Setibanya di rumah, Keira langsung berjalan ke arah dapur, membawa dua kotak pocky rasa stroberi, tak lupa dengan satu kotak susu dengan rasa yang sama dengan makanan ringan favoritnya. Ia mengunyah pocky itu pelan-pelan karena jika ia mengunyah seperti biasa ruam merah di sekitar pipi dan dagunya pasti akan terasa gatal sekali.
Karena bosan hanya ditemani oleh suara kunyahannya, ia pun menyalakan televisi, lalu mengatur programnya menuju chanel luar negeri.
Ia terus mengganti chanel dari negara asia tenggara menuju asia timur, jemarinya yang mengatur remote tv berhenti sejenak saat melihat tayangan iklan yang menarik; wanita paruh baya tengah memarahi pria paruh baya dan ditonton oleh banyak orang. Chanel Jepang.
Tapi percapakan lucu itu berakhir menjijikan karena ternyata pria paruh baya itu berlaku tidak senonoh pada sang wanita. Keira bergidik ngeri melihatnya, iklan seperti itu di pagi hari?
Sekarang pukul 07:00 di Indonesia, sementara di Jepang pukul 09.00. Udah gila, gimana kalau ada anak di bawah umur nonton iklan tadi? Batinnya.
Dengan gerakan cepat Keira segera mengambil remote tv yang tadi di simpan olehnya di atas meja. Ia berusaha meraih remote itu, tapi saat tangannya terulur, ternyata sudah ada tangan lain yang mengulurkan remote itu kepadanya.
Keira menatapnya, sudah pasti orang itu adalah Jaehyun. Saat tatapan mereka bertemu, lelaki itu tersenyum tipis kepadanya. "Gimana, udah baikan?" tanya Jaehyun seraya memperhatikan ruam-ruam kemerahan di wajah Keira cukup memudar. Tak separah kemarin.
"Lumayan," kata Keira seraya mengelus dagunya sendiri. Tidak terlalu gatal dan terlalu panas seperti kemarin.
Mendengarnya Jaehyun mengangguk-ngangguk, lalu ia mengedarkan pandangannya ke sekitar ruangan. Ia tersenyum saat melihat dua kotak pocky yang berada di pangkuan Keira, bahkan minuman favorit perempuan itu masih sama seperti 10 tahun yang lalu. Saat ia sangat dekat dengan Keira.
Tapi tatapan Jaehyun yang tadi sangat lembut dan hangat kini berubah menjadi penuh tawa yang akan membludak kapan saja. Lelaki itu melihat sebuah tayangan yang tengah ditonton oleh Keira.
"Astaga, lo suka nonton begituan? Ah sial perut-gue sakit!" wajah dan telinga Jaehyun memerah. Tangan kanan lelaki itu memegangi perutnya yang sedikit bergetar karena tertawa.
Keira gelagapan-tangannya merapikan rambut panjangnya beberapa kali, wajahnya panas, lalu ia segera mematikan televisi. "Beneran! Bukan-maksudnya bukan gitu! Tadi gue nggak sengaja mindahin chanel, terus ada tayangan yang kayak gitu. Serius gue nggak sengaja, mau mindahin, lo datang terus ngajak ngobrol."
Sungguh, Keira sangat malu, bagaimana kalau Jaehyun menganggapnya sebagai perempuan bedebah yang menonton tayangan seperti itu. Padahal ia tidak sengaja.
"Ya udah, gue percaya kok," Jaehyun masih tertawa. Ia menatap Keira. "Udah diolesin belum salepnya?" tanya lelaki itu lembut.
Jantung Keira berdetak cepat mendengar alunan suara lembut itu. Tidak, ia tidak boleh jatuh cinta pada Jaehyun. Lagi pula lelaki itu tidak mencintainya.
"Entar, abis makan ini." Keira menunjuk sisa pocky-nya.
"Ya udah, diam aja di sini biar gue yang ambil, ok?" tanpa menunggu jawaban dari Keira, Jaehyun berjalan menuju lemari kaca di dekat televisi, tempat Keira menyimpan obat yang dibelinya dari apotik kemarin.
Setelah mengambil kantung plastik putih berisi obat, Jaehyun mengeluarkan salep dari sana. Lalu ia membuka tutupnya dengan hati-hati, tak lama kemudian ia meminta izin dulu kepada Keira. "Gue aja yang ngolesin salepnya ya? Tapi, jangan banyak gerak dulu, entar takut kemakan salepnya." Jaehyun tertawa pelan sampai terlihat kedua lesung pipinya.
Keira hanya mengangguk seraya menetralkan degup jantungnya yang tak beraturan. Degupan itu semakin kencang saat jemari Jaehyun bersentuhan dengan dagunya, lelaki itu dengan telaten mengolesi salep ke ruam-ruam kemerahan yang ada di sekitar wajah Keira.
Berbeda dengan Jaehyun yang sangat tenang, Keira tengah kacau sembari menjauh sedikit, karena jarak wajahnya dengan Jaehyun sangat dekat.
"Cepat sembuh." kata Jaehyun seraya menatap Keira. Tapi, Keira tidak membalas tatapannya, perempuan itu agak menunduk, menghindari tatapan hangat nan lembut milik Jaehyun.
Jaehyun tertawa pelan melihat hal itu, lalu ia berjalan menuju lemari kaca yang tadi menyimpan kantung plastik berisi obat Keira. "Diminum obatnya, Kei." sahut Jaehyun seraya memunggungi Keira.
Tak lama kemudian, ponsel Jaehyun berdering menandakan ada panggilan masuk. Jaehyun membawa ponsel hitam itu lalu ia melihatnya beberapa kali, matanya membelalak, suasana hatinya langsung berubah menjadi sendu dan penuh rindu saat melihat display nama itu.
Segera, Jaehyun mengangkatnya. "Halo? Liv ...?"
"Iya, Jae."
Suara perempuan itu kembali mengangangatkan pendengaran Jaehyun. Sudah berapa lama? Ah iya baru dua bulan, namun ia merasa telah ditinggalkan begitu lama.
Cairan bening itu terbendung di pelupuk mata indah Jaehyun. Ia sangat khawatir dengan perempuan itu.
"D' amore cafe?"
Jaehyun mengangguk walau perempuan bernama Livia itu tak bisa melihat gesturnya, karena mereka melakukan sambungan via telepon.
"Iya di sana." jawab Jaehyun.
Setelah menerima telepon itu, Jaehyun mengunci kamar berpintu putih yang terletak di tengah-tengah kamarnya dan Keira.
Ia menatap Keira yang tengah mengernyit bingung, lalu Jaehyun pun memastikan kalau pintu kamar itu benar-benar terkunci.
"Kei, tunggu di rumah aja ya. Nanti gue pulang sore, kalau butuh apa-apa telepon aja, hm?" Jaehyun mengelus rambut Keira lembut. Lalu ia mengenakan jaket abunya, mengambil kunci mobilnya, setelah itu ia memastikan kalau tubuhnya harum.
Livia tengah menunggunya di kafe tempat ia menyatakan perasaannya pada perempuan itu dua tahun yang lalu, saat mereka masih fresh graduate dari kampus yang sama.
-tbc
Jaehyun, Livia, Melvin.
buat spoiler bab selanjutnya ada di Instagram jaemicchan
buat kalian yang mau lebih dekat sama Jaehyun, Keira, bisa follow juga:
jaehyun.adj
kei_razz
KAMU SEDANG MEMBACA
MTMH | JAEHYUN
FanfictionSUDAH DITERBITKAN Jaehyun berusaha supaya Keira tidak mengetahui atau mengingat memori apapun dari masa lalu. (Banyak roman, sedikit misteri) Jaemicchan 2019 ©All Rights Reserved