23. keluar dari markas

1.5K 104 39
                                    

            Minggu 24 januari 2019, sudah lebih dari empat tahun laki laki itu meninggalkannya. Dan sudah hampir 2 tahun tak ada kabar dari laki laki itu.  Tak ada lagi cuap cuap melalui video call atau hanya sekedar lewat panggilan biasa. Bahkan pesan pun tak ada lagi semuanya lenyap begitu saja nomornya pun tak bisa di hubungi. Akun sosialnya seperti sudah tak bernyawa tak perna ada tanda tanda akan aktivnya akun akun itu. Sebenarnya apa yang terjadi belum lagi keluarga laki laki itu yang kini yang kini sibuk di luar kota mengurus pekerjaannya membuatnya tak bisa bertanya tanya mengenai Rio yang telah berubah.

Gadis mungil itu begitu khawatir, khawatir akan semua hal.  Khawatir tentang kondisi Rio yang tak tau bagaimana.  Juga khawatir pada hatinya, ia takut tak bisa bertahan dalam situasi ini.  Ia takut jika kelak ia lebih memilih menyerah memperjuangkan hal yang kini semakin semu.

Hatinya begitu tak karuan, harinya juga semakin berantakan. Seperti siang ini sepulang dari kampusnya, kampus yang sama dengan Cakka dan Alvin. Ify gadis itu tak langsung pulang ia lebih memili membelokan mobilnya ke arah danau favoritnya dengan Rio. Ia mendudukan dirinya di tepi danau mengingat semua momennya bersama Rio.  Ia begitu Rindu dengan sosok itu sosok sahabat yang merangkap sebagai kakak dan ah susah untuk di jelaskan. Tak terasa air matanya pun turun begitu saja, membasai pipinya. Ia tak ingin menghentikan tangisnya ia ingin menumpahkan segalahnya saat ini. Hampir satu jam gadis itu menangis. Sampai seorang anak kecil sekitar 5 tahun umurnya tiba tiba menghampirinya.

"Kakak namanya Kak Alyssa? " tanya bocah itu dengan polosnya.

Panggilan itu memaksa Ify mendongakan wajahnya yang sembab dan menatap bocah laki laki itu.

"iya ada apa ya dek? " jawab dan tanya Ify sekaligus,  ia mengusap air matanya yang tak berhenti turun.

"ini buat kakak dari seseorang" ucap bocah itu sambil memberikan sebua gulungan kertas kecil lalu pergi begitu saja. Menyisakan tanda tanya di otak Ify.

"jangan sedih"

Hanya kalimat itu yang tertera di dalam kertas itu. Menambah tanda tanya di otak Ify yang tak kunjung terjawab.  Mendapatkan surat seperti ini sudah hampir menjadi rutinitas Ify hampir setiap hari lokernya di kampus terdapat surat seperti ini. Dan ia yakin itu dari orang yang sama.  Pengagum rahasianya itu.

Ia menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri siapa tau ia dapat mengetahui SAnya itu. Namun nihil tak ada siapa siapa hanya beberapa keluarga kecil dan pasangan muda mudi saja yang tengah berada di sana.

"sorry Al gue belum bisa keluar dari markas gue terlalu takut kenyataan pahit yang kemungkinan besar akan menimpa gue" batin seseorang dari balik pohon.

"izinkan gue untuk mantepin hati dan fikiran gue dulu Al buat nerima semua resiko kekalahan yang gue terima dan gue janji dalam waktu dekat gue akan keluar dari markas ini" lanjutnya.

Setelah di rasa sudah puas menumpahkan air matanya Ify bangkit menuju mobilnya dan bergegas untuk pulang.  Pikirannya begitu kacau begitu pula hatinya.  Ia ingin menyerah tapi hatinya benar benar menolak itu. Belum lagi pengagum rahasianya yang hampir setiap harinya mengirimkan  surat untuknya.  Membuat desiran aneh di hatinya.

Ia ingin berlabuh pada pelabuhan terdekat yang tertutup kabut tebal itu. Tapi jangkar menahannya untuk tetap bertahan di sini.  Terombang ambing ombak di tengah lautan tanpa ketidak pastian kapan ia akan menepi atau sekedar jalan saja. Yang ia butuhkan saat ini adalah kompas yang tidak menuntunnya ke arah yang salah. Tapi ia juga butuh pelabuhan untuk tempatnya bersandar, nyatanya pelabuhan saja tak cukup ia butuh jangkar juga yang menahannya tetap di pelabuhan tanpanya ia akan kembali terseret ombak yang membawanya ke tengah lautan.  Ia membutuhkan semua itu.

Baperin Ify Aja Terus...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang