“Jagiya?”
Sosok di depannya menaikan sebelah alis, bertanya dengan raut wajah pada siapa yang memanggilnya demikian. Eun Hyuk tertawa pelan lalu berdehem menyadari hal yang agak memalukan, yang jelas baru saja dilakukannya.
“Kau keberatan jika kupanggil begitu, hm?”
Dong Hae terlihat agak berpikir, kemudian memilih tersenyum untuk membalas pertanyaannya. Eun Hyuk yang melihat senyum itu muncul juga ketularan. Diam-diam dia mengerti jika Dong Hae tak memberi penolakan. Hanya saja Dong Hae menghindarinya.
Eun Hyuk tidak mempermasalahkan itu, dia lebih memilih menyesap gelas berisi winenya sambil memandang Dong Hae yang tersenyum kekanakan.
“Chinguya?”
Dan jelas membuat Eun Hyuk tersedak karena kaget. Dong Hae tersenyum tanpa dosa, "Chinguya, bagaimana?”
Eun Hyuk menggeleng pelan, menyimpan gelas berisi wine agak jauh dari jangkauannya, “Oh, Dong Hae-ya, harusnya kau menyamakan panggilanku. Kau bisa memanggilku dengan hal yang sama, bukan sebaliknya.”
Dong Hae menggeleng pelan,“Kau cocok dapat panggilan chinguya menurutku?”
“Yak!”
Detik berikutnya hanya berisi gelak tawa Dong Hae yang renyah. Rengutan pada wajah Eun Hyuk menambah kadar kelucuan kondisi. Lagi pula mana mungkin bisa memarahi atau sebal barang sedetik saja pada Dong Hae. Eun Hyuk tahu itu hanya gurauan, tapi tak mengerti Dong Hae bisa sampai sejauh itu bercanda.
Melihat Eun Hyuk yang diam, tak mempedulikannya. Dong Hae berusaha berhenti tertawa, “Ayolah, itu hanya sekedar panggilan. Jangan merajuk seperti itu, Eun Hyuk-ah!”
“Aku tidak merajuk!” balas Eun Hyuk membuat Dong Hae kurang yakin.
Eun Hyuk menjaga jarak dan memilih menyesap isi gelasnya. Tak mempedulikan Dong Hae yang merengut dan berusaha mendekat, “Kenapa kau merajuk padahal kau tahu benar bagaimana aku?”
Eun Hyuk menggoyangkan isi gelasnya pelan, terlihat benar-benar tidak peduli. Kemudian melihat Dong Hae yang berusaha meyakinkannya lewat raut wajah, lalu untuk melihat sampai dimana Dong Hae terpengaruh, Eun Hyuk menggeleng pelan.
“Sekarang aku tidak tahu kau ini bagaimana kepadaku?”
Perkataan Eun Hyuk membuat Dong Hae benar-benar merengut, dia menjauhkan wine milik Eun Hyuk dan memerintah tanpa kata agar Eun Hyuk fokus hanya padanya. Melihat hal itu, Eun Hyuk hanya diam dan menunggu apa yang akan diperbuat Dong Hae.
“Kau sungguh-sungguh tidak tahu atau kau ingin tahu secara langsung?”
Eun Hyuk bungkam. Bukan karena dia ingin, tapi karena menahan diri agar tidak mentertawakan Dong Hae yang terlihat menggemaskan. Wajahnya setengah memelas di hadapannya.
“Hyukkie?”
Oh, baiklah!
Pada panggilan itu Eun Hyuk lemah. Sekarang bisa dilihat jika rona bahagia muncul di wajah Dong Hae. Eun Hyuk menghela napas mendapat serangan mendadak seperti itu. Pikirnya, dari sekian banyak kemungkinan usaha, Dong Hae hanya memanggil nama khusus dan bertingkah kekanakan. Lalu, membuat usahanya agar Dong Hae tak bisa membalas candaan itu menjadi gagal.
Artinya Eun Hyuk sangat suka panggilan itu.
“Sebaiknya kau membujukku dengan benar. Jangan gunakan hal macam itu untuk membuatku lemah, Hae-ya!” Eun Hyuk berbicara sungguh-sungguh, dia ambil lagi wine miliknya untuk diminum.
Dong Hae menganggap peringatan itu tidaklah serius, dia memiringkan kepalanya seolah sedang berpikir. Kemudian memandang Eun Hyuk polos, “Aku membuatmu lemah bagaimana? Aku bersikap biasa saja, Hyukkie?”
Eun Hyuk kehilangan kata-kata begitu mendengar nama yang disukainya terus disebut. Dong Hae sudah tertawa lagi, dia tahu jika Eun Hyuk sangat menyukai panggilannya. Hanya saja, yang Dong Hae tak tahu, Eun Hyuk berusaha untuk tetap menahan diri agar tak melakukan hal-hal yang sangat ingin dilakukannya.
Demi membungkam bibir itu agar berhenti tertawa dan membuatnya tak bisa membalas apa-apa lagi.
“Kusarankan padamu untuk berhenti meledek atau kau akan kesulitan jika aku mulai membalas, Hae-ya!”
Dong Hae lagi-lagi mengabaikan peringatan itu, tapi dia tak bisa benar-benar berhenti. Jadi, agar Eun Hyuk tak melakukan sesuatu yang aneh, dia memilih menjauh masih sambil tertawa. Eun Hyuk yang menyadarinya jadi menghela napas lelah, setelah menghabiskan sisa wine, dia memandang Dong Hae lebih serius.
"Kau masih tertawa juga?" tanyanya langsung, Dong Hae berusaha berhenti, tapi dia gagal dan membalas pertanyaan itu dengan tawanya lagi.
Eun Hyuk yang mendapat jawaban demikian jadi menyeringai. Dong Hae tak bisa menghindar ketika Eun Hyuk mendekat dan menangkup wajahnya. Suara tawa itu awalnya masih terdengar, ketika Eun Hyuk memejamkan mata dan mendekatkan wajahnya. Suara tawa itu hilang, Dong Hae merapatkan kedua mata dan menahan napasnya. Ada tekanan yang tak biasa pada bibirnya dan pelaku utamanya adalah Eun Hyuk.
"Masih mau mentertawakanku, hm?"
Mata Dong Hae terbuka, dia bisa melihat wajah Eun Hyuk masih di dekatnya sedang menampilkan senyuman jahil. Dia sendiri tak sadar sudah mengambil pasokan oksigen dengan sangat tidak manusiawi. Padahal Eun Hyuk hanya mengecupnya singkat, bukan melakukan hal-hal aneh dan melelahkan.
Karena tak dapat berkata-kata atau mungkin suaranya habis ditelan kecupan tadi, Dong Hae menjauhinya sambil meneriakinya sebal,"Yak! Lee Hyuk Jae!
Dan Eun Hyuk tertawa melihat bagaimana wajah Dong Hae memerah dan matanya yang agak terguncang. Entah karena kaget atau malu, Eun Hyuk hanya senang melihat Dong Hae demikian.
"Bukankah tadi sudah kuberitahu, hm?"
Dong Hae agaknya jadi malas menanggapi, dia menghindari tatapan itu dan pura-pura peduli pada hal lain. "Ck, diamlah!"
Tentu, peringatan itu tak bisa benar-benar membuat Eun Hyuk berhenti tertawa. Eun Hyuk juga ingin lihat. Sekarang apa mungkin Dong Hae bisa membalasnya, jika demikian. Mungkin, Eun Hyuk harus membalasnya dengan sesuatu yang lebih mengejutkan lagi.
Lalu, kira-kira sesuatu yang seperti apa yang akan Eun Hyuk beri pada Dong Hae jika godaan itu berlanjut?[]
Fiuh~ akhirnya bisa muncul chapter 4! YAASSSS!!!! ╥﹏╥
Hayoloh, siapa yg mendadak kadar kesintingan dalam hidupnya jadi anjlok gara² postingan mereka tentang "jagiya" dan "chinguya" kemarin? (・∀・)
Kalo kata adiknya Hara sih ya...
"Kan, keliatan siapa yang jadi bucin di antara mereka?"
Oh, oke~ sekian intermezo sangat penting di atas! ^^ Hara rasa intermezo itu membuat sebagian besar author langsung punya ide cerita, sama kaya Hara nih😆😂
Fanfict kali ini ga beda dari fanfict yg sebelum²nya... Masih bersumber dari apa yang 'mereka' sendiri hasilkan (lol)
Hara harus berterimakasih sama mereka yg ga pelit bagi momen, walau jatuhnya jadi kasihan ke Hyuk yg masuk zona friendzone😅😂Atau ada bagian kecil dari author yg bikin fanfiction hasil wawancara mereka. Hae bilang Hyuk terlalu baik dan selalu jadi ayah atau impian mereka jika engga jadi idol? Adakah author yg baca juga disini, yg kemudian bikin itu jadi fanfiction? (●´∀`●)
Oh, oke~ kalo Hara sih harus simpen 'amunisi' utk menulis tentang mereka, mungkin yg satu itu akan Hara undur dulu penayangannya karena menulis saja pun belum😅
Oiya, makasih banyak buat yg udah berbaik hati menyumbangkan vote, komen dan menyimpan ini di library kalian! ^^
Berhubung sudah chapter 4. Ayolah, yg belum menampakan diri, kalian harus menampakan diri di kolom komen dan vote, jangan jadi pembaca hantu, dong😅😂
Akhir kata... Sampai bertemu di chapter selanjutnya!!! ^^
(Aku mengedit ceritanya... Karena cerita kemarin menurutku agak hambar dan terlalu cheesy :3 semoga versi selesai edit lebih baik! ^^)
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch The Moment
Fanfikce(Tidak) Menjamin tiap baca chapter dalam cerita ini kamu hanya akan menemukan sesuatu yang bikin urat-urat wajahmu rileks-by authornya agak galau. Karena ditulis tanpa embel-embel tangis atau sakit hati dan pikiran tentang kekalutan kenyataan hidup...