Behind The Scene

505 55 13
                                    

Donghae baru saja tiba di apartemennya dan tidak berhasil beranjak dari kelumpuhan kaki mendadak. Tubuhnya merosot begitu saja di balik pintu dengan wajah merona parah dan pipi yang panas seperti terkena demam tinggi. Sambil mengumpulkan kekuatan pada kakinya, Donghae menahan perasaan ingin berteriak dan menekan bagian dadanya yang terasa sakit. Oh, jangan khawatir! Itu bukan jenis sakit yang membahayakan sehingga Donghae perlu menghubungi pihak rumah sakit agar segera menjemputnya.

Itu hanya jenis sakit yang berbeda. Sakit yang menggelitik perasaannya saja.

“Apa dia sudah gila? Ya, pasti dia gila!”

Oh, apa yang baru saja dikatakan Donghae?

Siapa yang gila menurutnya?

Mari kita cari tahu!

Beberapa jam yang lalu, di perjalanan pulang setelah mengisi acara bersama dengan rekannya, Shindong. Donghae mengetahui bahwa Hyukjae melakukan siaran langsung pada media sosialnya. Bahkan sebelum siaran itu terjadi, mereka sebenarnya telah sepakat untuk bertemu di tempat yang dijanjikan. Hyukjae berkata, perlu untuk memotong rambutnya lebih pendek dan Donghae yang kebetulan akan pergi bekerja setuju begitu saja untuk menemuinya di salon langganan mereka. Namun, siapa yang akan menyangka selain mereka berdua, Henry juga ada di sana. Kemudian pertemuan itu berjalan biasa-biasa saja dan sangat normal.

Bagi Donghae itu sangat normal sampai Hyukjae di sela-sela percakapan meminta sesuatu padanya, “Hubungi aku setelah kau pulang kerja!”

Bahkan Donghae memberikan respon yang sama normalnya, seperti tidak ada kejadian yang besar, “Hm? Baiklah. Aku akan menghubungimu.”

Seusai percakapan itu, mereka berpisah dari salon. Donghae dijemput seseorang dan Hyukjae masih menetap dengan Henry. Harus diakui, Donghae kelewat antusias dengan apa yang akan terjadi setelah bekerja nanti. Namun, pikirannya terlalu sederhana sehingga hanya ada kata bermain atau makan malam bersama yang menggambarkan pertemuan mereka nanti. Namun, siapa yang tahu kalau ternyata itu tidaklah sesederhana pikiran Donghae.

Ya, Hyukjae melakukan siaran langsung dan mengundangnya untuk berbicara di sana. Seuatu yang tidak mengagetkan lagi, tetapi waktu yang dipilih Hyukjae terasa agak tidak pas—atau sebenarnya sangat pas—dan membuat Donghae sangat-sangat bahagia dengan cara yang paling tidak masuk akal. Saat itu disaksikan banyak orang, penggemar Hyukjae dan penggemar Donghae, dan siapa saja yang mengenal mereka berdua. Percakapan mereka sudah dilihat dan didengar oleh banyak orang secara online.

Bukankah itu gila?

Donghae berhasil memfungsikan tubuhnya dan telah berpindah di kasur dengan cahaya pada layar ponsel yang menyorot wajah. Matanya hampir membaca semua cuitan yang berkaitan dengan apa yang terjadi hari ini di media sosial. Tepatnya apa yang terjadi di lingkaran penggemarnya saat ini. Walau Donghae tidak ingin mencari tahu atau bertindak sebagai mata-mata, tetapi keinginan yang egois muncul minta disuapi agar rasa penasaran itu kenyang.

‘Hei, lihat apa yang aku temukan! Apa yang dikatakan Hyukjae itu adalah bagian dari drama Goblin!’

‘Oh, bukankah yang dikatakan Hyukjae itu sangat manis? Dia mengatakannya dengan sangat serius dan Donghae menanggapinya!’

‘Lihat senyum Hyukjae! Juga lihat bagaimana wajah Donghae!’

‘Lalu, apa ini deklarasi cinta yang paling baru di antara mereka? Aku agak kaget setelah mendengar Hyukjae berbicara seperti itu pada Donghae.’

‘Aku tidak bisa menampung perasaan ini! Mereka berdua telah saling menggoda untuk waktu yang sangat lama dan sekarang semua terjelaskan begitu saja, 'kan?’

‘Jadi, benar-benar ada cinta di antara mereka?’

Donghae menutup layar ponselnya, rasa penasarannya mendadak kenyang. Matanya lelah setelah melihat-lihat dan perasaannya mendadak menjadi pahit. Asumsi Donghae terhadap semua hal ini adalah Hyukjae melakukan siaran itu hanya sekadar iseng saja, Hyukjae tertawa dan berkata seperti itu juga karena itu adalah Hyukjae. Tidak ada alasan yang perlu dibesar-besarkan dibalik semua yang dilakukan Hyukjae. Lagi pula seperti yang telah lama dikatakan, hubungan mereka—yang dipercayai Donghae—adalah teman. Namun, entah sejak kapan semua yang mereka lakukan mulai terasa tidak terlihat jelas bagi Donghae.

Donghae tidak tahu apakah Hyukjae pun berpikir demikian, tetapi apa yang dirasakannya pada yang lain mulai berbeda. Semenjak itu pula, semua perilaku Hyukjae jadi tidak luput dari perhatian Donghae dan itu mulai menjadi bumerang bagi Donghae. Mungkin di luar Donghae bersikap seperti biasa—walau sebenarnya tidak juga—tetapi di dalam Donghae mulai bertanya-tanya.

“Apa kau sudah tidur?”

Donghae melirik pesan yang muncul pada layar, ada nama Hyukjae sebagai keterangan pengirim. Perlu waktu untuk memeriksa dan membalasnya, tetapi Hyukjae datang dengan pesan lain.

“Hae-ya, yang aku katakan tadi dan yang diributkan oleh banyak orang sekarang, aku mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Aku tidak bermaksud untuk bercanda dengan membawa kalimat seperti itu padamu. Hae-ya, aku sungguh-sungguh dengan perkataanku dan perasaanku. Jadi, mari kita bertemu seperti yang kau pinta saat siaran langsungku, hm?”

Donghae tidak terlalu mengikuti perkembangan drama di televisi, jadi tidak tahu kalau kalimat yang diucapkan Hyukjae datang dari salah satu scene drama Goblin. Walau kalimat itu datang dari line percakapan terkenal sebuah drama, Donghae sempat mempercayai kebenaran dan tersentuh pada apa yang diucapkan Hyukjae dengan tulus itu. Namun, karena saat itu ada banyak pasang mata dan telinga yang melihat mereka, Donghae segera mengalihkan pembicaraan ke banyak hal yang berujung pada rencana ajakan keluar lain.

Donghae memutuskan untuk membalas pesan itu dengan “Ya!” ketika layar ponsel menunjukkan nama Hyukjae sebagai orang yang memanggilnya.

Apa sekarang waktu yang tepat untuk ragu?

Merasa seperti tidak tepat menjadi penuh keraguan. Donghae menggeser tombol hijau dan tanpa berpikir panjang memanggil nama lelaki itu dengan sebuncah perasaan yang tak dapat dikendalikannya lagi.

“Hyukjae! Aku”—perkataan Donghae terputus, Hyukjae memotong pembicaraannya—“Aku menyukaimu, Hae-ya.”[]

Dang!!!!

Hadiah terakhir atas peringatan 9 tahun D&E dari Rien Hara pun berakhir~ YEEEAAAYYYY~🎉

//iya, tau.. perayaannya tuh kemarin, Hara mah telaaatt mulu(• ▽ •;)//

Sebagai penjelas bagi yg ga paham kenapa dijudulin begitu. Jadi, fanfict ini ngambil latar waktu setelah siaran Hyuk berakhir, ya~ jadi, imajinasinya setelah mereka selesai siaran itu mereka ngepain aja, fufufufu ( ꈍᴗꈍ)

Semoga chapter ini dan yg sebelumnya tidak membuat jiwa² jomlo kita berteriak *plak* maksudnya dapat menghibur para pembaca di mana pun kalian berada. Terima kasih buat semua pembaca yg sudah meluangkan waktu utk membaca, memberi komentar dan menekan ikon vote. Jadi, sampai ketemu di lain waktu!!!!

Bubyeeee~ ( ˘ ³˘)♥

Catch The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang