Lelaki pemilik gummy smile itu mengingat ada sosok lain yang telah terlelap karena kelelahan setelah kebahagiaannya menguap di antara kunjungan keluarga beserta teman mereka. Keduanya memang sepakat untuk mengundang para orangtua dan beberapa teman dekat, sehingga lelaki yang lebih muda—yang kelewat bersemangat—memutuskan untuk menyiapkan banyak hal, mulai dari makanan sampai bingkisan yang akan dibagikannya. Sementara yang tertua diberi bagian untuk merapihkan ruangan dan membantu beberapa hal yang dilewatkan yang lebih muda, mengingat si surai hitam panjang itu terlalu ceroboh pada beberapa bagian. Sehingga usaha untuk membuat perayaan kecil berbuah manis ketika para undangan terlihat senang menghabiskan hampir setengah malam untuk bersenang-senang di apartemen mereka yang hangat.
Waktu menunjukkan dini hari saat Hyukjae merasa dingin di sisi lain tempat yang kosong. Hyukjae mengumpulkan kesadaran dengan melirik ruangan yang tampak remang untuk memeriksa dan satu-satunya jawaban adalah celah pintu yang terbuka. Sambil menguap dan mengacak helaian rambutnya, Hyukjae bangun untuk menyusul yang lebih muda, yang sudah dipastikan berada di ruang tengah.
Karena akan ke mana lagi Donghae pergi di saat cuaca yang dingin seperti ini?
Tak perlu menggunakan banyak tenaga atau menjaga kesenyapan untuk membuka pintu, Hyukjae telah melihat punggung yang lebih muda berhadapan dengan pohon natal mereka yang mungil. Pohon itu jelas pilihan Donghae, mereka melupakan ukuran yang besar dan beralih untuk membeli yang berukuran mini karena bagi Donghae itu terlihat lucu dan tampak menyenangkan untuk menghiasnya dengan pernak-pernik berwarna biru.
Melihat yang lain tampak tak terganggu, Hyukjae bergabung untuk menyelipkan lengannya agar dapat mendekap yang lebih muda. “Kenapa kau berdiam di sini? Bukannya kau lelah, hm?”
Donghae menegang sebentar sebelum senyum muncul di wajahnya. Jemari Donghae menyentuh lengan milik Hyukjae yang tersampir di kedua bahu, menghangatkan bagian lehernya yang terbuka. Donghae berkata agak melamun, tidak menjawab pertanyaan yang lebih tua, “Apa pohon sekecil ini bisa menarik perhatian Santa, Hyukkie?”
Hyukjae menatap pohon milik mereka yang bercahaya di ruang tengah, tampak remang dan menghangatkan. Kemudian ada bayangan mereka yang bisa Hyukjae lihat di sisi kaca, matanya yang kelam menemukan Donghae sangat mungil berada dalam dekapan dan tampak begitu polos dengan senyum yang tertuju pada pohon mereka. “Apa ini jadi salahku tidak melarangmu untuk membeli pohon ini?”
“Bukan begitu! Hanya saja, aku ragu Santa akan meninggalkan hadiah untukku padahal aku sudah bersikap baik beberapa hari ini.”
Hyukjae tak bisa menahan getar tawa dalam dirinya karena menyadari betapa Donghae cukup terpengaruh pada kisah masa kecil mereka. Walau usia mereka bertambah, Donghae tampak tak berubah dengan pikiran khas anak kecilnya. Mereka memang sudah saling mengenal satu sama lain saat masih kanak-kanak dan bukan menjadi sesuatu yang aneh ketika Hyukjae tahu kalau Donghae sangat terobsesi dengan perayaan Natal dan Santa. Mungkin hanya berlaku pada Donghae, jika pikiran kekanakan itu tampak tak salah dan memberikan kesan gemas padanya.
“Ya, kau jadi anak baik atau selalu jadi yang terbaik menurutku dan tak ada alasan bagi Santa untuk tidak tertarik dan bahkan tidak memberikanmu hadiah. Namun, Hae-ya, bagaimana Santa akan datang, jika kau belum tidur, hm?”
Donghae menoleh ke belakang dan melihat Hyukjae berusaha meyakinkannya untuk kembali tidur. “Umm, aku ingin melihatnya atau menyapanya sebentar, apa tidak boleh?”
Hyukjae tersenyum kecil, memberi pandangan paling pengertian untuk kekasihnya yang kekanakan. Jika saja itu bukan Donghae, mungkin Hyukjae tak akan peduli, tetapi yang berkata adalah Donghae dan Hyukjae merasa itu sangat menggemaskan. Sehingga yang dilakukannya terlebih dahulu adalah mengecup ujung bibir tipis yang berkerut itu dan mengusap sebelah pipi yang termuda perlahan. “Kau harus tidur!”
Donghae diajak berdiri dengan tubuh yang masih terbungkus di antara lengan dan Hyukjae menariknya perlahan menuju kamar. Tak ada penolakan ketika Hyukjae menyuruh Donghae berbaring dan menenggelamkan anak itu diantara lengan yang kokoh dan sambutan dada yang kuat. Donghae membalas dekapan dan tidak memejamkan mata di antara dagu Hyukjae yang bersandar pada puncak kepalanya.
“Kau yakin Santa akan memberikanku hadiah? Apa aku tidak terlalu dewasa untuk mendapat—” Hyukjae menutup pembicaraan itu dengan mengecup bibir tipis yang masih tak mau diam, hanya kecupan tanpa hal-hal yang berlebihan untuk menenangkan kekhawatiran Donghae.
“Kau harus tidur! Santa akan datang dan memberikanmu hadiah. Kau lelahan, Hae-ya, dan aku tidak mau kau sakit! Selamat malam, Hae-ya!” Hyukjae bergumam pelan, mengelus punggung yang lebih muda untuk membawanya terlelap.
Donghae tak membalas, dia semakin menenggelamkan diri dan perlahan-lahan terlelap di antara buaian jemari Hyukjae. Malam itu damai di antara dinginnya cuaca, tetapi lengan yang kokoh memberikan banyak kehangatan. Esoknya, Donghae terbangun paling dulu untuk mengguncang tubuh Hyukjae agar segera mendapat kesadaran. Konyol melihat wajah yang lain masih mengantuk, sementara sisanya bersemangat untuk keluar kamar dan memeriksa hadiah.
Donghae keluar kamar lebih dahulu dan disusul Hyukjae. Lelaki yang lebih muda tampak bahagia menemukan hadiah natalnya. Pembicaraan tentang Santa mengudara, Hyukjae menyusul untuk duduk di samping yang termuda agar bisa melihat pancaran kebahagiaan itu. Hyukjae memeriksa hadiah dan semua hanya ada untuk Donghae, tidak menemukan satu pun bingkisan yang dikirim padanya. Hyukjae akan menyuarakan pertanyaan ketika pelukan hangat Donghae membuat tubuhnya tak seimbang. Kemudian datang hujan kecupan yang menempati wajah Hyukjae menjadi satu-satunya penanda akan keteledoran yang lain.
“Pasti Santa lupa memberikanku hadiah?” Hyukjae berucap di antara jarak wajah Donghae yang dekat, sehingga dapat melihat rona pada wajah anak itu. “Atau apa aku tidak berbuat baik sehingga aku tak mendapat hadiah?”
“Umm, kenapa kau butuh hadiah? Kau juga sudah berbuat baik, jadi aku pastikan Santa menitipkan diriku sebagai hadiah di dalam hidupmu!”
Hyukjae tak bisa berkata-kata mendengar yang termuda mengatakan hal yang menghibur. Donghae tersenyum di antara permintaan maaf, Hyukjae merasa itu tak perlu karena yang paling penting adalah kehadiran yang termuda. Jadi, Hyukjae menutup jarak dengan mendorong kepala Donghae mendekat padanya dan mengambil hadiah di antara wajah anak itu.
“Selamat Natal, Hyukkie!”
“Selamat Natal, Hae-ya!”[]
Owww, holaaaa~!!!
Hara is baaaccckkkkk!!!!📣
Harusnya chapter ini up saat Desember tahun lalu... Tapi, ya... Akhirnya, diundur dan baru bisa up sekarang ●︿●
Semoga masih kerasa ya feel-nya (•ω•)
Oya, ini juga pemanasan ya sebelum beneran aktif lagi... ditambah, Hara penasaran apa ada yg nunggu ini up atau engga😅😆
Seperti biasa juga... cerita ini berdasarkan live yt-nya uri babyHae yg gumush bahasin Santa plus pamer pohon natal mungilnya (≧∇≦)
Juga... Terinspirasi dari salah satu akun drabblenya eunhae di twitter...
Ini link-nya...
https://twitter.com/eunhaedrabbles/status/1210008289443926017?s=19Ini super duper gumush!!! >_<
Ah, iya, semoga utk pemanasan tidak terlalu buruk. Mohon maaf nih klo ada typo-nya😅 Hara juga mau berterimakasih sama siapa aja kalian yg nunggu fanfict ini dan yg lain. Oya, terimakasih yg sama juga kalo kalian mau luangkan waktu utk vote dan komen, hehehe~
Hmm, jadi, sampai ketemu di chapter dan fanfiction yg lain, yeoreobun
(๑・ω-)~❤”
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch The Moment
Fiksi Penggemar(Tidak) Menjamin tiap baca chapter dalam cerita ini kamu hanya akan menemukan sesuatu yang bikin urat-urat wajahmu rileks-by authornya agak galau. Karena ditulis tanpa embel-embel tangis atau sakit hati dan pikiran tentang kekalutan kenyataan hidup...