendadak menjadi jeli, tak mampu menopan tubuhnya lagi. ia jatuh berlutut di lantai berlapis marmer itu. Matanya tak mampu lagi menahan bendungan yang kian meluap. Tanpa bisa di cegah air matanya terus begantian mengantri untuk jatuh membuat anak anak sungai di pipinya.
Demi Tuhan ia tak mau kehilangan Rio untuk yang kedua kalinya. Karna ia tau begaimana rasanya kehilangan sosok yang sangat amat berarti.
Di tunduknya kepalanya dalam dalam tidak memerdulikan seorang resepsionis yang kini telah ikut berlutut di sampingnya mencoba menenangkannya.
Percuma, karna yang membuatnya tak tenang ialah sosok penenang mujarapnya.
Ia hanya butuh Rio saat ini di hadapannya dan semuanya akan kembali seperti semula.
Ia kembali mendongakkan kepalanya dan berdiri lagi. Ia sadar jika ia hanya diam di sini meratapi nasibnya Rio tak akan ketemu.
" Pak kerahkan seluruh staf keamanan untuk mencari keberadaan Pak Rio" ucap resepsionis memerintah salah seorang satpam yang berada di sana.
"Baik Bu"
"Bu Ify, lebih baik Ibu tunggu di sini saja Staf kami sedang berusaha mencari keberadaan Pak Rio" ucap resepsuonis itu lagi sambil mencoba menuntun Ify menuju salah satu sofa di sana berusaha agar istri dari Bosnya itu tetap tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baperin Ify Aja Terus...
Novela JuvenilKisah antara Mario dan Ify, dua sahabat yang kembali bersama setelah beberapa tahun harus berpisah. Akankah status mereka tetap sama setelah semua perubahan yang ada?? Mario si ketua OSIS kece dan Ify si gadis polos yang baperan....