epilog

139 12 6
                                    

Santi tengah menaburkan bunga di atas kuburan Adin. Tentu bersama Liam. Ia menaburkan bunga itu setelah tadi menaburkan bunga di kuburan Mira. Ada rasa sakit yang kembali terbuka melihat gundukan tanah yang mulai kering itu.

Sakit yang rasanya tidak sakit lagi karena sudah terbiasa.

Senyum tercetak jelas di wajah Santi. Tidak seperti waktu itu. Wajahnya berseri dengan senyuman penuh paksaan. Santi mencoba ikhlas meskipun ia lupa bagaimana caranya ikhlas.

Santi dan Liam memang sering sekali mengunjungi tanah pemakaman ini semenjak Adin meninggal. Selain untuk melepas rindu dengan Adin, Santi juga hendak melepas rindu dengan ibunya.

"Din, ternyata cepat banget ya? Udah setengah tahun lo ninggalin gue." Ujar Santi menatap pilu kuburan Adin. Hari ini genap enam bulan Adin telah pergi dari dunia. "Gue kangen lo."

Santi tersenyum miris. "Semoga lo bisa lihat gue dari atas sana." Ia memandang langit siang ini yang begitu cerah berharap Adin ikut memandangnya dari atas sana.

Liam hanya tersenyum melihat pacarnya. Ia mengalihkan perhatian dengan mencabuti rumput yang ada disekitar kuburan Adin.

"Liam..." Panggil Santi.
Liam menoleh, menghentikan sejenak aktivitasnya."Iya, sayang?"

"Gue boleh nggak kalau nggak ngelupain Adin? Lo marah nggak?"

"Kenapa gue harus marah? Lo punya masa lalu dan begitu juga gue. Gue cinta sama lo tanpa harus menghapus masa lalu lo dan begitupula sebaliknya. Yang paling penting sekarang itu adalah masa depan. Jadikan masa lalu itu pelajaran, jangan halangan. Karena gue pengen merajut masa depan sama lo. Ea."

Santi memeluk erat tubuh Liam sampai cowok itu susah bernapas. Pelukan itu berbalas menimbulkan rasa hangat yang luar biasa.

"Bisa aja lo, sotong."

Setiap kisah yang dimulai pasti akan berakhir. Tidak ada kisah yang abadi. Entah akan berakhir menyenangkan atau justru berakhir menyedihkan. Itu semua kembali lagi kepada kita, bisakah kita menerima semua itu dengan lapang dada? Jika bisa semua akhir pasti akan membahagiakan bagi setiap tokohnya.

"Gue sayang lo."

***

Ah, so sweet.

Kalian harus belajar nerima sesuatu yang emang nggak bisa dipaksa. Kalau seandainya nggak bisa ikhlas nerimanya, cukup terima aja dengan perasaan senang.

Akhirnya setelah perjuangan panjang, kisah ini resmi berakhir. Dari mulai ke amatiran saya yang sering gonta-ganti cover, bolak-balik revisi, dan mungkin banyak typo berceceran. Percayalah, saya hanya ingin yang terbaik untuk kalian. Semoga cerita ini bisa membekas di hati kalian dan sampai jumpa di cerita saya selanjutnya. 

Follow akun wattpad saya untuk tahu  cerita baru yang akan segera saya publish. Ada satu cerita yang siap menyapamu di sana.

Salam hangat,
Yulian

ArdinastiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang