dua puluh dua - sesuai perbuatan

55 14 0
                                    

Semua di dunia ini ada balasannya, tak terkecuali perasaan.

***

"Untuk Wiwik Wulandari Puteri, Santi Dinestantri silahkan menuju ke ruang kepala sekolah. Di susul William Henry Surahatdja dan Ririn Ririsa. Terima kasih!"

Suara speaker begitu nyaring hingga mengalihkan perhatian seluruh siswa. Tak terkecuali Santi dan Liam yang tengah merencanakan sesuatu untuk kabur.

"Ada apa lagi sih? Ganggu orang aja!" Ketus Santi.

Liam dan Santi berjalan meninggalkan kelasnya menuju ke sumber suara.

"Ada apa ya mereka kok dipanggil?" Anggun bertanya-tanya sendiri.

***

Santi dan Liam telah sampai di ruang kepala sekolah. Di sana sudah ada Ririn dan Wiwik yang sedang berpangku tangan.

Jam pelajaran akhirnya berbunyi. Ririn dan Liam sempat berpandangan mata sebentar, tampak jelas kebingungan di kerutan dahi Ririn.

"Sekarang siapa yang bisa menjelaskan?" Ujar Bu Renata memulai sidang.

"Saya, bu!" Wiwik angkat bicara lebih dulu.
"Silahkan!"

"Foto itu saya ambil sekitar dua bulan yang lalu saat saya sedang melaksanakan pesta di Hotel Nirwala. Foto itu benar-benar Santi dan tidak ada editan. Santi masuk ke kamar...nomor 06 kalau tidak salah sama om-om itu." Jelas Wiwik.

"Foto apa sih?" Ririn tak mengerti.
"Foto Santi melayani om-om itu di hotel!"
"Hah?!"
"Lebih vulgarnya foto Santi jadi pelacur yang gue kirim di grup sama di Instagram!"

Wiwik menatap Bu Renata. "Dia itu pelacur bu, dia mencemarkan nama baik sekolah!"

"Wiwik, yang mencemarkan nama sekolah itu kamu!" Bu Renata kembali bersuara.

"Kok saya, ya Santi dong!" Wiwik menunjuk wajah Santi.
"Kamu tahu itu siapa?"
Wiwik menggeleng.
"Santi, silahkan menjelaskan!" Seru Bu Renata pada Santi.

Santi mengangguk. "Dia itu ayah saya dan it—"
"Wait, wait, wait, lo main gituan sama bokap lo sendiri? Najis!" Potong Wiwik.
"Udah?"
"Iya."

"Waktu itu ayah saya sedang ada pesta di hotel Nirwala. Dan kenapa ayah saya nggak pakai baju itu karena jas sama setelannya basah terkena tumpahan air.

"Terus waktu itu ayah juga sedang mabuk karena meminum minuman yang tak pernah diminumnya.

"Kalian pasti ngerti kan? Pasti kalian juga nggak bisa nolak kalau sama teman." Santi mengakhiri penjelasannya.

"Ini sih nggak masuk akal! Mana mungkin dia ayah lo!" Sangkal Wiwik.

"Benar dugaan gue, kalau itu Om Septian!" Ririn kembali bersuara.

Santi tersenyum mendengar pernyataan Ririn.

"Ayah lo? apa lo punya buk—" ucapan Wiwik terpotong karena Santi tiba-tiba menunjukkan gambar keluarganya dari ponselnya. Di gambar itu ada Mira, Septian, dan dirinya yang masih berumur 6 tahun.

Wiwik susah payah meneguk ludahnya, ia tidak percaya semua ini.

"Sekarang lo Wiwik, lo hapus foto itu dan bikin klarifikasi. Kalau tidak siap-siap ke kantor polisi!" Liam kali ini yang bersuara.
"Polisi?"
"Iya, atas tuduhan pencemaran nama baik!"
"Apalagi ayah Santi polisi loh, enaknya gimana nih?" Tambah Ririn.

Wiwik mendengus kesal. Ia menghapus foto itu kemudian memberikan klarifikasi singkat dan ungkapan maaf di akun Instagram dan WhatsApp-nya.

"Maaf nya di real life juga dong!" Seru Liam.
"Ngeselin ya lo!" Wiwik semakin geram.

ArdinastiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang