Enam!

103 9 2
                                    

Senja, bukan Senja yang berada saat petang. Dan pergi saat malam mengusirnya, dia Senjaku. Yang selalu ada seperti lilin yang membawa kebahagiaan saat kegelapan
-Givana Natasha Katrine-

Givana resah, pasalnya sepuluh menit lagi pelajaran dimulai, namun belum ada tanda-tanda kehadiran Dwi. Givana mondar-mandir gak jelas. Dia sangat mengkhawatirkan Dwi, bu Ita akan segera masuk ke dalam kelas. Bu Ita atau bu jokay:v. Anak Smk sriwijaya selalu memanggilnya begitu, karena bu Ita selalu ugal-ugalan saat menaiki motornya, dan juga jangan lupa. Ia selalu memasang sen dengan arah yang berlawanan, saat ingin berbelok ke arah kiri, bu jokay malah memasang sen ke arah kanan. Begitu pula sebaliknya. Tak lupa dengan gaya nyentriknya saat mengajar. Ibu-ibu masa kini:v

"Givana!" Panggil Dwi dengan napas yang memburu, sepertinya ia berlari dari gerbang menuju kelas

"Dwi! Lu tau kan pelajaran pertama bu jokay. Mati bareng kodok lu kalo sampai terlat!"

"Iya elah. Gue juga gak telat kan, buktinya bu jokay belum datang" jawab Dwi santai

"Tapi gimana kalo lo---"

Teeett...teett.. ucapan Givana terputus saat bel pelajaran pertama berbunyi. Suasana mencekam seperti sedang mengikuti kontes tebak jodoh:V, saat suara langkah mendekat. Itu bu jokay, dengan suara sepatu sneaskers  nya. Benar-benar penampilan nyentrik bukan ?:v

"Selamat pagi semuanya" suara bu Ita mengintrupsi.

"Pagi bu" jawab semuanya serentak, lalu kembali hening

"Hari ini kita ulangan!" Bu Ita berbicara dengan wajah sangar manjahnya

"Haaa!" Semuanya melongo, nyaris bola matanya ingin loncat untuk bermain lompat tali:v. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tidak ada petir, bahkan tidak ada kepastian:v. Mengapa ulangan kali ini sangat mendadak seperti tahu bulat:v. Ralat! Bu Ita memang sering melakukan ulangan mendadak seperti ini

"Bu jokay kenapa si ?" Tanya Dwi

"Kenapa Dwi, kamu ingin membantah saya!" Indra pendengaran bu jokay sangat tajam. Setajam silet:v. Padahal Dwi sudah berbisik, tapi kenapa bu jokay masih bisa mendengarnya ? Sangat luar biasa.

"Enggak bu!" Dwi ragu menjawab bu jokay

"Bu ita pundungan banget! Udah kaya perawan" Givana menyeletuk dengan berbisik

Suasana hening. Semua siswa dan siswi di kelas Givana mengerjakan soal akuntansi dengan serius. Pengen di seirusin kaya soal ujian:V. Givana menoleh ke arah Dwi, karena mendengar suara aneh yang berasal dari perut Dwi

"Wil. Lo laper ?" Tanya Givana yang melihat wajah pucat Dwi

"Gue lupa, belum sarapan tadi Gi!" Dwi mengeluarkan kotak bekalnya, yang sengaja ia bawa. Karena takut terlambat ia jadi lupa untuk sarapan

"Sekarang lo mau ngapain ?" Dwi hendak memasukkan roti namun ia urungkan niatnya, karena bu jokay menoleh ke arahnya

"Gue lapar parah Gi, gue harus sarapan. Kalo enggak gue bisa pingsan cantik!" Dwi mengunyah makanannya, dan menutupi mulutnya dengan selembar tisue, agar tidak ketahuan:v

"Lo mau mati bareng kodok wil? " Givana serius mengerjakan soal dihadapannya, sedangkan Dwi  serius mengunyah makanannya. Dasar kiwil:v

Sesekali Dwi menghentikan aksinya, saat mata bu Ita tertuju ke arah mejanya. Kemudian melanjutkannya lagi.

Kriingg...kringg...kringg

Bel berbunyi tiga kali, pertanda jam istirahat telah tiba. Bu Ita menyuruh Dendra si ketua kelas untuk mengumpulkan seluruh kertas jawaban dan soalnya. Setelah semua terkumpul, bu Ita pergi meninggalkan ruang kelas

Namaku SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang