Shoes

771 81 11
                                    

Ada dua bungkusan yang berbeda di sana, salah satunya baru saja dibawa pergi dan meninggalkan sisa yang lain untuk diberikan pada si lelaki pemakai kaos kuning longgar. Senyumnya yang terlihat cerah hampir menyentuh telinga muncul saat tangannya meraih bungkusan itu, ia harus segera memeriksa isi di dalamnya saat ini.

Ia tahu ini agak kekanakan dan konyol telah merasa sangat bahagia hanya mendapat sepasang sepatu baru berwarna merah. Bukan, bukan berarti ia tak diperbolehkan untuk bahagia. Hanya saja, ia terlalu tenggelam dalam kesenangan layaknya bocah yang baru saja dibelikan permen cokelat dan es krim oleh ibunya. Bahagianya memang agak berlebihan dan ia tidak bisa mengontrolnya.

Sikap si baju kuning longgar sangat kontras dari lelaki di sebelahnya yang tampak tenang.

Ya, di sisi yang berlawanan, duduk laki-laki dengan kaos lengan panjang berwarna hitam senada dengan training yang memiliki liris putih. Lelaki itu mendengus karena bisa merasakan kebahagiaan dari lelaki si kaos kuning longgar yang bertingkah seolah-olah ingin memberitahu seisi semesta tentang kebahagiaannya.

"Dasar bocah," ledeknya pelan sambil tersenyum menunjukkan gusi.

Si pemakai setelan serba hitam telah bergumam "Wow!" pelan diikuti binar kebahagiaan yang tersirat dari iris matanya yang berkelopak satu. Kemudian lelaki itu dengan santai mencoba sepatu di salah satu kakinya tanpa terburu-buru, tanpa khawatir jika seseorang ingin mencurinya. Setelah terpasang, sepatu berwarna hitam itu tampak pas dan nyaman membuat satu senyuman muncul lagi pada bibir tebalnya.

Saat lelaki itu akan memasang sisa sepatu pada kaki yang lain, iris matanya tak sengaja menatap pada si kaos kuning longgar yang terlihat kekanakan sedang tertawa pelan melihat sepatu merah yang terpasang di kakinya. Ada sisa sepatu merah di sana, tiba-tiba saja ia merasa tertarik ingin menjejalkan kakinya, hanya ingin mengetahui apakah itu cocok untuknya atau tidak. Lalu, tanpa permisi lelaki itu telah mengambil sepatu merah dan menjejalkan pada kakinya yang lain.

Ini lebih kecil dari dugaanku?

"Kenapa kau memakai sepatu milikku, Hyukjae-ya?"

Hyukjae tersentak, tidak menyadari jika Donghae akan menegurnya, lalu ia hanya tersenyum menunjukkan gusi. "Aku sedikit penasaran saja, tapi aku tidak menyangka kalau kau memiliki kaki yang lebih kecil, Donghae-ya."

Donghae tahu itu hanya alasan saja, tapi entah mengapa wajahnya terasa gatal. Setelah menahan keinginan untuk merona, ia menengadahkan sebelah tangan pada Hyukjae, meminta kembali sepatu merah itu. "Kau tahu itu kekecilan untukmu, jadi kembalikan padaku!"

Hyukjae mengangguk pelan, hendak melepas sepatu merah itu tetapi tangannya terhenti. Ada sesuatu yang tiba-tiba muncul pada kepalanya, mungkin ini akan tidak disetujui Donghae, tapi Hyukjae akan melakukannya. Lama Hyukjae mempertahankan sikapnya sampai Donghae menegur, kemudian Hyukjae membalas tatapan Donghae dengan senyum lebar. "Berikan kakimu sekarang agar aku bisa memasangkan sepatunya."

"Heh?!"

Hyukjae mengubah posisi duduk menyamping agar bisa berhadapan dengan Donghae, sebelah kaki terlipat sudah naik di sofa dan satu kakinya yang lain terjulur ke bawah. Donghae tidak mengerti tentang sikap Hyukjae yang tiba-tiba, wajahnya sudah gatal hanya memikirkan Hyukjae akan memasangkan sepatu. Donghae telah sekuat tenaga menahan diri untuk tidak merona terlalu mudah, jadi ia membentak Hyukjae untuk menutup rasa malu. "Aku bisa memasangnya sendiri, jadi berikan padaku!"

Hyukjae menggeleng, bersikap keras kepala dan menepuk tempat kosong yang ada di dekat kakinya. "Aku hanya ingin memasangkannya untukmu. Cepat berikan kakimu agar sepatunya cepat kembali, mengerti?"

Donghae cemberut melihat bagaimana Hyukjae bersikeras ingin memasangkan sepatu untuknya. Lalu, Donghae mengubah posisi duduk agar bisa berhadapan dengan Hyukjae, memperhitungkan jarak yang aman dan menaikan kakinya yang belum terpasang sepatu. Sekarang rona merah pada pipinya tak bisa ditahan, warna merah itu perlahan muncul begitu saja. Masih mempertahankan rengutan di wajah, Donghae tak berani melihat langsung Hyukjae. "Padahal aku bisa memasangnya sendiri, kenapa kau tiba-tiba jadi begini?"

"Kenapa aku tidak boleh memperlakukanmu, hm?"

"Aku malu."

Hyukjae menahan perasaan ingin mencubit pipi merona itu dan hanya memperlihatkan senyum gummy pada Donghae yang sama sekali tak ingin memperhatikannya. Karena Donghae juga tak melihat padanya, Hyukjae mengambil sisa sepatu hitam miliknya dan memasangkan sepatu itu di kaki Donghae. Agaknya lelaki berkaos kuning longgar itu sama sekali tak sadar dengan apa yang terjadi, ia tak merasa ada yang aneh pada ukuran sepatu yang dijejalkan Hyukjae padanya.

Hyukjae telah selesai memasang sepatu miliknya pada Donghae dan mereka mendapat masing-masing sepatu yang berbeda. Melihat itu membuat Hyukjae tertawa dan Donghae menyadarinya. "Kenapa aku memakai sepatumu?"

"Aku hanya merasa penasaran saja," kata Hyukjae sambil menatap kaki Donghae. "Apa itu pas atau tidak untukmu, bagaimana?" tanyanya membuat Donghae reflek menggerakan kakinya.

"Ini tidak pas, jadi kembalikan sepatuku!" Donghae merengek di ujung kalimat, telah membuat Hyukjae tersinggung tertawa karena Donghae sudah cemberut. "Hyukjae-ya, kembalikan sepatuku! Kenapa kau harus merasa penasaran, aku benar-benar tidak mengerti?"

Hyukjae sedikit memiringkan kepalanya, melihat Donghae lekat-lekat. "Karena sekarang kau memakai kaos longgar dengan celana pendek, aku mulai berpikir itu terlihat lucu untukmu. Jadi, aku juga ingin melihat sepatuku pada kakimu yang mungil itu, entah bagaimana aku bisa berpikir jika kau memakai sesuatu yang lebih besar akan terlihat lucu."

Donghae yakin itu adalah alasan paling tak masuk akal dan mengada-ada yang diberikan Hyukjae padanya. Tapi, Donghae tak bisa menahan rona muncul pada wajahnya, iris kecokelatannya sudah tak fokus hanya sekadar membalas tatapan Hyukjae. Jadi, satu-satunya hal yang bisa ditatapnya hanya sepatu hitam milik Hyukjae yang terpasang pada kakinya. "Aku lelaki dewasa, bagaimana bisa kau menyematkan kata lucu dengan apa yang aku pakai? Itu aneh."

Hyukjae senang melihat rona merah pada wajah Donghae, senang melihat bagaimana lelaki itu serba salah di hadapannya. Lalu, Hyukjae melepas sepatu merah milik Donghae dari kakinya dan menarik kaki Donghae yang terpasang sepatu hitam untuk berada di dekatnya. "Aku tahu kau lelaki dewasa, tapi kau memang terlihat lucu di mataku. Sungguh." Hyukjae membuka ikatan sepatu dan menarik kaki Donghae keluar. "Ah, kenapa kau lucu sekali, hm?"

"Man-mana aku tahu!" Donghae menjawab pertanyaan yang tak tertujukan itu pelan, ia risih melihat bagaimana Hyukjae menatap kakinya dan tanpa sadar sudah bergerak gelisah di sana. "Yak, cepat pasang saja sepatu itu dan berhenti menatap kakiku!"

Hyukjae terkekeh mendengar gerutuan Donghae. "Baiklah, aku akan memasangkannya untukmu...Tuan Putri?"

"Yak, aku lelaki, Lee Hyukjae!"[]

Owww... Ho... Hollaaa??? (・∀・)

Ummm, masih adakah yg mengingat fanfict ini?

Semoga masih pada inget, ya~(〜^∇^)〜

Btw, masih dalam suasana lebaran, minal aidzin wal faidzin, gaes! ^^ chapter ini anggep aja THR Hara utk kalian semua, oke?

**tapi, sebenarnya Hara punya beberapa simpenan THR utk kalian. Masih sabar menunggu, kan?**

Chapter ini jelas udah cukup lama ditulis (lol) mungkin ada yg inget postingan Hae di instastory? Sepatu yg dipake sama mereka warnanya beda? Nah, kalo ada yg inget, Hara ambil momen itu terus di mix sama fanart bikinan Hanyu (kalo ga salah inget namanya😅).

Jadi, ya, terciptalah fanfict ini, hehehe 😅😆

Hm, teruntuk kalian di manapun berada, yg setia menunggu ini up dan kemudian baca apalagi sampe sumbangin vote dan komen. Makasih banyak, yaaa!! ^^

Hara berharap bisa baca komentar kalian mengenai fanfict yg Hara tulis, heheh~

Hmm.. Kayanya speech nya segini aja deh~ jaa neee~!!! \(^o^)/

Catch The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang