Tigapuluhsatu!

24 3 1
                                    

Good job!
....

"Udah lama nunggu ?" Senja menghampiri Mika yang berdiri di samping motor besar miliknya

"Oh. Enggak ko ka. Aku senang ko nunggu kakak!" Mika tersenyum manis. Senja membalasnya dengan tersenyum tipis

"Oh mau kemana ?" Mika barusan dengar apa ? Apakah Senja mengajaknya berkencan ?

"Mmm...terserah kamu!" Senja mengangguk

Plak!

Senja memegang pipinya yang agak panas. Sangat cepat tamparan itu mendarat mulus di pipinya sampai Senja tak dapat menghindar

"Apa! Mau gue tampar sekali lagi!" Orang tersebut meninggikan suaranya. Sekarang yang jelas, mereka menjadi pusat perhatian

"Kenapa nampar gue ?" Senja tak terima ditampar tanpa alasan seperti ini

"Balesan buat orang yang gak tahu diri! Sahabat gue lagi di rawat! Dan lo malah berduaan sama cewek yang entah berwujud seperti apa ini!" Dwi, naik pitam. Emosinya sudah mengepul di kepala, sampai menampar Senja pun tak berfikir lagi

"Peduli apa gue!" Dwi semakin tak percaya bahwa yang ada di hadapannya ini adalah Senja

"Ja!" Atalla menhampiri, memandang Senja dan Dwi bergantian

"Lah kenapa lo dua ?"

"Gue lagi kasih pelajaran sama manusia gak tahu diri ini!" Atalla melotot. Apa maksud Dwi ?

"Gak tahu diri ? Gimana si Wi ? Jaja kan lagi berdiri!"

"Ck. Susah ngomong sama orang lemot kayak lo! Senja ini mau jalan sama Mika!" Atalla menganga.

"Ini bukan hoax kan ? Ja ngapain lo jalan sama dia!"

"Bukan urusan lo!" Senja menyuruh Mika menaiki motornya. Mika berteriak senang dalam hati, sepertinya Senja tak tahu perihal ia yang menyakiti Givana. Senja melajukkan motornya.

"Good job!" Senja membatin

*********

"Ini dimana ?" Mika mengedarkan padangannya. Rumah kosong ? Lebih tepat gedung tua. Menyeramkan.

"Duduk aja dulu biar rileks!" Mika mulai panik, aura yang Senja pancarkan tak seperti biasa. Mika semakin terkejut saat Senja mengeluarkan pisau yang berlumur darah

"K-k-akak mau ngapain ?" Mika terbata. Sungguh. Mika harus meminta pertolongan.

"Eits mau kemana ? Tunggu dulu disini!" Senja mencegah dan mengikat Mika di kursi tersebut

"Sakit ka!" Tangan Mika terasa panas, saat kulitnya bersentuhan dengan tambang yang kasar. Mika semakin membulatkan matanya saat jarak antara wajahnya dan Senja sangatlah dekat, seringaian kecil muncul di bibir Senja. Senja mengusap lembut bibir Mika. Mika meneguk salivanya susah payah

"Kaka mau ngapain ?" Senja tersenyum miring

"Ssssuut! Jangan berisik! Nanti yang lain keganggu!" Senja mempertipis jaraknya dan Mika. Mika tak melihat ada oranglain lain mereka berdua di ruangan itu

Namaku SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang