07. Perkara

54.2K 5K 388
                                    

Rupanya belajar dengan guru-guru tampan tidak membuat  belajar menjadi berkualitas, sama saja seperti dulu. Para pelajar cenderung bermalas-malasan jika diberi pekerjaan rumah yang terlampau banyak. Apalagi saat mengetahui sifat masing-masing guru baru; ada yang pengertian, perhatian, cuek, bahkan ada yang galak. Seperti Doyoung Pratama, yang kini menjadi topik pembicaraan antara sepasang sahabat.

“Gila ya, belajar sama Pak Doyoung itu tegang banget kayak lagi jurit malam di kuburan.” Keira menertawakan cocoklogi sederhana Gina. Memang benar, Doyoung kerap kali menjadi raja hutan jika tengah mengajar. Namun, jika kelas telah usai, pria tampan itu akan berubah total menjadi lembut dan perhatian pada anak didiknya.

“Pelajaran Pak Jaehyun enjoy, tapi tugasnya numpuk kayak cucian di kamar.” Kali ini Gina berbisik, karena melihat Jaehyun yang melewati dirinya dan Keira.

Sontak jantung Gina berpacu kencang. “Kei, barusan gak kedengaran kan? Aduh gila gue terciduk.”

Tangan kanan Keira menepuk pelan bahu sahabatnya. “Santai, barusan pelan kok, Pak Jae gak bakalan denger.” Dia menatap Gina yang masih kikuk dalam duduknya.

“Tenang Gin, orangnya juga gak ada.”
Dengan cepat Gina mengatur napasnya yang tadi sempat tersendat beberapa saat. Lalu ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk—menampilkan sebuah nama yang membuat Gina tersenyum cerah. “Kei, gue udah dijemput sama Kak Jungkook. Lo pulang sama Guanlin ‘kan?” tanya Gina dengan suara lembut.

Keira mengangguk lalu mengangkat kedua jempolnya pada Gina. “Iya Gin, gue balik sama adek tercinta.”

Gina segera mengamasi buku dan alat tulisnya ke dalam tas. Dia tersenyum lebar sambil berjinjit, lalu mengajak Keira untuk salaman. “Do’ain kencan gue sama Kak Jungkook lancar ya!” Keira memeluk sahabatnya. “Oke, gue bakalan berdo’a yang terbaik buat lo, Gin.”

“Lo emang sahabat terbaik, Kei! Gue balik duluan ya!”

Lambaian tangan mungil Keira mengalun di udara, mengantarkan sahabatnya yang tengah berjalan sambil tersenyum menuju kafetaria di depan sekolah. Perihal pendekatan dengan lelaki, Gina ahlinya.

Keira mendoktrin seperti itu berdasarkan fakta, Gina adalah tipe orang yang ramah, mudah bergaul, dan membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman. Berbeda dengan dirinya yang pendiam dengan orang-orang baru. Bahkan terkesan jutek dan ketus di mata orang-orang jika belum mengenalnya.

Berjalan menuju parkiran, lalu mengenakan headset putih di telinganya. Keira mengamati sekitar, langkahnya mendekati lokasi parkiran, barisan motor yang biasanya penuh, kini sudah mulai tanggal sebagian karena siswa-siswi sudah pulang. Tersisa dirinya duduk di bawah pohon yang cukup rindang, ia menyalakan ponsel lalu mengabari Guanlin. Bahwa dirinya sudah menunggu.

Keira: Guan, lo masih dimana? Ayo pulang

Guanlin: Aduh tetehku tersayangg. Maafin adekmu ini yaa, gue ada latihan paskib nih. Pulang sendiri ya?

Keira: Wah muka gila Guan. Lo biarin gue pulang sendirian? Duit gue abis, masa gue harus jalan kaki?!

Keira mendengus kesal karena jarak sekolah ke rumahnya itu cukup jauh, lima kilo meter, bisa kempes kakinya kalau harus jalan sejauh itu. Keira memang atlet karate, tapi ia terlalu malas jika harus disuruh jalan kaki jarak jauh.

Keira: Guan, plis anterin gue dulu lah bentar

Guanlin: Teh, gue gak enak sama pelatihnya. Bawa aja kunci motornya nih, gue lagi di sanggar

Keira: KAN LO TAU DEK, GUE ITU GAK BISA NAIK MOTOR, LAWAK BENER DAH. (Read)

Darah Keira berdesir cepat hingga berkumpul di area wajah. Rasa panas mulai menggerayangi wajahnya, Keira kesal pada Guanlin. Dia ingin teriak. Padahal dia yang mengisi bensin motor adiknya, lalu mereka sudah membuat perjanjian akan pulang bareng.

MTMH | JAEHYUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang