Scene of Film

719 78 17
                                    

Rasanya tak ada orang yang tak menyukai kegiatan menonton film. Ada macam hal yang membuat film begitu menarik untuk tak dilewatkan. Mungkin tentang rumah produksi, sutradara, penulis naskah, pengarah musik, para aktor atau bahkan banyak hal yang tak bisa disebutkan yang telah menjadi alasan mengapa film begitu diminati banyak orang.

Hyuk Jae adalah salah satu di antara kumpulan orang-orang yang sangat menyukai film. Karena sangat menyukainya, Hyuk Jae tidak merasa itu adalah masalah telah memasang layar besar dan seperangkat proyektor untuk bisa memutar kembali piringan asli film kesukaannya.

Hanya sebagai penyalur kesenangan.

Karena sudah sampai taraf rela melakukan apa saja untuk memenuhi rasa sukanya terhadap film. Hyuk Jae telah secara tidak sadar telah mempraktikan beberapa scene yang pernah terjadi pada film. Mungkin itu suatu dorongan dimana Hyuk Jae bisa sangat terlarut pada alur ceritanya atau kemistri para aktor dalam memberi jiwa pada filmnya. Sehingga Hyuk Jae telah secara sangat tidak sadar—atau mungkin atas didasari rasa penasaran mengenai sensasinya—mulai mencoba melakukan beberapa scene di dalam kehidupan sehari-hari.

Mungkin itu terlihat konyol, tetapi bagi penyuka film seperti Hyukjae itu bukanlah sesuatu yang konyol. Justru itu terlihat biasa karena didasari tanpa niat yang sebenar-benarnya, hanya sesuatu sensasi dimana rasa penasaran tentang bagaimana jika scene itu benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Sehingga Hyuk Jae mulai mempraktikannya, jika terasa sangat tepat pada waktunya.

Kau yakin?

Malam ini Dong Hae telah sangat mengejutkan telah melakukan kunjungan yang tiba-tiba. Tidak, ini bukan menjadi kunjungan mendadak yang pertama sampai membuat Hyuk Jae serba salah. Bukan pula tentang Hyuk Jae yang tidak menyukai kehadiran Dong Hae walau kerap kali merasa kerepotan tentang yang satu ini. Karena ada saat dimana Hyuk Jae tak bisa benar-benar meladeni keaktifan Dong Hae, Hyuk Jae tentu punya saat dimana tubuhnya tidak fit dan merasa ingin sendirian. Tapi, Dong Hae selalu hadir di sana. Di apartemennya dengan berbagai macam alasan yang membuat itu tampak normal.

Siapapun tahu jika si ikan itu tak akan bisa lepas dari Hyuk Jae. Sebenarnya pula, Hyuk Jae tak bisa membiarkannya karena walau kadang sikapnya terlihat acuh, ada saja saat dimana Hyuk Jae merasa sangat cemburu. Hanya dengan melihat ikan kesukaannya mulai bergantung pada yang selain dia.

Oh, ya, dia posesif tetapi tak ingin mengiyakan.

“Karena aku tak ingin kau sering-sering makan ramen.”

Hyuk Jae mengerutkan dahi, melihat bagaimana Dong Hae menata makanan yang dibawanya tanpa pernah meminta izin si punya rumah. Toh, Dong Hae sudah seringkali mengklaim apa yang ada pada Hyuk Jae adalah miliknya.

Lihat, ‘kan?

“Tapi, bukan berarti kau harus datang ke sini malam-malam. Kau bisa menghubungiku, aku pasti akan datang.”

Dong Hae berhenti menata, menatap pada Hyuk Jae yang kebetulan melihatnya. Lelaki yang terlahir beberapa bulan lebih dahulu itu tampak menunggu balasan atas kalimatnya. Tapi, keheningan yang ada di antara mereka membuat semburat merah muncul pada wajah Dong Hae. Apakah alasan itu memalukan atau menggemaskan?

“Itu akan banyak memakan waktu.”

Hyuk jae tak bisa menyembunyikan suara tawa atas jawaban yang berbunyi pelan itu, tahu pada satu sifat ketidaksabaran dan tahu makna sebenarnya dari kalimat itu. Dan Hyuk Jae tidak bisa berbohong telah merasa senang bisa mengetahui maksud perkataan Dong Hae. “Kalau begitu setelah selesai, aku akan mengantarmu pulang.”

Dong Hae berniat akan mengisi tempat makan Hyuk Jae, tapi kemudian dia tidak jadi melakukannya. Iris kecokelatannya menatap bagaimana Hyuk Jae telah sangat fokus untuk menikmati makan malam. Saat kedua iris mata yang berbeda itu saling lirik, Dong Hae mencoba menyamarkan ekspresi yang sebenarnya dan mendedikasikan diri untuk ikut makan. Hyuk Jae tidak berhasil menangkap maksud paling tersirat milik Dong Hae yang satu ini karena telah merasa lapar, semenjak siang hanya sempat mengganjal perutnya dengan tteokboki.

Catch The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang