membentang

15 0 0
                                    

Givana yang terdiam, Senja yang acuh. Membuat hubungan keduanya diambang ketidak pastian selama hampir dua minggu. Givana merasa Senja yang menjauh, lantas apa yang perlu diperjelas, hubungannya saja sudah di batas ketidak sadaran dua insan yang mulanya saling mencintai, sampai rasa cintanya direnggut oleh kebosanan.

"Gue jadi kangen Axel, dia kemana ya!" Dwi, yang setiap hari menjadi sandaran resmi Givana, sudah hampir putus asa, pasalnya hubungannya denga Atalla juga sedang ada di taraf gegana.

"Coba temuin dia aja Na!"

"Apa gue masih punya muka buat ketemu sama dia Wi, tapi kangen banget ya rasanya"

"Terserah lo deh Na!"

"Gatran mana sih ah!"

"Sibuk sama Salsa, nyusun strategi,gimana caranya Salsa makin nyaman sama dia walau hanya sebatas teman. Lo ? Gak ada rencana buat ngomong gitu sama Senja!" Givana hanya menghela napas, rasanya memang sangat sakit, tapi bagaimana ? Melihat Senja yang seakan tidak punya masalah apa-apa, membuat Givana jengah.

"Apa yang mau dilurusin, Senja aja bodoamatan!"

"Na!" Givana dan Dwi menoleh ke arah sumber suara, Givana langsung berdiri dan memilih untuk beranjak, ditahan oleh Senja

"Kita perlu bicara!"

"Itu lo udah ngomong Ja sama gue!"

"Maaf Na!"

"Iya!"

"Gak lagi deh gue bikin jarak-jarakan, gue kira mudah, ternyata gue hampir mau mati Na!"

"Bagus!"

"Apanya yang bagus Na ?"

"Kalo lo hampir mati, kenapa gak mati aja si sekalian, biar makin dramatis hubungan kitanya!" 

"Lo mau gue mati ?" Jawab Senja sesantai mungkin

"Semua orang pasti mati kan Ja ?" Givana yang seperti ini, menurut Senja berkali-kali lipat lebih menggemaskan.

"Ko gemesin sii!!!"

"Ish! Apaansi!" Givana menangkis tangan Senja

"Gue pulang sendirian aja!"

"Gak ada yang nyuruh lo pulang bareng gue Na!"

"Lo kenapa si Ja! Sekali aja gak pernah serius, lo anggap semua cuma bercandaan! Gak lucu! Lo basi Ja!" Senja hanya berniat untuk bergurau, tapi melihat respon Givana yang ketus, membuat Senja di selimuti rasa bersalah

"Na, ko lo baperan banget si!" Senja mengejar Givana yang terus berjalan menjauhinya

"Terserah gue dong Ja!"

" bego banget si gue! Susah lagi kan minta maafnya!" Senja menyerah, mungkin memeang benar, hubungannya perlu berisitirahat, agar kebosanan tidak melulu mengejar mereka berdua, tidak ada yang perlu di khawatirkan bukan ?

Senja melangkahkan kakinya dengan lemas menuju kantin, disana sudah ada Gatran yang sudah lahap memakan mie pangsitnya.

"Gat!"

"Apa ?"

"Tolongin gue!" Gatran bingung, teman anehnya yang satu ini sepertinya sedang berulah.

"Ah males! Paling juga masalah Givana yang ngambek gara-gara lo bikin kesel!" Tepat! Mungkin hubungan batin antara Gatran dan Senja sudah melekat hebat, bahkan Senja yang belum membicarakannya pun Gatran sudah mengerti.

Atalla memasuki meja makan mereja dengan langkah gontai, tatapannya kosong, aura yang dipancarkannya pun begitu mistis

"Mpo! Es teh asin po!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Namaku SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang