Complain

850 84 16
                                    

Terakhir kali, Hyukjae selesai dengan rambutnya yang berwarna biru hasil permintaan Donghae. Permintaan yang satu itu memang sulit untuk ditolak karena Hyukjae kebetulan sangat menyukai warna biru. Jadi, Hyukjae tak merasa keberatan atau berusaha mengalihkan perhatian Donghae pada saat itu, Hyukjae menyetujui masukan itu dan berterimakasih pada Donghae yang telah menyarankan padanya.

Sekarang, rambutnya telah berwarna alami, hitam dan tampak sehat. Hyukjae berhenti untuk memberi warna atau mengubah gaya rambutnya, hanya membiarkannya dan jika sempat pergi ke salon untuk mendapatkan perawatan. Hyukjae sadar mengganti-ganti warna dan sering mengubah tatanan akan memberi efek buruk pada rambutnya. Jadi di saat-saat seperti inilah Hyukjae membiarkan rambutnya beristirahat dan mendapat perawatan.

Tapi, kenyataan tidak seindah bayangan. Hyukjae tidak mengerti darimana gagasan Donghae tiba-tiba saja memberikannya sebuah usul. Tentu itu bukanlah sesuatu yang buruk, tapi Hyukjae bertanya-tanya padanya.

“Kenapa tidak memotongnya menjadi lebih pendek?”

“Kenapa juga aku harus memotongnya lebih pendek?”

Donghae merengut menyadari Hyukjae bukannya menjawab malah mengajukan pertanyaan. Kemudian Donghae menunjuk rambutnya yang sudah lebih pendek, jika diingat-ingat Donghae masih menyukai rambut panjangnya kemarin. Tapi, ibunya menyuruh untuk memangkas habis sampai jadi pendek dan Donghae tak mungkin menolak permintaan ibunya.

Mengingat itu membuat sedih saja, pikir Donghae.

“Karena aku membuat pendek rambutku, maka kau harus melakukannya juga!”

Hyukjae membuka matanya lebar-lebar, alasan Donghae sungguh kekanakan. “Jika, diingat-ingat lagi, aku tak pernah menyarankanmu untuk melakukan itu—Hyukjae menunjuk ke arah kepalanya dengan gerakan acak—dan bukannya waktu itu aku setuju-setuju saja dengan penampilanmu, hm?”

Donghae semakin cemberut mendengar perkataan Hyukjae. “Kau tampak setuju-setuju saja saat kubilang untuk member warna biru pada rambutmu?”

“Itu karena aku suka dengan warnanya, ingat?”

Donghae membuang napas kasar, merasa cemberut tidak lagi mempan mempengaruhi Hyukjae, Donghae memberinya tatapan memelas. “Kenapa kau tidak ingin memotongnya, Hyukjae-ya? Kau hanya perlu potong sedikit saja.”

Hyukjae mendekap kedua tangannya di depan dada, mencoba membuat pertahanan diri agar tidak terpengaruh pada Donghae. Karena baik itu ia dan orang lain tahu, jika tatapan Donghae adalah sesuatu yang dapat melemahkan. “Ada apa dengan permintaanmu kali ini, hm?”

Donghae menghindari tatapan Hyukjae, sebisa mungkin berusaha berkilah tapi sejelas itu Hyukjae menangkap ada sesuatu yang aneh padanya. Hyukjae hanya ingin tahu, apa yang sebenarnya diinginkan Donghae, jadi ia akan melakukan sesuatu yang ekstrem untuk memeriksa Ikan kecil yang berlagak ini.

“Kau sudah tak menyukaiku lagi?”

Donghae membuka mata dengan lebar, lalu kepalanya bergerak cepat untuk menyangkal pertanyaan itu. Hyukjae benar-benar bodoh telah mempertanyakan hal yang tidak ada jawabannya seperti itu, Donghae merasa sebal dan serba salah. “Bukan itu!” katanya membentak, lalu menggigit ujung bibirnya. “Aku hanya ingin melihatmu dengan tampilan yang baru. Ini bukan karena aku tidak menyukaimu, aku sangat menyukaimu, Hyukjae,” Donghae mengaku di sana, wajahnya sudah sangat memerah.

Hyukjae berusaha menahan senyum, ia tak bodoh untuk mengerti perasaan Donghae. Hanya saja, sesekali ia ingin sekali membuat Donghae mengakuinya dan mengatakannya dengan jelas. Hyukjae senang sesaat, lalu kembali ke topik permasalahan mereka. “Jadi, kenapa aku harus mengikuti saranmu, hm? Kenapa kau begitu keras kepala menyarankan sesuatu yang mungkin saja akan aku tolak, hm?”

Catch The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang